oleh: Asrie Nadya
Di zaman yang segala sesuatunya sudah bisa dipelajari dari mana saja, dengan siapa saja, kapan saja, apa perlunya ikut gerakan pramuka lagi?
Pertanyaan ini hadir dalam diskusi di dalam rumah kami. Di saat suami lelah melihat istri lelah mengurus ini itu tentang pramuka, pertanyaan mau tak mau muncul lagi.
Anak sekolah saja sudah tidak wajib pramuka. Eh, anak homeschooling (HS) yang bebas merdeka dari kewajiban kok malah bersusah payah bikin?
Berawal dari kami yang belajar prinsip-prinsip pendidikan Charlotte Mason/CM, tokoh pendidik ini sangat menganjurkan anak-anak mengikuti kegiatan boyscouting, karena melatih habit of attention dan ketangkasan di alam.
Kami pun terinspirasi dan memulai ini semua ketika ada jalan.
Setahun berlalu, semua menjadi makin menarik. Teman kami bertambah dengan mereka yang menginginkan kegiatan yang serupa untuk anak-anaknya. Semakin banyak anak mengikuti, semakin banyak pula orang tua yang siap mendampingi.
Kami mulai mencari inspirasi lain lagi. Belajar dari yang sudah lebih dulu berdiri.
Dan, kami menemukan, ketika dijalani sepenuh hati, pramuka tak lagi sekedar belajar tali temali dan sandi. Ini benar-benar bisa jadi salah satu metode yang holistik membentuk pribadi.
Dari tiga pilar prinsip CM, ‘education is an atmosphere, a life, and a discipline,’ sebagai pesekolah rumah, hal paling berat adalah yang ketiga. Melatihkan disiplin anak. Tak hanya disiplin mengikuti waktu belajar, mengerjakan tugas dengan baik, tapi juga disiplin dalam menjalankan integritas, kelempangan berpikir, berkata dan bertindak. Menariknya, semakin dipelajari, ternyata pramuka bisa jadi salah satu jalan pelatihan kebiasaan disiplin ini.
Kami yang mulai belajar pemikiran Ki Hajar Dewantara pun melihat, bahwa ternyata nafas pramuka ini seiring dengan apa yang dicita-citakan Ki Hajar Dewantara. Prinsip among, adalah satu hal penting yang jadi bagian dari pembinaan para praja muda ini. Ya, tak ada pengajar, di pramuka yang ada adalah pembina, mereka yang menemani anak-anak menumbuhkan diri.
Maka, disinilah kami. Bersiap untuk meloncat lebih tinggi. Dengan kawan-kawan sevisi kami mencari cara untuk terus melangkah lebih baik dan baik lagi. Agar ide besar tentang para pecinta alam yang mandiri dan berbudi pekerti tak berhenti hanya di pelatihan baris berbaris yang rapi.
Menariknya, semakin dipelajari, ternyata pramuka bisa jadi salah satu jalan pelatihan kebiasaan disiplin ini.
Setelah tepat 2 tahun berlatih, akhirnya 21 September 2024 ini kegiatan berpramuka kami resmi terwadahi dalam Gugus Depan Teritorial Tangerang Selatan pertama, dengan nama Gudep Jayasingawarman untuk putra dan Gudep Nyimas Melati untuk putri.
Bukan hal mudah untuk sampai ke titik ini, ada perdebatan, perjuangan, tapi juga ada teman-teman yang mau bekerja lebih keras, berusaha lebih jauh, hingga akhirnya kami sampai ke babak baru sebuah perjalanan yang dulu hanya impian. Impian bahwa kegiatan pramuka kami tak hanya sekedar ajang bermain bersama, tapi salah satu metode untuk mendidik karakter anak berjiwa mandiri dan peduli.
Sebuah titik penanda ini tak hanya untuk kawan-kawan lama, tapi juga untuk mereka yang baru bergabung. Kehadiran mereka adalah semangat baru untuk terus melangkah mencapai idealisme kami.
Ya, kami bersiap melatih anak-anak mencapai ranah kecerdasan Spiritual, Emosional, Intelektual, Fisik, dan Sosial (SESOSIF) sebagai postur lengkap dan ideal seorang Pramuka. Yang menjadikan mereka agen perubahan dengan langkah-langkah strategis di tengah masyarakat.
Ya, mimpi kami tinggi.
Because a stream can’t rise any higher than the lake it flows from.