Menurutmu, bagaimana aku bisa mengetahui tentang semua hal yang telah terjadi di masa lampau?
Aku tidak tahu.
Aku hanya menebak-nebak.
Tetapi ada beberapa jenis tebakan. Jika aku mengulurkan kedua tanganku yang tertutup dan memintamu untuk menebak tangan mana yang memiliki koin di dalamnya, itu pun salah satu jenis tebakan. Tebakanmu mungkin benar atau mungkin salah. Itu hanya akan menjadi keberuntungan.
Tapi ada jenis tebakan lain. Ketika ada salju di tanah dan aku melihat jejak sepatu bot di salju, aku menebak seseorang pasti telah lewat disitu, karena sepatu bot biasanya tidak akan berjalan sendiri tanpa ada seseorang memakainya. Tebakan semacam itu bukan hanya keberuntungan tetapi akal sehat.
Jadi kita bisa menebak tentang banyak hal hebat yang telah terjadi di masa lalu, meskipun tidak ada seorang pun di sana pada saat itu untuk melihat atau menceritakannya.
Kami telah menggali jauh di bawah tanah di berbagai belahan dunia dan telah menemukan—coba tebak?
Aku tidak percaya kamu bisa menebaknya.
Kami telah menemukan kepala panah, tombak dan kapak.
Hal yang menarik tentang panah, tombak, dan kapak ini adalah bahwa mereka tidak terbuat dari besi atau baja, seperti yang kita kira, tetapi dari batu.
Sekarang, kita yakin bahwa hanya manusia yang bisa membuat dan menggunakan benda seperti itu, karena burung dan ikan atau hewan lain tidak menggunakan kapak atau tombak. Kita juga yakin bahwa orang-orang ini pasti telah hidup sangat lama, bertahun-tahun yang lalu sebelum besi dan baja dikenal, karena pastilah butuh waktu yang lama sekali hingga benda-benda ini terkubur begitu dalam oleh debu dan kotoran. Kami juga telah menemukan tulang belulang orang-orang itu sendiri, yang meninggal beberapa juta tahun yang lalu, jauh sebelum ada orang yang mulai menulis sejarah. Tulang tertua yang pernah ditemukan berada di Afrika Timur. Kita tahu bahwa orang dahulu kala bekerja dan bermain, makan dan berkelahi–melakukan banyak hal yang sama seperti kita sekarang–terutama berkelahi.
Zaman ini disebut zaman prasejarah, dan ketika itu manusia masih menggunakan benda-benda yang terbuat dari batu, maka disebut pula Zaman Batu.
Hidup sangatlah sulit bagi orang-orang di Zaman Batu. Mereka tidak memiliki hal- hal yang biasa kita miliki hari ini.
Beberapa jenis hewan liar membuat sarang mereka sendiri. Rubah menggali lubang, berang-berang membuat rumah dari ranting kayu dan lumpur. Orang-orang pertama ini mungkin tidak memiliki rumah apapun untuk ditinggali. Mereka hanya menemukan tempat berlindung yang mereka bisa temukan. Mereka menemukan gua di antara bebatuan atau di lereng bukit di mana mereka bisa menghindari dingin, badai dan binatang buas. Jadi pria, wanita, dan anak-anak di zaman ini, disebut Manusia Gua.
Mereka menghabiskan hari-hari mereka berburu beberapa jenis hewan, lalu berlari dan bersembunyi dari yang lain. Mereka menangkap hewan dengan cara menjebaknya di lubang yang tertutup semak-semak, atau membunuhnya dengan gada atau batu jika ada kesempatan, atau dengan panah atau kapak berkepala batu. Mereka bahkan melukis atau memahat gambar hewan-hewan ini di dinding gua mereka. Beberapa gambar tersebut masih bisa kita lihat sampai sekarang.
Mereka hidup dengan mengkonsumsi buah beri, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Mereka mengambil sarang burung untuk mendapatkan telur, yang mereka makan mentah, karena dulu mereka tidak memiliki api untuk memasak. Mereka suka meminum darah hangat hewan yang mereka bunuh, seperti halnya kita minum segelas susu.
Mereka berbicara satu sama lain dengan semacam gerutuan atau kata-kata yang sangat sederhana. Mereka membuat pakaian dari kulit binatang yang mereka bunuh, karena tidak ada yang namanya kain.
