A Child's Geography of the World

V. M. Hillyer

Diterjemahkan bebas oleh Niki Nurhayati

Proofread oleh Ken Andari

Desain cover oleh Raka Abrisam Hafizh

Teks ini merupakan terjemahan bebas oleh orang tua-orang tua praktisi metode pendidikan Charlotte Mason. Hasil penerjemahan belum melalui proses edit maupun revisi dan sangat terbuka untuk proses perbaikan bila ada masukan-masukan dari berbagai pihak.

Teks ini bebas untuk dipakai dan diedit secara pribadi. Bila ingin membagikan teks ini kepada orang lain harap menghargai pekerjaan kami dengan cara memberikan tautan melalui website charmed.community

Pengantar

Jika kamu berusia di bawah lima belas tahun, delapan bulan, dan tiga hari

 

JANGAN BACA INI

PENGANTAR

Buku ini untuk anak yang:

berpikir bahwa surga ada di langit dan neraka ada di bawah tanah;

belum pernah mendengar tentang London atau Paris dan menganggap Denmark adalah sejenis anjing.

Ini untuk memberikan pandangan pengelana tentang Dunia–tetapi bukan pandangan pengelana komersial.

Ini untuk menunjukkan kepada anak, apa yang ada di balik cakrawala, dari “Kalamazoo hingga Timbuktu.”

Ini untuk menunjukkan kepadanya tidak hanya “Tujuh Keajaiban Dunia” tetapi tujuh puluh kali Tujuh Keajaiban Dunia.

Saat aku masih kanak-kanak di New England, pada hari Thanksgiving, kami menikmati enam jenis pai: apel, persik, cranberi, custard, daging cincang, dan labu, namun aku hanya diperbolehkan makan dua jenis pai dan aku tidak pernah bisa membuat pilihan yang memuaskan. Aku juga mengalami kesulitan yang sama dalam memilih tempat geografis dan subjek untuk diceritakan. Ada terlalu banyak tempat “paling penting” di Dunia untuk dimasukkan dalam survei pertama ini, dan pasti akan ada pembaca yang bertanya-tanya mengapa negara-negara tertentu dan tempat-tempat tertentu dihilangkan, terutama tempat di mana pembaca tinggal.

Bagiku, sebagai seorang anak, geografi adalah momok dari nama-nama yang tak menyenangkan–Iklim dan Perdagangan, Manufaktur dan Industri, dan produk, PRODUK, PRODUK. Tampaknya produk utama di setiap tempat di Dunia adalah jagung, gandum, jelai, gandum hitam; atau gandum hitam, jelai, gandum, jagung; atau jelai, jagung, gandum hitam, gandum. Dalam geografiku, Yunani modern hanya mempunyai satu paragraf–karena, menurutku, negara itu tidak menghasilkan gandum, jagung, jelai, atau gandum hitam. Geografi adalah geografi “perut”; “kepala” dan “hati” ditinggalkan.

Aku menyukai gambar dan peta geografi tetapi membenci teksnya. Kecuali paragraf deskriptif dan naratif yang sesekali ada, teksnya sama sekali tidak terbaca (tidak menarik untuk dibaca?) — judul dan subjudul yang campur aduk serta sub-subjudul: PEKERJAAN RUMAH, CATATAN, STUDI PETA, Saran untuk Guru, BANTUAN, Petunjuk Arah, Soal, ULASAN, MASALAH, Latihan, Bacaan, PELAJARAN, STUDI GAMBAR, dsb, dsb, dsb.

Dunia berwarna oranye ketika aku bersekolah, dan hanya ada tiga hal yang dapat kuingat yang “pasti” aku pelajari–bahwa anak-anak Belanda memakai sepatu kayu, orang Eskimo tinggal di rumah salju, dan orang Cina makan menggunakan sumpit.

Kami memiliki ringkasan tanya jawab yang kami pelajari seperti saat kami mengerjakan tabel perkalian. Guru membaca dari bukunya:

Q (Question). “Bagaimana kondisi masyarakat Amerika?” dan seorang anak laki-laki berusia tiga belas tahun di kursi berikutnya menjawab dengan fasih: A (Answer). “Mereka miskin dan bodoh serta tinggal di gubuk yang menyedihkan.” Mendengar pernyataan mencengangkan tersebut, sang guru tanpa emosi berkomentar, “Tidak, itulah jawaban dari pertanyaan berikutnya, ‘Bagaimana kondisi orang Eskimo?'”

Ketika tiba giliranku untuk mengajar geografi bagi pemula yang berusia sembilan tahun, aku mendapati buku teks yang tersedia terlalu komersial dan industrial di satu sisi, atau terlalu kekanak-kanakan dan tidak penting, di sisi lain. Statistik dan abstraksi sepenuhnya berada di luar kemampuan anak sembilan tahun, dan cerita acak tentang anak-anak di negara lain tidak begitu berguna sebagai geografi.

