George Stephenson Dan Penemuan Lokomotif

Dengan mesin uap Watt untuk memompa air dan mengangkat batu bara, para penambang masuk lebih dalam ke perut bumi dan mengeluarkan lebih banyak batu bara daripada sebelumnya. “Raksasa baru” itu mengubah pabrik yang tak terhitung jumlahnya untuk menggiling jagung dan gandum, dan dimanfaatkan untuk mesin yang akhir-akhir ini ditemukan untuk memintal dan menenun kapas dan wol. Hari bahan bakar murah, makanan murah, dan pakaian murah sepertinya sudah dekat. Satu hal yang kurang, sarana murah untuk membawa tanah, bahan bakar, gandum, kapas, wol, dan sejenisnya, ke pabrik atau pabrik; dan membawa produk jadi ke pasar. Ada kebutuhan besar akan lokomotif yang dapat melakukan pekerjaan dengan baik dengan biaya yang kecil. Orang-orang mulai mengupayakan lokomotif semacam itu. Mereka, tentu saja, tidak mencoba menciptakan mesin baru, tetapi memodifikasi mesin Watt, mesin yang tidak bergerak, sehingga menjadi mesin bergerak yang dapat melayani sesuai kebutuhan. George Stephenson berhasil melakukan ini. 


GEORGE STEPHENSON.

 

Sekitar delapan mil sebelah barat Newcastle, Inggris, terletak desa pertambangan Wylam. Di dekat ujung timur kota berdiri sebuah rumah berlantai dua dengan empat kamar. Ruang barat di bagian bawah dulunya adalah rumah keluarga Stephenson. Lantai ruangan satu kamar ini, yang berfungsi sebagai dapur, ruang makan, ruang tamu, dan kamar tidur, terbuat dari tanah liat. Dindingnya tidak diplester, dan kasaunya kosong. Di sini, pada 9 Juni 1781, George Stephenson lahir.

 

Ayahnya adalah petugas pemadam mesin kebakaran Newcomen di tambang Wylam. Dengan upah tidak lebih dari satu setengah dolar seminggu, dan dengan enam anak dalam keluarga, hampir tidak ada cukup makanan dan sedikit cadangan untuk pakaian. Begitu miskinnya keluarga itu, sehingga tidak ada anak yang disekolahkan. Tetapi George menerima dari ayah dan ibunya sifat-sifat karakter yang bahkan lebih baik daripada kekayaan, dan menebus kurangnya pendidikan dasarnya. Sudah menjadi ciri khasnya ia memiliki ambisi yang jelas. Ketika posisi yang ia inginkan sudah berhasil diraih, dia tidak mudah berpuas diri namun mempersiapkan dirinya untuk kemajuan lebih lanjut. 

Menanjak Selangkah Demi Selangkah

Begitu George cukup umur, dia mulai bekerja. Pekerjaan pertamanya adalah menggembalakan sapi, dengan upah empat sen sehari.

Tumbuh semakin tua dan  dan semakin kuat, dia dipekerjakan untuk melakukan pekerjaan pertanian ringan. Dia mengendarai kuda, memerah susu sapi, dan mencangkul di kebun. Tapi dia segera bergabung dengan saudaranya James di tambang, sebagai “pemetik” untuk membersihkan batu bara dari kotoran dan batu. Gajinya sekarang dua belas sen sehari, dan dinaikkan menjadi enam belas sen ketika dia menjadi pengemudi kuda mesin (horse gin).

Kuda Mesin / Horse Gin (Kuda itu diikat ke roda. Saat berjalan, roda gigi bergerak dan memutar drum, sehingga mengangkat keranjang batu bara dari poros tambang. Versi lain — sering ditenagai oleh keledai) https://www.locallocalhistory.co.uk/brit-land/power/page03.htm#:~:text=The%20horse%20is%20harnessed%20to,those%20once%20used%20in%20prisons.

 

Mengendarai kuda gin sudah cukup baik, tetapi George ingin menjadi seorang insinyur. Menjadi asisten pemadam kebakaran adalah langkah pertama. Besar kegembiraannya ketika, pada usia sekitar empat belas tahun, dia diangkat menjadi asisten ayahnya, dengan upah dua puluh lima sen sehari.

Pada saat dia berusia lima belas tahun, George telah menjadi seorang pemadam kebakaran, dan masih berambisi untuk menjadi seorang insinyur. Dia menghabiskan sebagian besar waktu luangnya untuk mempelajari mesinnya dan mempelajari cara kerja setiap bagian. Adalah peristiwa besar dalam hidupnya ketika sekitar dua tahun kemudian gajinya dinaikkan menjadi tiga dolar seminggu. Dia terdengar berkomentar, “Saya sekarang seorang pria yang terjamin sepanjang hidup.”

