Bab 77 Lilin lebah

Tak perlu mengingatkan Paman Paul akan janjinya. Ia segera datang begitu tiba waktu liburnya, untuk menceritakan kisah para lebah pada anak-anak.

“Sebuah sarang lebah yang dihuni oleh lebah-lebah sehat, terdiri dari 20-30.000 ekor. Jumlah tersebut kira-kira sama dengan populasi kota kecil kita. Di sebuah kota kecil,  semua orang memiliki pekerjaan yang berbeda. Tukang roti membuat roti, tukang batu membuat rumah, tukang kayu membuat perabotan, penjahit membuat baju. Pendek kata, ada ahli di setiap pekerjaan sosial ekonomi. pada lebah terdapat berbagai peran yakni peran ibu, ayah dan para pekerja. 

Dan di setiap sarang  hanya ada satu ibu lebah. Dia adalah ibu dari seluruh populasi yang kemudian kita sebut ratu. Berbeda dari lebah para pekerja, tubuhnya besar dan bagian-bagian tubuh nya tidak ada  yang digunakan untuk bekerja. Tugasnya hanyalah bertelur. Ia dapat mengandung sekitar 1200 telur di dalam perutnya dan saat telur-telur tersebut dikeluarkan telur-telur yang lain terbentuk kembali di dalam tubuhnya. Betapa berat tugas seekor ratu. Namun kemudian betapa besar perhatian serta betapa lembut perlakuan para lebah terhadap ibu dari semua lebah. Mereka menyuapi sang ibu. Mereka memberikan yang terbaik baginya, karena ia tidak memiliki waktu untuk mengurusi dirinya sendiri dan sebenarnya dia tidak tahu bagaimana mengurusi diri sendiri. Bertelur adalah satu-satunya tugas.

Tugas Ayah diampu oleh 600-800 lebah yang tidak bekerja. Mereka disebut lebah jantan. Mereka lebih besar daripada lebah pekerja namun lebih kecil dari lebah ratu. Kedua mata mereka menyembul keluar dan menyatu di tengah kepala. Mereka tidak memiliki sengat. Hanya para pekerja dan lebah ratu lah yang mempunyai sengat beracun. Lebah jantan tidak memiliki senjata ini. Jika demikian lalu apa fungsi mereka? Pada waktu tertentu, tugas mereka adalah membentuk sebuah barisan untuk memberi hormat pada ratu yang ingin terbang. Selain itu belum diketahui apa pekerjaan lain para lebah jantan ini.

Seringnya mereka mati mengenaskan atau jika mereka kembali ke sarang, mereka diterima dengan dingin oleh para pekerja. Para lebah pekerja ini hanya melirik tanpa belas kasih sambil  menghabiskan makanan tanpa pernah mengajak mereka. Pertama-tama lebah pekerja memperlakukan lebah jantan dengan kasar. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa lebah jantan tanpa pekerjaan ini tidak diterima di populasi lebah pekerja. Sekiranya mereka tetap tidak paham, para lebah pekerja ini mengambil langkah dengan membunuh mereka satu persatu. Tubuh mereka dilempar keluar sarang. Demikianlah akhir hidup para lebah jantan.

“Sekarang mari kita bahas lebah pekerja yang berjumlah sekitar 25.000-30.000 dengan satu ekor ratu. Mereka disebut lebah pekerja. Merekalah yang kalian lihat di taman, yang terbang dari satu bunga ke bunga lain, mengumpulkan sari-sari makanan. Pekerja lain yang lebih tua dan tentunya lebih berpengalaman tetap berada di sarang untuk merawat rumah mereka dan membagi-bagikan makanan ke telur-telur yang menetas. Di dalam sarang ini ada ada dua petugas. Yang pertama adalah pembuat lilin. Mereka para lebah yang lebih muda, yang tugasnya mengumpulkan bahan-bahan pembuatan madu. Yang kedua adalah yang lebih tua, yakni, lebah perawat. Dia tetap berada di sarang untuk merawat keluarga. Kedua jenis pekerjaan ini tidaklah eksklusif. Ketika masih muda dan ketika masih punya tenaga penuh petualangan lebah, maka mereka bertugas untuk membuat lilin lebah. Mereka pergi ke ladang mencari bahan makanan mengunjungi bunga-bunga atau kadang-kadang terpaksa untuk melawan dan menghunuskan sengatnya untuk menghadapi penyerang yang berniat jahat. Ia membuat lilin-lilin yang digunakan untuk gudang juga ruangan-ruangan kecil dimana lebah-lebah muda dirawat. Ketika tua, lebah ini telah memperoleh pengalaman namun tidak lagi memiliki semangat yang sama seperti saat mereka masih muda. Ia pun tinggal di rumah menjadi perawat dan menyibukkan dirinya mengasuh lebah-lebah muda.”

