Orang-orang Sparta membanggakan diri karena hidup sangat sederhana seperti anak laki-laki. Dan mereka tidak makan di rumah bersama para wanita dan anak-anak, melainkan mereka memiliki meja perjamuan bersama. Setiap orang menyumbangkan sejumlah tepung, minyak, anggur, sayuran, dan uang yang digunakan untuk makan bersama.
Alih-alih memiliki hidangan yang bervariasi dan lembut, mereka selalu makan dengan menu yang sama. Makanan favorit mereka adalah kaldu atau sup kental berwarna gelap, yang mereka sebut kaldu hitam. Kaya dan miskin diperlakukan sama, duduk berdampingan, dan makan makanan yang sama, yang dimaksudkan untuk membuat mereka sama-sama kuat dan mampu mengabdi pada negaranya.
Gadis-gadis dan wanita tidak pernah datang ke meja perjamuan ini; tapi anak laki-laki diberikan tempat duduk di sana segera setelah mereka mempelajari hal yang pertama dan yang paling penting, yaitu ketaatan.
Ketika para anak laki-laki datang ke ruang makan umum untuk pertama kalinya, pria tertua yang hadir memanggil mereka, dan, sambil menunjuk ke pintu, dengan sungguh-sungguh memperingatkan mereka agar tidak membicarakan kembali segala sesuatu yang telah didengar di ruang makan itu.
Kemudian, sementara para anak laki-laki mengambil tempat mereka dan makan tanpa berbicara sepatah kata pun, orang-orang tua berbicara dengan bebas tentang semua yang mereka senangi. Dengan keyakinan bahwa para pemuda Sparta itu tidak akan pernah cukup jahat untuk membocorkan apa pun yang mereka dengar, dan percaya mereka akan menjaga kehormatannya.
Meskipun orang Sparta memiliki anggur di atas meja mereka, namun mereka adalah orang yang ugahari (sederhana dan bersahaja). Mereka minum hanya sedikit setiap kali makan.
Dalam rangka memperlihatkan kepada para anak laki-laki itu bahwa mabuk adalah hal yang mengerikan, dan merupakan hasil yang pasti dari terlalu banyak minum, para pria yang lebih tua terkadang memberi mereka pelajaran melalui peragaan/demonstrasi.
Mereka memanggil seorang Helot atau budak yang paling kejam, kemudian dengan sengaja memberi dia banyak anggur. Dia didorong untuk terus minum sampai dia terkapar di lantai dalam keadaan mabuk. Kemudian orang-orang tua akan menunjukkannya kepada para anak laki-laki, dan menjelaskan kepada mereka bahwa seorang pria yang terlalu banyak minum adalah tidak layak untuk dikasihi atau dihargai, dan dalam banyak hal jauh lebih buruk daripada seekor binatang buas.
Dengan demikian, para anak laki-laki bangsa Sparta telah sejak dini diperingatkan tentang kejahatan akibat mabuk minuman keras, agar berhati-hati hanya minum sangat sedikit anggur, dan agar menjaga pikiran mereka tetap jernih/sadar, sehingga mereka tetap dapat dianggap sebagai manusia, dan tidak akan pernah mempermalukan diri mereka sendiri seperti yang mereka lihat dilakukan para Helot.
Ketika para anak laki-laki telah melewati pelatihan pertama, mereka pada gilirannya menjadi guru dan pemimpin anak-anak yang lebih kecil, dengan demikian mereka mengabdi kepada negara sampai mereka cukup umur untuk berperang. Ketika mereka
berangkat untuk misi pertama mereka, semua orang keluar untuk menghantar kepergian mereka. Setiap ibu memberikan perisai kepada putranya, sambil berkata,–“Kembalilah bersama perisai ini atau di atasnya.”.Yang berarti “Pulanglah dengan terhormat, bawa perisaimu, menunjukkan bahwa engkau tidak pernah membuangnya dan lari menyelamatkan diri sendiri. Atau mati dengan gagah berani sehingga temanmu akan membawa jasadmu di atas perisaimu, untuk memberimu penguburan yang mulia.”