Karena aku telah menjadi seorang pengelana selama bertahun-tahun, telah mengunjungi sebagian besar negara di dunia, dan jarak tempuh sebenarnya adalah lima kali jarak tempuh keliling dunia, aku pikir aku akan menulis geografi sendiri. Kesombongan yang sia-sia! Satu kelas akan mendengarkan dengan penuh perhatian pada ceramah perjalananku yang bersifat ekstemporer (berisi poin-poin atau garis besar), jadi aku meminta seorang stenograf (orang yang menulis singkat ketika orang lain berbicara) mencatat pembicaraan ini kata demi kata. Namun ketika aku membaca catatan dari pembicaraan yang sama ini kepada kelas lain, barulah aku menemukan bahwa sebuah buku mungkin bagus–sampai buku itu ditulis. Jadi aku harus mencoba, mencoba lagi dan lagi, karena reaksi anak-anak tidak pernah bisa diramalkan. Kita juga tidak dapat mengetahui tanpa melalui percobaan, apa yang akan atau tidak akan dipahami oleh anak-anak. Prasangka tentang kata-kata apa yang harus atau tidak harus mereka ketahui tidak ada gunanya: “Luar biasa dan mengerikan” tidak menimbulkan kesulitan apa pun kecuali kata-kata yang lebih sederhana yang disalahpahami.

Aku telah membaca di depan kelas dari buku perjalanan yang bagus untuk anak-anak. Penulis berkata, “Kami tiba, lelah dan lapar, lalu menemukan tempat tinggal (quarter) di hotel terdekat.” Anak-anak memahami bahwa “Found quarter” berarti bahwa para pengelana telah mengambil potongan 25 sen di hotel! Kemudian aku lagi-lagi menggambarkan “Bridge of Sighs” di Venesia, dan membayangkan para tahanan yang melintasinya. Dengan santai aku bertanya apakah ada yang bisa memberitahuku mengapa disebut Bridge of Sighs. Seorang anak laki-laki berkata, “Karena ukurannya besar.” Seorang gadis kecil, sambil mencemooh ketidaktahuannya, berkata, “Karena ia mempunyai sisi.” Seorang anak laki-laki dari desa, dengan imajinasi yang tidak masuk akal, berpendapat bahwa hal itu mungkin karena mereka menggunakan “sabit”; dan anak keempat berkata, “Karena itu milik seorang pria bernama ‘Cy.'”

Pelajaran tentang peta menarik bagi hampir semua anak. Peta itu seperti gambar teka-teki–tetapi nama-nama baru itu sulit. Namun geografi tanpa nama atau tempat bukanlah geografi sama sekali. Itu hanyalah negeri dongeng. Oleh karena itu, studi tentang peta dan nama sangatlah penting dan peta dinding berukuran besar paling dibutuhkan.

Geografi sangat cocok untuk penelitian anak. Sebuah lembar memo besar yang disusun berdasarkan negara dapat dengan mudah diisi dengan berita bergambar terkini, kliping dari majalah dan surat kabar hari Minggu, dan dari surat edaran biro perjalanan. Ada banyak sekali materi buku tempel yang hampir terus-menerus diterbitkan–gambar kuil di India, pagoda di Cina, perburuan binatang liar di Afrika, taman di Paris–yang darinya anak dapat menyusun Majalah Geografisnya sendiri. Selain itu, koleksi prangko menawarkan bidang yang paling menarik, khususnya bagi anak laki-laki yang baru mencapai usia dimana koleksi tersebut sama menariknya dengan hobi orang dewasa.

Tentu saja, cara terbaik untuk belajar geografi adalah dengan melakukan perjalanan, tetapi tidak seperti yang dilakukan pebisnis yang mendarat di Roma dengan waktu satu jam untuk melihat kota. Sambil melompat ke dalam taksi dan mengacu pada secarik kertas, dia berkata: “Hanya ada dua hal yang ingin aku lihat di sini–St. Peter’s dan Colosseum. Berkendaralah ke sana secepat mungkin dan kembali ke stasiun.” Oleh karena itu, dia diantar ke St. Peter’s. Sambil menjulurkan kepalanya ke luar jendela, dia berkata kepada pengemudinya, “Nah, yang mana ini?”

Di kota kecil tempat aku dilahirkan, hiduplah seorang lelaki tua yang paling menonjol adalah kenyataan bahwa seumur hidupnya dia belum pernah berada sepuluh mil jauhnya dari rumah. Saat ini perjalanan begitu mudah sehingga setiap anak mungkin menantikan untuk bepergian suatu hari nanti. Buku ini memberinya firasat tentang apa yang bisa dilihat, sehingga perjalanannya tidak akan sia-sia seperti perjalanan seorang pelaut yang berkeliling dunia dan kembali hanya membawa seekor burung beo dan untaian manik-manik kaca.

 

 

“SEMUANYA NAIK!”