Kisah pembuka yang diceritakan paman yang menjelaskan tentang tiga kelas pekerja di kerajaan lebah nampaknya sangat menarik perhatian anak-anak dan mereka sangat terkejut mengetahui bahwa serangga memiliki kelas atau hukum sosial yang sangat menakjubkan dan cukup rumit. Pada kesempatan bertanya, Jules lah yang pertama kali melontarkan pertanyaan.  Anak yang tak sabaran ini sangat ingin tahu segala sesuatu, saat itu juga.

“Paman berkata bahwa lebah-lebah membuat madu ini bertugas membuat lilin. Kupikir mereka mendapatkan lilin dari bunga-bunga.”

 “Mereka tidak mendapatkan lilin yang sudah jadi dari bunga. Merekalah yang membuat lilin itu. Mereka mengeluarkannya. Dengan kata lain, mereka membuat lilin seperti kerang yang membuat cangkang dari keringatnya. Demikian juga dengan kerang mutiara yang mengeluarkan keringatnya untuk membuat mutiara.”

“Jika kalian melihat secara seksama perut lebah, kalian akan mendapati bahwa perutnya itu terdiri dari beberapa cincin yang terhubung satu sama lain. Di semua perut serangga terdapat formasi atau bentuk yang sama seperti ini. Susunan banyak bagian yang ujung-ujungnya saling terhubung ini terdapat juga di tanduk atau antena kaki semua serangga. Karena pembagian inilah nama serangga (insect) itu digunakan karena artinya terbagi-bagi (in-section). Bukankah seekor serangga merupakan serangkaian dari bagian-bagian yang dilekatkan satu persatu?

“Sekarang mari kita kembali ke perut lebah. Di lipatan yang memisahkan satu cincin dari cincin berikutnya ditemukan di bawahnya itu (yakni di tengah-tengah perut) ada mekanisme yang memproduksi lilin. Di tempat itu sedikit demi sedikit zat-zat lilin keluar sama halnya seperti keringat yang keluar dari kulit kita. Zat ini kemudian berkumpul menjadi lapisan tipis yang dilekatkan oleh serangga dengan cara menggosok-gosokkan perutnya dengan kaki-kakinya. Ada delapan lebah yang membuat lilin. Ketika seekor lebah tidak memproduksi, lebah lainnya bekerja memproduksi lilin sehingga mereka selalu memiliki lapisan lilin.”

 “Lalu apa yang lebah lakukan dengan lilin tersebut?”

“Lilin dipergunakan untuk membangun ruangan, yakni gudang-gudang di mana madu disimpan atau ruang kecil di mana lebah-lebah muda dalam bentuk larva di pelihara.”

“Berarti lilin juga dibuat untuk membuat rumah dari lapisan-lapisan lilin yang diambil dari lipatan perutnya,” komentar Emil. 

Disanalah kita akan melihat lebah yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan sesuatu itu sangat original. Seolah-olah ketika membangun sebuah rumah kita harus menggosokkan bagian sisi kanan kiri sebagaimana kita mendapatkan balok-balok potongan kayu yang kita perlukan.”

“Para siput juga sudah terbiasa dengan ide-ide natural.. Mereka mengeluarkan keringat untuk cangkang mereka.” Paman Paul mengakhiri ceritanya.

Leave a Comment

error: Content is protected !!