Tidak lama setelah ini, tambang baru dibuka, dan George menjadi insinyur. Tugasnya adalah untuk menjalankan mesin, menjaganya agar tetap berfungsi dengan baik,  dan merawat pompa. Jika karena suatu alasan mesin berhenti, dan dia tidak dapat menghidupkannya, dia harus memanggil insinyur kepala tambang. Tetapi pemuda itu tahu setiap bagian dari mesinnya dengan sangat baik sehingga dia tidak pernah perlu meminta bantuan.

Membuat model mesin dengan tanah liat adalah hobi utamanya. Dia membuat model dari mesin apa saja yang dia lihat, dan model mesin-mesin lain yang diceritakan kepadanya. Dengan cara ini dia pertama kali mendengar tentang mesin Boulton dan Watt. Ingin tahu lebih banyak tentang kedua mesin itu, dia diberitahu bahwa dia akan menemukannya dijelaskan dalam buku. Sayang! George tidak bisa membaca,—dia bahkan tidak tahu huruf-huruf. Dengan demikian ia menemukan bahwa untuk maju lebih jauh, ia harus dapat memperoleh informasi dari buku-buku. Meskipun dia sebesar pria dewasa, dan melakukan pekerjaan pria, dia memutuskan bahwa dia harus pergi ke sekolah malam.

Dia pergi ke sekolah tiga malam seminggu, mengambil pelajaran membaca, mengeja, dan menulis. Selama satu atau dua musim dingin, dia juga mengambil pelajaran aritmatika. Ini mudah baginya. Rahasianya adalah ketekunannya. Dia menghabiskan waktu luangnya dari pekerjaan tambang tambang dengan mengerjakan penjumlahan. Soal-soal diselesaikan pada siang hari, dibawa ke gurunya di malam hari, dan ia menerima soal penjumlahan baru untuk hari berikutnya.

Stephenson membuat model mesin dengan tanah liat.

 

Disekitar waktu ini, dia memutuskan untuk belajar pengereman (braking). Seorang tukang rem mengoperasikan mesin yang mengerek batu bara. Pekerjaan ini penuh tanggung jawab dan dibayar dengan baik. Seorang teman baik mengizinkan George untuk mencoba pekerjaannya, dan meskipun baru berusia dua puluh tahun, dia segera mengerem (braking) di tambang lain.

Jadi, dengan penuh perhatian pada pekerjaan dan studi, dan dengan ketekunan, George Stephenson maju selangkah demi selangkah dari gembala menjadi tukang rem; ia mendidik dirinya sendiri, dan menjadi pekerja terampil.

 

Perkembangan Lebih Lanjut

Untuk menambah penghasilannya, Stephenson menyempatkan diri untuk memperbaiki dan membuat sepatu di malam hari. Di antara sepatu yang dikirim kepadanya ada sepasang milik gadis yang kemudian menjadi istrinya, seorang wanita muda yang berwatak manis, berpembawaan baik, dan memiliki  akal sehat yang baik.

Bahagia dalam pekerjaannya, dan puas di rumahnya, Stephenson mulai berupaya memanfaatkan waktu luang di malam hari dengan lebih rajin dari sebelumnya. Dia belajar mekanika, dan memahami secara menyeluruh mesin Newcomen dan Watt. Dia berusaha membuat model mesin. Salah satunya adalah mesin gerak terus-menerus (perpetual motion machine). Meskipun terbukti gagal,seperti juga dialami oleh semua orang lain, pengalaman itu memberinya kesempatan untuk mengasah kemampuan penemuannya.

Tak lama setelah kematian istrinya pada tahun 1806, Stephenson pergi ke Skotlandia, untuk menjadi pengawas, di sebuah pabrik kapas yang menggunakan sebuah mesin Boulton dan Watt. Ini memberinya kesempatan yang sudah lama diinginkannya, untuk bekerja dengan salah satu mesin yang luar biasa itu. Dia tinggal di sana setahun dan kembali dengan uang tabungan lebih dari seratus dolar yang dihemat dari gajinya.

Sementara itu ayahnya mengalami kecelakaan. Saat dia berada di dalam mesin Newcomen, seorang pekerja menyalakan mesin uap. Semburan uap mesin itu mengenai wajahnya, tidak hanya membuatnya tersengat panas, tetapi juga membuat matanya lepas keluar. Pria malang itu berjuang melawan kesusahan hidupnya sebaik mungkin. Ketika anaknya kembali, langkah pertamanya adalah membayar hutang ayahnya, dan tidak lama kemudian dia memindahkan orang tuanya itu  ke Killingworth, tempat mereka tinggal selama bertahun-tahun, dan kebutuhan hidupnya ditanggung sepenuhnya oleh anaknya.