Ketika aku masih kecil, pengasuhku biasa membawaku ke stasiun kereta api untuk melihat kereta. Seorang pria bertopi biru dan jas biru dengan kancing kuningan berseru, “Semua berangkat ke Baltimore, Philadelphia, New York, dan mengarah ke utara dan timur!” dan melambaikan tangannya agar kereta berangkat. Pengasuhku mengatakan dia adalah seorang kondektur.

Jadi ketika aku pulang ke rumah, aku biasa mengenakan topi dan berperan sebagai kondektur sambil berteriak, “Semua berangkat ke Baltimore, Philadelphia, New York, dan mengarah ke utara dan timur!” berulang-ulang, lagi dan lagi, sampai aku diteriaki, “Ya ampun, hentikan!”

Namun suatu hari nanti aku berharap, ketika aku besar nanti, aku bisa menjadi kondektur sejati dalam setelan biru dengan kancing kuningan. Dan sekarang setelah aku dewasa, aku masih menjadi kondektur, karena dalam buku ini aku akan membawamu ke Baltimore, Philadelphia, New York, dan mengarah ke utara, timur, selatan dan barat–keliling dunia!

Daftar isi

Bab 1 Bumi Melalui Sebuah Spy-Glass

Bab 2 Bumi ini Bulat, karena Aku telah Mengelilinginya

Bab 3 Bagian Dalam Bumi

Bab 4 Parade Tanpa Akhir

Bab 5 Klub 13

Bab 6 Kota yang Dibangun di Rawa

Bab 7 Mary’s Land, Negara Bagian Virginia, dan Penn’s Wood

Bab 8 Negara Kekaisaran

Bab 9 Tanah Yankee

Bab 10 Lima Genangan Besar

Bab 11 Bapak Perairan

Bab 12 Mata Air Awet Muda

Bab 13 Gerobak Tertutup

Bab 14 Negeri Ajaib

Bab 15 The ‘Est, ‘Est West

Bab 16 The ‘Est, ‘Est West (lanjutan)

Bab 17 Tetangga Sebelah

Bab 18 Negara Dewa Perang

Bab 19 Begitu Dekat Namun Begitu Jauh

Bab 20 Lautan Bajak Laut

Bab 21 Amerika Utara Selatan

Bab 22 Tanah Karet dan Kopi

Bab 23 Tanah Perak dan Tanah Irisan

Bab 24 Jembatan Menyeberangi Lautan

Bab 25 Negeri Angles

Bab 26 Negeri Angles (lanjutan)

Bab 27 Para Tetangga Orang-orang Inggris

Bab 28 Parlez-vous Francais (Apakah Kamu Dapat Berbahasa Prancis)?

Bab 29 Parlez-vous Francais (Apakah Kamu Dapat Berbahasa Prancis)? (lanjutan)

Bab 30 Negeri di Bawah Laut

Bab 31 Kastil-kastil di Spanyol

Bab 32 Kastil-kastil di Spanyol (lanjutan)

Bab 33 Negeri di Langit

Bab 34 Bagian Atas Sepatu Boot

Bab 35 Gerbang Surga dan Kubah Surga

Bab 36 Kota Mati dan Hidup

Bab 37 Tumpukan Abu Setinggi Satu Mil

Bab 38 Perang-perang dan Dongeng-dongeng

Bab 39 Orang-orang Denmark yang Hebat

Bab 40 Ikan, Fiord, Air Terjun, dan Hutan

Bab 41 Ikan, Fiord, Air Terjun, dan Hutan (lanjutan)

Bab 42 Di Mana Matahari Bersinar Sepanjang Malam

Bab 43 Beruang

Bab 44 Keranjang Roti

Bab 45 Negara-negara Tirai Besi

Bab 46 Tanah Para Dewa

Bab 47 Tanah Bulan Baru (Sabit)

Bab 48 Kapal Padang Pasir

Bab 49 Negara “Dulu”

Bab 50 Negeri yang Dialiri Susu dan Madu

Bab 51 “Tempat yang Tepat”

Bab 52 “Taman Surga”

Bab 53 Negeri Cerita Pengantar Tidur

Bab 54 Singa dan Matahari

Bab 55 Kaki Seberang

Bab 56 Kaki Seberang (lanjutan)

Bab 57 Gajah Putih

Bab 58 Negeri Iblis

Bab 59 Negeri Naga

Bab 60 Negeri Naga (lanjutan)

Bab 61 Tempat Termometer Membeku

Bab 62 Seekor Ular Laut Raksasa

Bab 63 Kartu Pos Gambar

Bab 64 Pegunungan Buatan Manusia

Bab 65 Tanah Perampok dan Gurun Pasir

Bab 66 Takut Kegelapan

Bab 67 Daerah Kebun Binatang

Bab 68 Ujung Pelangi

Bab 69 Pulau Keberuntungan

Bab 70 Pulau-pulau Kanibal

Bab 71 Akhir Perjalanan

error: Content is protected !!