Orang-orang ini menghabiskan sebagian besar waktu mereka untuk berburu makanan atau melarikan diri dari hewan yang memburu mereka sebagai mangsa. Mereka tidak memiliki kulit tebal seperti gajah untuk melindungi diri mereka; mereka tidak menumbuhkan bulu tebal seperti beruang agar tetap hangat; mereka tidak bisa berlari sangat cepat seperti rusa untuk melarikan diri dari musuh mereka; mereka bukan tandingan bagi binatang dengan gigi dan cakar yang tajam dan otot yang kuat seperti singa. Sungguh mengherankan bagaimana mereka dapat bertahan hidup hingga dewasa.
Orang Zaman Batu memiliki dua hal yang membantu mereka bertahan hidup, lebih dari cakar yang tajam dan otot yang kuat, atau kulit yang keras. Mereka memiliki otak yang lebih baik daripada hewan. Dan mereka memiliki tangan, bukan kaki depan. Dengan otak mereka, mereka bisa berpikir. Mereka bisa memikirkan cara untuk melakukan sesuatu dengan lebih baik.
Dengan otak, mereka bisa berpikir untuk menggunakan alat. Dengan tangan, mereka dapat membuat alat dan menggunakannya. Alih-alih gigi tajam, para manusia ini bisa menggunakan tombak. Sebagai pengganti kulit berbulu agar tetap hangat, para manusia ini bisa memanfaatkan kulit binatang sebagai pakaian.
Seandainya kamu hidup di Zaman Batu. Aku membayangkan bagaimana kiranya kamu akan menjalani kehidupan. Ketika bangun di pagi hari, kamu tidak perlu mandi, mencuci tangan dan wajah, menyikat gigi atau bahkan sekadar menyisir rambut.
Kamu makan dengan jari-jarimu, karena tidak ada pisau atau garpu atau sendok atau cangkir atau piring, hanya satu mangkuk–yang telah dibuat ibumu dari lumpur dan dikeringkan di bawah sinar matahari untuk menampung air untuk diminum–tidak ada piring untuk dicuci dan disingkirkan, tidak ada kursi, tidak ada meja, tidak ada tata krama meja.
Tidak ada buku, tidak ada kertas, tidak ada pensil.
Tidak ada hari Sabtu atau Minggu, Januari atau Juli. Kecuali bahwa suatu hari hangat dan cerah atau yang lain dingin dan hujan, mereka semua sama. Tidak ada sekolah.
Tidak ada yang perlu dilakukan sepanjang hari selain membuat pai lumpur atau memetik buah beri atau bermain kejar-kejaran dengan saudara-saudarimu.
Aku ingin tahu apakah kamu menginginkan kehidupan seperti itu!
“Tidak buruk juga!” Sungguh?– “Kehidupan yang hebat – seperti berkemah!”
Tapi aku baru memberitahumu sebagian dari cerita itu.
Gua itu akan menjadi dingin, lembab dan gelap, dengan hanya tanah kosong atau tumpukan daun untuk tempat tidur. Mungkin akan ada kelelawar dan laba-laba besar yang berbagi gua denganmu.
Kamu mungkin memiliki kulit binatang yang berhasil dibunuh ayahmu, tetapi karena ini hanya menutupi sebagian tubuh dan karena tidak ada api, kamu akan merasa kedinginan di musim dingin, dan ketika cuaca menjadi sangat dingin, kamu mungkin membeku sampai mati.
Untuk sarapan kamu mungkin memiliki beberapa buah beri kering atau biji rumput atau sepotong daging mentah, untuk makan siang hal yang sama, untuk makan malam masih hal yang sama.
Kamu tidak akan pernah memiliki roti atau keju atau kue panggang dengan sirup, atau oatmeal dengan gula di atasnya, atau pai apel atau es krim.
Tidak ada yang bisa dilakukan sepanjang hari selain waspada terhadap hewan liar–beruang dan harimau; karena tidak ada pintu dengan gembok dan kunci, dan seekor harimau, jika dia menemukanmu, bisa mengintaimu ke mana pun kamu pergi dan akhirnya “mendapatkanmu” bahkan di dalam gua-mu sendiri.
Dan kemudian suatu hari ayah atau kakak laki-lakimu, yang telah meninggalkan gua di pagi hari untuk pergi berburu, tidak pernah kembali, dan kamu kelak tahu bahwa dia telah dicabik-cabik oleh binatang buas, dan kamu akan bertanya-tanya berapa lama lagi sebelum tiba giliranmu sendiri.
Apakah kamu masih ingin hidup seperti saat itu?