 

Seorang Dokter Mesin

Untuk beberapa alasan yang tidak diketahui, mesin di High Pit, sebuah tambang batu bara di dekat Killingworth, gagal bekerja, dan para penambang terlempar keluar oleh air. Para insinyur di lingkungan itu dipanggil, tetapi masing-masing pada gilirannya gagal menemukan masalahnya. Suatu hari Stephenson berjalan ke tambang dan memeriksa mesin dengan hati-hati. “Yah, George,” tanya seorang penambang, “apa yang kamu perbuat dengan mesin itu? Apakah kamu pikir kamu bisa melakukan sesuatu untuk memperbaikinya?”

“Aku bisa memermaknya,” jawabnya, “dan membuatnya mengangkat air lagi. Dalam waktu seminggu aku bisa mengirimmu kembali ke bawah.”

Percakapan ini dilaporkan kepada manajer, yang dalam keputusasaannya memutuskan untuk memberikan Stephenson kesempatan.

“George,” kata sang manajer, “mereka mengatakan kepada saya bahwa Anda pikir Anda bisa memasang mesin di High Pit dengan benar.”

“Ya, Pak, saya pikir saya bisa.”

“Jika memang demikian, saya akan memberi Anda kesempatan … Para insinyur di sini semuanya gagal; dan jika Anda berhasil melakukan apa yang tidak dapat mereka lakukan, Anda dapat menggantungkan hidup anda pada hal itu, saya akan menjadikan Anda seorang pria yang hidupnya terjamin dan terhormat sepanjang hidup .”

Mesin itu dibongkar hingga berkeping-keping, dan banyak perubahan dilakukan. Pekerjaan selesai dalam waktu sekitar tiga hari, dan mesin mulai dipakai untuk memompa. Pada pukul sepuluh malam itu, air di lubang itu lebih rendah daripada sebelumnya, dan pada akhir minggu para pekerja “dikirim kembali ke dasar”. Stephenson telah membuat kata-katanya terbukti. 

Keahliannya sebagai dokter mesin tersiar dengan luas. Dia diminta untuk menetapkan solusi untuk semua mesin pompa yang mengi dan berderit di daerah itu. Sebagai seorang dokter mesin, gajinya bagus, dan dia segera meninggalkan pekerja “biasa”. Insinyur yang lain pada gilirannya cemburu padanya dan memandangnya sebagai “dukun”. Tetapi bagaimanapun pengelola High Pit, percaya padanya, dan pada tahun 1812 berhasil membuatnya menjadi ahli mesin di Killingworth.

Mendidik Putranya

Stephenson sering memikirkan kesulitan yang dialami dalam hidup karena kurangnya sekolah. Dia bertekad untuk memberikan putra satu-satunya Robert, lahir pada tahun 1803, pendidikan yang baik. Segera setelah Robert cukup dewasa, dia dikirim ke sekolah paroki. Pendidikan yang bisa didapat di sana hampir tidak lebih dari pendidikan dasar dan menulis, dan tidak lama segera terlihat tampaknya yang terbaik adalah untuk mengirim Robert ke Newcastle. Ini mahal, dan penghasilan Stephenson kecil. Selain itu, dia adalah satu-satunya pendukung orang tuanya yang menderita. Bagaimana uang itu diperoleh? “Saya menyuruh diri saya bekerja untuk memperbaiki jam dan arloji tetangga saya di malam hari, setelah pekerjaan sehari-hari saya selesai, dan dengan demikian saya mendapatkan sarana untuk mendidik putra saya.” kata Stephenson lama setelah kejadian, “

Robert pulang pergi Newcastle dengan keledai. Namun ternyata bukan hanya Robert yang menikmati pendidikan di Newcastle, ayahnya juga. Malam hari mereka habiskan bersama untuk membahas pelajaran yang akan dipelajari di sekolah keesokan harinya. Buku-buku dibawa dari perpustakaan untuk dibaca. Ketika buku yang diinginkan tidak dapat dibawa pulang, Robert akan membawa pulang penjelasan dan sketsa untuk informasi bagi ayahnya. Dengan demikian, sang putra membantu mendidik ayahnya—tetapi ayah yang seperti itu! Apakah Anda bertanya-tanya jika Robert kemudian dengan bangga mengatakan bahwa ia berhutang budi atas kesuksesannya luar biasa, terutama karena teladan dan pelatihan ayahnya,?

GEORGE STEPHENSON DAN AYAHNYA BELAJAR BERSAMA

 

Jalur Kereta Dan Lokomotif Pertama

 

Sebagai pembuat mesin di Killingworth, Stephenson tidak hanya harus memperbaiki mesin pompa dan pengangkat, tetapi untuk merawat semua mesin lainnya juga bagian dari tugasnya. Saat dia melakukan perjalanan dari tambang ke tambang, dia juga mencari tahu di bagian mana perbaikan dapat dilakukan. Di antara berbagai perbaikan lainnya, ia mulai memikirkan lokomotif.

