Geografi dapat dipilah ke dalam geografi lingkungan rumah dan geografi dunia secara luas. Pengetahuan mengenai lingkungan rumah haruslah diperoleh dengan pengamatan langsung; sedangkan untuk dunia yang luas, melalui imajinasi yang dibantu dengan informasi. Ide-ide yang didapatkan melalui pengamatan langsung akan membentuk dasar untuk imajinasi terhadap hal-hal yang jauh berjarak dan tidak diketahui.
Karenanya, tugas pertama di dalam pelajaran geografi adalah untuk mempelajari bagian kecil dari permukaan bumi yang terhampar di luar pintu rumah kita. Segalanya mencakup ilustrasi danau dan sungai, dataran tinggi dan dataran rendah, lembah dan bukit. Segala bentuk ini harus diamati secara nyata oleh para siswa, untuk mendapatkan gambaran mentalnya, agar memungkinkannya membangun gambaran mental lainnya tentang bentuk-bentuk semisal yang belum dilihatnya di dalam pikirannya. Dengan memanfaatkan imajinasinya, bukit yang ia daki setiap hari memberi gambaran padanya tentang pegunungan Andes atau Alpen yang tinggi menjulang. Dari halaman rumput atau tanah datar dekat rumah mungkin akan mengembangkan (gambaran) tentang dataran luas dan padang rumput. Aliran kecil air yang melintasi pintu sekolah atau yang terbentuk karena hujan, dapat memberikan gambaran tentang sungai Mississippi, Amazon, atau Rhine. Begitu juga ide mengenai laut lepas dan samudera bisa dibayangkan dari pengamatan terhadap danau. Dengan demikian, setelah siswa mendapatkan ide dasarnya dari proses persepsi yang nyata, mereka dapat menggunakan imajinasi untuk membangun gambaran mental dari obyek-obyek yang serupa di luar pengalaman dan pengamatannya sendiri dalam skala yang lebih luas.
Untuk melakukan ini, guru bersama dengan siswa-siswa di kelasnya harus mengunjungi tempat di mana ada fitur geografi yang dapat diamati. Jika sekolah berada di kota, para siswa bisa diajak mengunjungi taman kota. Jika tidak memungkinkan untuk belajar di luar ruangan, mereka diminta untuk mengingat kembali apa saja yang mereka lihat selama perjalanan menuju sekolah atau ketika mereka tamasya di lingkungan rumahnya. Jika mereka memiliki sedikit sekali kesempatan untuk mengamati alam, sebuah lukisan, foto, atau model replika bisa membantu mereka untuk mendapatkan gambaran yang tepat. Namun tidak boleh dilupakan, bahwa pengamatan secara langsung oleh para siswa adalah hal yang penting agar mereka mampu melihat secara jelas dan cerdas.
Kehidupan tumbuhan dan binatang merupakan ciri-ciri penting dari geografi dunia, dan perlu diberikan waktu yang cukup dalam mempelajari hal-hal tersebut melalui pengamatan siswa. Informasi mengenai tumbuhan dapat diperoleh dari pelajaran di luar ruangan; juga dari kegiatan menanam benih di dalam media kotak lalu para siswa mengamati proses pembibitan dan pertumbuhannya.
Para siswa sebaiknya didukung untuk membuat koleksi mineral dan bebatuan dari daerahnya. Koleksi ini seharusnya diklasifikasikan dan disusun untuk digunakan, bukan untuk dipamerkan.
Pelajaran tentang hujan, salju, embun, dan sebagainya, seharusnya diberikan pada waktu yang tepat. Saat hari hujan akan tepat memberikan pelajaran tentang hujan, suatu hari bersalju pelajaran tentang salju. Tidak perlu usaha besar pada pengajaran “sains”. Semua harus dapat dilihat agar para siswa mengamati dengan seksama, dan juga untuk membangkitkan minatnya terhadap dunianya.
Pelajaran sebaiknya dilakukan dalam bentuk percakapan, yang mana merupakan gaya yang menyenangkan bagi anak-anak, karena ini adalah yang paling alami. Tugas para guru adalah untuk membangkitkan dan merangsang minat, bukan untuk memberikan informasi. Perhatian anak-anak harus diarahkan pada apa yang ada di sekelilingnya. Dia harus mengamati, dan berpikir, lalu menyatakan pikiran-pikirannya. Pengamatannya juga sebaiknya tidak dibatasi di sekolah dan jam sekolah. Dia seharusnya didorong untuk mendapatkan informasi dengan pencariannya sendiri, tanpa diarahkan, dan melaporkan hasilnya.
Perkembangan gambaran-gambaran mental yang jernih dirangsang dengan mengungkapkannya (ekspresi). “Ekspresi atau kegiatan mengungkapkan ini adalah ujian dari pengetahuan para siswa”. Karenanya, sang anak perlu diminta untuk menuangkan kembali apa yang telah ia pelajari. Hal ini bisa dilakukannya dengan membuat pemodelan, menggambar, dan deskripsi lisan atau tertulis. Hal-hal ini diletakkan secara berurutan yang seharusnya diikuti dalam pelatihan pada anak-anak.
Hampir setiap anak akan merasa ingin membuat sesuatu, dengan menggunakan material plastik pada apa yang telah ia lihat. Mencoba untuk membuat perbukitan dan lembah yang mereka kenali dapat membangkitkan minatnya, dan mengarahkan pada pengamatan yang lebih dekat. Bentuk-bentuk yang telah dilihat dalam gambar atau dipelajari dari pemaparan ini sebaiknya diikuti dengan membuat modelnya menggunakan cetakan pasir atau dengan tanah liat. Definisi dari berbagai bentuk, bukit, pegunungan, lembah, pulau, dan sebagainya, harus dikembangkan pada apa yang dibentuk. Hapalan mengenai definisi sebaiknya jarang diminta, dan tidak seharusnya dijadikan ujian pengetahuan para siswa.
Pembuatan model menggunakan tangan harus diikuti dengan menggambar, kapanpun ini bisa dilakukan. Menggambar mengajarkan anak untuk melihat dengan baik. Hal ini sering memampukan mereka untuk mengetahui apa yang tidak dapat disampaikan dengan baik oleh kata-kata. Dia juga menjadi siap dan cepat dalam menggunakan pensilnya ketika dia memiliki ide untuk dituangkan di atas kertas. Hanya ketepatan yang beralasan yang perlu diminta. Praktek membuat gambar yang baik tidak seharusnya menjadi akhir dari apa yang dilihat, tapi perkembangan dari ide-ide geografis.
Akhirnya, para siswa diarahkan untuk memberikan pernyataan yang jelas dan berhubungan mengenai apa yang mereka telah pelajari. Untuk pelajaran Bahasa, deskripsi atau gambaran tertulis dapat disiapkan, diilustrasikan dengan sebuah gambar.