Lokomotif masih dipandang sebagai ide yang aneh dan mahal. Tetapi lebih dari kebanyakan orang lain, Stephenson jelas melihat betapa besar kegunaannya, tidak hanya dalam membawa batu bara ke pasar, tetapi juga dalam mengangkut semua jenis produk. Dia mengarahkan semua pengetahuannya tentang mesin, dan semua kekuatan pikiran berkreasinya , ke pembuatan lokomotif.

Ada tiga bagian terkait rel kereta api: lokomotif, gerbong, dan lintasan yang dilaluinya. Kereta api pertama adalah trem, digunakan untuk mengangkut batu bara dari tambang ke dermaga, tempat itu dimuat di kapal untuk dibawa ke kota-kota yang jauh. Trem seperti itu sering kali panjangnya sepuluh hingga dua belas mil. Mereka dibangun dengan membangun jalan raya yang kurang lebih rata, dan dengan menempatkan, di atas pengikat kayu, dua rel kayu. Di beberapa tambang, plat besi tipis dipaku di permukaan atas rel. Rel besi cor, panjang tiga atau empat kaki, juga umum dipakai.

Gerbong-gerbong memiliki badan kayu besar. Tubuh besar ini diletakan pada alas kayu yang terbuat dari balok kayu yang berat. Disitu, setiap ujung gerbong Ini diikat di ke poros besi, yang menghubungkan dua roda pendukung dari besi tuang. Seekor kuda dapat menarik dua atau lebih dari gerbong-gerbong  ini dengan kecepatan dua atau tiga mil per jam bila dimuat dengan delapan sampai sepuluh ton batu bara secara keseluruhan.

Dengan demikian, dua bagian dari rel kereta api yaitu rel atau trem dan gerbong sudah ada ketika Stephenson bertekad untuk membuat lokomotif. Tujuan dari niatnya adalah untuk menciptakan sebuah mesin yang akan menggantikan kuda di jalur trem. Oleh karena itu, agar lokomotifnya dianggap berhasil. Lokomotif itu harus dapat melakukan pekerjaan yang sama, tidak hanya lebih memuaskan, tetapi juga dengan biaya yang lebih rendah daripada yang dapat dilakukan oleh kuda.

Ide asal lokomotif semacam itu tidak berasal dari Stephenson, dia juga bukan orang pertama yang membuatnya. Kehormatan itu milik Richard Trevithick, yang membangun lokomotif pada awal tahun 1804. Dengan menggunakan gerbongnya, lokomotif ini mampu mengangkut sepuluh ton, orang, bahan bakar, dan sejenisnya, dengan kecepatan lima atau enam mil per jam. Untuk waktu yang singkat lokomotif itu berhasil digunakan. Tapi itu mematahkan begitu banyak rel besi cor kecil yang jalan dibuat, dan sering keluar dari lintasan, sehingga segera dikesampingkan penggunaannya dan mesinnya diturunkan fungsinya hanya untuk membuat pompa bekerja. Masalahnya ada trek dan bukan pada mesin. Dengan sedikit ketekunan, Trevithick mungkin akan berhasil membuat lokomotif yang sukses dan menjadi terkenal dan kaya. Tapi Trevithick adalah seorang jenius. Ia suka mencoba proyek baru.  Setelah beberapa perjalanan percobaan, dia meninggalkan lokomotifnya untuk mengurus dirinya sendiri dan tidak memikirkannya lagi.

Untuk beberapa waktu, tidak ada yang mencurahkan banyak perhatian pada lokomotif. Namun ide itu tidak hilang. Pada tahun 1811, Mr. Blenkinsop, seorang manajer tambang di dekat Leeds, memutuskan untuk membangunnya. Blenkinsop mengikuti desain Trevithick. Roda gila (flywheel) yang besar, dihilangkan, dengan fitur baru yaitu dua silinder dan roda bergigi yang bekerja di rel rak.

RODA GILA (FLYWHEEL) PADA LOKOMOTIF TREVITHICK 

LOKOMOTIF BLENKINSOP 

Roda bergigi dan rel rak ini dibuat untuk mengatasi kesulitan yang sudah dibayangkan akan terjadi. Bahkan orang paling bijaksana pada masa itu sudah berpikir bahwa jika sebuah beban ditempatkan di belakang mesin, “cengkeraman” atau “gigitan” roda halusnya pada rel halus akan sangat kecil sehingga roda mesin akan berputar-putar di tempat yang sama dan mesin tidak pernah maju. Secara alami, Blenkinsop berpikir bahwa roda bergigi yang bekerja di rel rak diperlukan jika ingin mesinnya bisa menarik beban.

Ketika diisi dengan muatan ringan, Lokomotif Blenkinsop, melaju dengan kecepatan sepuluh mil per jam. Itu akan menarik beban sembilan puluh ton pada kecepatan tiga setengah mil per jam pada kemiringan yang datar, atau lima belas ton di atas tanah. Lokomotif itu berharga dua ribu dolar, dan dapat melakukan pekerjaan enam belas kuda. Lokomotif itu terus digunakan selama lebih dari dua puluh tahun, dan merupakan lokomotif sukses pertama yang pernah dibuat.

Didorong oleh keberhasilan Blenkinsop, Tuan Blackett, dari Wylam, memutuskan untuk mencoba lokomotif di tambangnya. Lokomotif yang pertama dibuat untuknya “terbang berkeping-keping” pada percobaan pertama. Lalu yang kjedua dibuat.  Seperti yang pertama, lokomotif ini dimodelkan setelah mesin Trevithick dan Blenkinsop. Lokomotif baru memiliki roda gila, dan roda penggeraknya bergigi dan berjalan di rel rak. Mesin ini mampu mengangkut delapan atau sembilan gerbong bermuatan dengan kecepatan satu mil per jam. Itu terlalu berat untuk trek, dan relnya selalu patah. Pada suatu hari sopir ditanya bagaimana ia bisa terus bekerja dengan itu. “Bekerja?” katanya, “Kami tidak bekerja dengan benda ini; kami seperti mau mati!”

PUFFING BILLY.

 

Penyebab utama kegagalan adalah roda bergerigi yang bekerja di rel rak. Blackett belajar melalui eksperimen bahwa ini tidak perlu. Lokomotif ketiganya, dibangun pada tahun 1813, dilengkapi dengan 61 roda halus. Mesin baru ini, Puffing Billy, lebih sukses. Itu mudah diatur, dan menarik sepuluh hingga empat belas gerbong bermuatan yang memiliki berat gabungan dua puluh ton dengan kecepatan empat atau lima mil per jam.

 

Lokomotif pertama Stephenson

Mesin pertama Stephenson, Blucher, dibuat pada tahun 1814. Itu tidak terlalu sukses. Yang terbaik yang bisa dilakukan Blucher adalah menarik tiga puluh ton beban di atas tanjakan dengan kecepatan empat mil per jam. Setelah satu tahun percobaan, ditemukan bahwa biaya pengangkutan batubara dengan tenaga uap sama besarnya dengan tenaga kuda. Ini sedikit memberi dorongan semangat karena keberhasilan lokomotif bergantung pada nilai ekonominya.

Stephenson mulai bekerja dengan semangat baru, dan pada awal tahun 1815 ia menyelesaikan mesin kedua. Mesin baru ini memiliki ketel besi tempa dengan panjang delapan kaki dan lebar tiga puluh empat inci, dengan satu cerobong berdiameter dua puluh inci. Cerobong asap dilengkapi dengan semburan uap. Ledakan uap atau angin paksa adalah salah satu penemuan luar biasa Stephenson. Di lokomotif sebelumnya, uap setelah melakukan tugasnya di dalam silinder dibiarkan keluar ke udara, dengan desisan mengerikan yang menakutkan manusia dan binatang. Stephenson memperhatikan bahwa uap dari silinder keluar dengan kecepatan yang jauh lebih besar daripada asap yang keluar dari cerobong asap. Terpikir olehnya bahwa jika uap yang keluar ini dibelokan ke cerobong asap, itu akan menghasilkan angin. Melakukan hal ini, dengan cara meningkatkan intensitas api, akan memungkinkan boiler dengan ukuran yang sama dapat menghasilkan jumlah uap yang lebih besar. Tidak lama setelah dicoba, eksperimen ini menghasilkan kecepatan dan tenaga mesin menjadi lebih dari dua kali lipat. Tidak berlebihan untuk mengatakan bahwa, tanpa gaya paksa, bersama dengan ketel dengan sejumlah tabung kecil yang menghubungkan kotak api dan cerobong asap, yang ditemukan setelahnya, lokomotif mungkin masih terseret dengan kecepatan tidak lebih dari empat atau lebih. lima mil per jam.

 

Lokomotif yang Sukses

Pada mesin pertama Stephenson, tenaga diterapkan ke roda penggerak melalui roda gigi. Stephenson mengamati bahwa jika lokomotif ingin sukses, daya harus diterapkan secara langsung pada roda penggerak. Pada mesin yang baru, dua silinder dihubungkan langsung dengan empat roda penggerak. Untuk mendapatkan kebebasan gerak yang diperlukan, dan untuk menghindari gesekan dan getaran kasar yang tidak diinginkan karena tempat-tempat yang kasar di lintasan, sambungan sendi peluru digunakan untuk menghubungkan batang penghubung dengan crosshead silinder, dan dengan pin engkol silinder. roda penggerak. Stephenson juga merencanakan untuk menghubungkan setiap pasang roda penggerak dengan batang yang diikat ke engkol di setiap poros. Namun, para pekerja pada saat ini tidak dapat membuat engkol seperti ini, dan sementara waktu masih diperlukan untuk kembali menggunakan rantai penghubung.

Dengan demikian, Stephenson berhasil membuat mesin yang memiliki hubungan langsung antara silinder dan roda penggerak, hubungan langsung antara semua roda, dan draft paksa (a forced draft). Ini adalah poin penting di semua mesin yang telah dibangun sejak itu. Oleh karena itu Stephenson telah berhasil membuat lokomotif, seperti Watt telah berhasil membuat mesin uap.

https://radiopaedia.org/articles/ball-and-socket-joint

 

Membangun Jalur Kereta Uap yang  yang Pertama

 

Meskipun lokomotif Stephenson digunakan sehari-hari di Killingworth, dan telah digunakan selama bertahun-tahun, tidak ada yang memperhatikannya kecuali pemilik tambang di sana-sini. Tampaknya ada sedikit prospek bahwa lokomotif akan digunakan secara umum. Walaupun demikian, Stephenson memiliki keyakinan yang semakin kuat tentang penemuannya.

Pada tahun 1821, Tuan Edward Pease memperoleh wewenang dari Parlemen untuk membangun jalur trem antara Stockton dan Darlington. Tidak lama kemudian, seorang asing menghadap Mr. Pease, menggambarkan dirinya sebagai “hanya ahli mesin di Killingworth.” George Stephenson ingin menjadi insinyur untuk jalur baru tersebut. Tuan Pease melihat bahwa dialah orang yang tepat untuk posisi itu.

Ketika Stockton dan Darlington Railroad direncanakan, tidak ada pemikiran untuk menggunakan lokomotif di atasnya. Tak satu pun dari direktur memiliki kepercayaan pada mereka. Mesin stasioner harus ditempatkan pada kemiringan yang paling curam, tetapi sebagian besar pengangkutan harus dilakukan oleh kuda. Stephenson tidak kehilangan kesempatan untuk memberi tahu Mr. Pease tentang lokomotifnya. “Satu lokomotif,” katanya, “senilai lima puluh kuda. Datanglah ke Killingworth dan lihat apa yang bisa dilakukan mesin saya; percaya karena melihat.” Mr Pease akhirnya pergi ke Killingworth dan dengan dia menjadi percaya karena melihat. Tiga lokomotif Stephenson dipesan agar siap untuk peresmian jalur tersebut.

Saat waktu untuk peresmian jalur semakin dekat, Stephenson menjadi cemas. Namun bagaimanapun juga dia masih penuh harapan. Suatu malam saat makan malam dengan putranya, Robert berkata: “Aku berani memberitahumu bahwa aku pikir kamu akan hidup untuk melihat hari ketika kereta api akan menggantikan semua metode pengangkutan lain di negara ini, ketika kereta pos akan berjalan dengan dengan kereta api, dan rel kereta api akan menjadi jalan raya yang besar bagi raja dan rakyatnya. Akan tiba waktunya ketika akan lebih murah bagi seorang pekerja untuk bepergian dengan kereta api daripada berjalan kaki. Aku tahu ada banyak kesulitan yang harus dihadapi; tetapi apa yang telah aku katakan akan terjadi, tanpa keraguan sedikitpun. Aku hanya berharap aku dapat hidup untuk melihat hari itu, meskipun aku hampir tidak dapat berharap untuk itu, karena aku tahu betapa lambatnya kemajuan, dan betapa banyaknya kesulitan yang kuhadapi sampai lokomotif bisa diadopsi sejauh ini, sekalipun percobaan saya  di Killingworth selama sepuluh tahun berhasil.”

Yang pertama dari tiga mesin yang akan dikirimkan adalah mesin nomor satu, Locomotion. Mesin ini dibangun di pabriknya sendiri di Newcastle berdasarkan rencana desain  Stephenson yang terbaru. Mesin-mesin ini tidak jauh berbeda dari mesin yang dibuat delapan atau sepuluh tahun sebelumnya di Killingworth, tetapi pengerjaannya lebih baik.

Kerumunan besar orang berkumpul untuk menyaksikan peresmian jalur baru. Lokomotif menjadi pusat atraksi. Beberapa datang untuk bersukacita, tetapi banyak yang datang untuk melihat mesin meledak. Sebuah prosesi besar dibentuk dengan mesin nomor satu berada di depan. Stephenson adalah insinyurnya. Kereta itu terdiri dari dua belas gerbong yang memuat batu bara dan tepung, gerbong penumpang untuk para direktur dan teman-teman mereka, dan dua puluh satu gerbong batu bara untuk penumpang lain, secara keseluruhan kereta itu terdiri dari rangkaian tiga puluh empat gerbong. Di bagian depan arak-arakan seorang pria menunggangi kuda dengan membawa spanduk bertuliskan: “Risiko Pribadi adalah Keuntungan untuk Masyarakat.” Saat sinyal diberikan, kereta besar itu mulai bergerak. Pada awalnya kereta itu bergerak dengan kecepatan enam sampai delapan mil per jam. Stephenson akhirnya memutuskan untuk menguji kecepatan mesin. Dia memberi isyarat kepada penunggang kuda untuk menyingkir, dan menyalakan uap. Kereta sekarang melaju menuju Darlington dengan kecepatan lima belas mil per jam, kecepatan yang luar biasa untuk hari itu. Keberhasilan mesin tersebut membangkitkan minat dan kekaguman yang besar.

STEVENSON DI ATAS MESIN LOCOMOTION,PADA PERESMIAN JALUR KERETA STOCKTON DAN DARLINGTON RAILROAD.

 

Jumlah penumpang yang ingin diangkut cukup mengejutkan. Saat itu tidak banyak pemikiran untuk mengangkut penumpang, dan ketika jalan dibuka, perusahaan hanya memiliki satu gerbong penumpang yang bernama  Experiment. Gerbong segera ditambahkan. Bangkai beberapa kereta pos tua dibeli dan disambungkan ke roda gerbong batu bara. Awalnya kereta penumpang ini ditarik oleh kuda, tetapi tidak lama kemudian salah satu lokomotif Stephenson terlihat mengepul riang, menarik kereta yang terdiri dari sejumlah gerbong yang bermuatan batu bara dan satu atau dua gerbong penumpang yang fantastis ini.

 

Mengupayakan Penerimaan Jalur Kereta Api Uap

Keberhasilan Stockton dan Darlington mendorong sekelompok orang yang berpikir untuk membangun jalur kereta api antara Liverpool dan Manchester. Beberapa dari mereka pergi ke Killingworth untuk melihat mesin Stephenson. Setelah melihatnya, salah satu pria menulis: “Ini adalah mesin yang akan segera mempengaruhi perubahan total dalam masyarakat. Mr Stephenson adalah jenius terbesar zaman ini, dan jika ia mengembangkan kekuatan penuh dari mesin itu ketenarannya. di dunia akan sama dengan Watt.” Wajar saja, ketika diputuskan untuk membangun jalan baru, Stephenson terpilih sebagai insinyur.

Rel kereta api yang baru menimbulkan banyak pertentangan, terutama di antara para pemilik jalan tol dan kanal. Koran-koran mencetak segala macam hal konyol. Rel kereta api akan menghambat sapi merumput dan ayam betina bertelur. Asap beracun dari lokomotif akan membunuh burung, rumput, dan pepohonan. Percikan api akan membakar semua rumah di sepanjang jalan. Kuda tidak akan ada gunanya lagi,—sebenarnya, tidak akan lama lagi kuda tidak akan ada lagi, dan karena itu gandum dan jerami tidak akan berguna lagi. Harga tanah akan diturunkan, karena tidak mungkin membajak ladang-ladang di sekitarnya, dan berbahaya untuk mengendarai pedati di dekat jalur kereta. Selain itu, sejumlah orang akan terbunuh oleh boiler yang meledak. Semua ketakutan ini tampak konyol bagi kita sekarang tetapi tampak sangat nyata saat itu.

 

Penentangan besar juga terjadi di DPR saat RUU pembangunan jalan itu disahkan. Orang-orang belum siap untuk percaya bahwa sebuah mesin dapat bergerak cepat melintasi negeri dengan ratusan orang di dalam keretanya, lebih cepat daripada yang dapat dijalankan oleh kuda atau anjing yang paling cepat berlari. Ide itu sangat tidak masuk akal.

Segala macam pertanyaan lucu diajukan: Apa yang akan terjadi ketika mesin berbelok keluar dari  lintasan? Bagaimana mungkin sebuah mesin bisa berjalan saat menghadapi angin kencang?

“Misalkan sekarang,” kata salah satu anggota Parlemen, “ada seekor sapi yang menghalangi mesin lokomotif; bukankah itu situasi yang canggung?”

“Ya,” jawab Stephenson, “sangat canggung untuk sapi itu.”

Stephenson dan gagasannya tentang kereta api uap tidak hanya diejek, tetapi insinyur terbaik saat itu juga dipanggil untuk menunjukkan bahwa jalan tidak dapat dibangun di tempat Stephenson akan membangunnya. Pada satu titik jalan melewati rawa besar, Chat Moss. “Tidak ada insinyur dalam akal sehatnya,” kata salah satu pakar ini, “akan melalui Chat Moss. Siapa selain Tuan Stephenson yang akan berpikir untuk memasuki Chat Moss? Ini adalah kebodohan… Setiap bagian dari skema menunjukkan bahwa orang ini telah menerapkan dirinya pada bidang  yang tidak dia miliki ilmunya.”

STEPHENSON MENUNJUKAN KEMAMPUAN MESIN.

 

Jadi George Stephenson, “penulis mesin Killingworth,” dengan hanya pengetahuan praktisnya untuk membimbingnya dan kejeniusannya untuk menginspirasinya, memperjuangkan ide-idenya melawan orang-orang paling terpelajar saat itu. Dia berdiri sendirian. Dia disebut “bodoh”, “tidak waras”, dan “gila”; tetapi seperti yang dia katakan kemudian, “Saya menerima setiap penolakan dan melanjutkan rencana saya, bertekad untuk tidak menyerah.”

Ketika jalur Liverpool dan Manchester hampir selesai, para direktur bingung apakah lebih baik menggunakan mesin stasioner atau lokomotif. Para insinyur tempat mereka berkonsultasi menyarankan penggunaan sistem mesin stasioner yang ditempatkan pada rentang jarak tertentu di sepanjang jalan. Stephenson sendiri yang menyodorkan lokomotif. Dengan opini publik yang menentangnya,—karena kisah-kisah paling menakutkan diceritakan tentang betapa berbahaya dan mengerikannya lokomotif itu,—dia mendesak pandangannya terhadap para direktur di dalam dan di luar musim. Bahkan di saat-saat tergelapnya, dia menyatakan: “Kereta api lokomotif bertahun-tahun yang akan datang akan menjadi jalan raya terbesar di dunia.” Akhirnya para direktur memutuskan untuk menawarkan hadiah dua ribu dolar untuk lokomotif terbaik. Empat mesin didaftarkan untuk memburu hadiah: Novelty, Sanspareil, Rocket, Perseverance.

Rocket adalah mesin Stephenson. Itu tidak terlihat seperti mesin yang dibuat di Killingworth atau untuk Stockton dan Darlington, tetapi prinsip yang diikuti dalam pembuatan Rocket sama seperti pada mesin sebelumnya: hanya sedikit onderdil, dan hubungan langsung antara silinder dan roda penggerak. Ada satu peningkatan penting. Mesin sebelumnya memiliki satu cerobong asap besar yang mengalir melalui ketel di antara kotak api dan cerobong asap. Roket itu dilengkapi dengan ketel, yang didalamnya ada dua puluh lima tabung tembaga, masing-masing berdiameter tiga inci. Boiler jenis ini, yang sekarang ada di semua lokomotif uap, mempermudah untuk mempertahankan uap. Oleh karena itu Rocket adalah mesin terbaik dan tercepat yang pernah dibuat Stephenson.

Uji coba diadakan di Rainhill, pada tahun 1829. Ribuan orang, termasuk banyak insinyur dan peminat di seluruh dunia, datang untuk melihat kontes tersebut. The Novelty berlari dengan kecepatan dua puluh empat mil per jam, tetapi mogok. Sanspareil melaju dengan kecepatan rata-rata empat belas mil per jam, tetapi pompanya rusak dan harus berhenti. The Perseverance tidak dapat melaju lebih dari empat atau lima mil per jam, dan ditarik keluar dari kontes. Masih ada Roket. Pada Rocket, George Stephenson menyematkan semua harapannya. Dia telah berjuang selama bertahun-tahun untuk sebuah ide bagus. Dia telah melakukan pekerjaan dan menghadapi kesulitan yang mungkin sudah akan menghancurkan semangat banyak orang lain, tetapi keberaniannya tidak pernah mengecewakannya. Sekarang, Rocket akan menunjukkan kepada dunia apakah dia “bodoh”, “tidak waras”, dan “gila”, dan apakah kereta api uap akan menjadi “jalan raya besar dunia” atau tidak.

Roket melakukan perjalanan percobaan dengan kecepatan maksimum dua puluh sembilan mil per jam dan dengan kecepatan rata-rata lima belas. Dia memenuhi setiap persyaratan kontes. Penonton sangat tercengang dengan pertunjukan yang luar biasa.

THE ROCKET.

 

Jalur kereta Liverpool dan Manchester dibuka untuk umum pada tahun 1830. Acara ini dipandang sebagai kepentingan nasional, dan ada perayaan besar. Sebuah prosesi besar berangkat ari Liverpool ke Manchester dan kembali lagi. Ribuan orang berkumpul di sepanjang jalan untuk melihat pemandangan indah itu, tetapi hanya sedikit dari mereka yang pada hari itu melihat lokomotif untuk pertama kalinya, menyadari pentingnya penemuan yang dibuat oleh “tukang mesin Killingworth”.

Dalam beberapa tahun setelah kontes yang tak terlupakan di Rainhill itu, banyak kabupaten (county) menyaksikan lokomotif sibuk mengangkut bahan mentah ke penggilingan dan pabrik, sibuk membawa produk manufaktur ke tempat yang dibutuhkan, dan sibuk mempercepat penumpang bepergian dari satu tempat ke tempat lain. Dengan demikian daerah yang berbeda dalam satu county menjadi terasa lebih dekat. Daerah perbatasan dengan mudah berkembang, industri baru dikembangkan, dan pasar baru dibuka. Oleh karena itu, lokomotif akan digolongkan sebagai salah satu penemuan besar dunia, dan George Stephenson sebagai salah satu orang hebat dunia.

Leave a Comment

error: Content is protected !!