Ketika satu tahun berlalu Perseus mempekerjakan orang-orang Fenisia dari Tirus (Lebanon), menebang pohon-pohon aras, dan membangun sendiri sebuah perahu galai yang menakjubkan. Dia mengecat lambungnya dengan warna merah terang, dan memasang kemudi di tiap sisinya. Di dalam kapal itu dia membawa Andromeda bersama semua mahar permata, syal yang indah, dan rempah-rempah dari Timur. Begitu banyak tangisan ketika mereka mendayung pergi. Tapi peringatan akan perbuatannya yang berani tertinggal dan batu Andromeda masih ada di Iopa (Tel Aviv), Palestina hingga lebih dari seribu tahun berlalu.
Perseus dan orang-orang Fenisia mendayung ke arah barat, melintasi lautan Kreta, sampai mereka tiba di laut Ægean yang biru dan Kepulauan Hellas yang indah, juga Seriphos, rumah tuanya.
Kemudian dia meninggalkan galainya di pantai, dan naik ke daratan seperti di masa lalu. Dia memeluk ibunya juga Dictys ayah angkatnya yang baik, dan mereka menangis lama sekali, karena sudah tujuh tahun lebih sejak mereka terakhir bertemu.
Kemudian Perseus pergi ke aula Polydectes membawa kepala Gorgon di balik kulit kambing.
Ketika dia masuk ke aula, Polydectes sedang duduk di kepala meja bersama semua bangsawan serta para pemilik tanah di kedua sisinya, duduk berurutan sesuai pangkatnya. Mereka tengah berpesta ikan dan daging kambing, juga minum anggur semerah darah. Para pemusik memainkan harpa, orang-orang yang bersuka ria berteriak, dan cangkir-cangkir anggur berdentang riang saat mereka berpindah dari tangan ke tangan. Begitu gaduhnya suara di aula Polydectes.
Kemudian Perseus berdiri di ambang pintu dan memanggil nama sang raja. Namun tidak ada tamu yang mengenal Perseus karena dia tampak berubah setelah perjalanan panjangnya. Dia pergi sebagai anak laki-laki, dan pulang sebagai seorang pejuang dengan mata bersinar seperti elang, janggut seperti singa, dan berdiri seperti banteng liar dalam kegagahannya.
Namun Polydectes si jahat mengenalnya, hatinya pun makin keras. Dengan mencemooh dia memanggil, “Ah, si anak terlantar! Apakah kau merasa lebih mudah untuk berjanji daripada memenuhinya?”
“Mereka yang dibantu para Dewa memenuhi janji mereka. Sementara mereka yang membenci, menuai seperti yang mereka tabur. Lihatlah kepala Gorgon!”
Kemudian Perseus menarik kembali kulit kambingnya, dan mengangkat tinggi-tinggi kepala Gorgon. Polydectes dan tamunya memucat ketika mereka melihat wajah yang mengerikan itu. Mereka mencoba bangkit dari tempat duduk mereka. Namun mereka tidak pernah bisa bangkit dan setiap orang kaku di tempatnya duduk, menjadi lingkaran batu abu-abu yang dingin.
Kemudian Perseus berbalik dan meninggalkan mereka, lalu pergi ke galainya di teluk. Dia memberikan kerajaan kepada Dictys yang baik, dan berlayar bersama ibu dan istrinya.
Polydectes dan para tamunya duduk diam dengan cangkir anggur di atas meja di depan mereka, sampai kasau-kasau runtuh di atas kepala mereka, dinding hancur di belakang punggung mereka, meja runtuh di antara mereka, dan rumput bermunculan di sekitar kaki mereka. Namun Polydectes dan tamunya tetap duduk di lereng bukit dan menjadi cincin batu abu-abu sampai hari ini.
Perseus mendayung ke arah barat menuju Argos, mendarat di pantainya, lalu naik ke kota. Ketika sampai, dia menemukan bahwa Acrisius kakeknya telah melarikan diri. Pratus, saudara laki-lakinya yang jahat telah menyeberangi sungai dari Tiryns untuk berperang melawannya dan menaklukkan Argos. Acrisius pun melarikan diri ke Larissa, negeri Pelasgi yang liar.
Kemudian Perseus mengumpulkan para Argives, memberi tahu mereka siapa dia dan semua perbuatan mulia yang telah dia lakukan. Semua bangsawan dan petani pun menjadikannya raja, karena mereka melihat bahwa dia memiliki hati yang mulia. Mereka bertarung dengannya melawan serta membunuh Protus dan merebut Argos. Mereka membuat para Cyclops melayani mereka untuk membangun tembok di sekitar Argos seperti tembok yang telah mereka bangun di Tiryns. Setelahnya mereka merayakan kegembiraan yang luar biasa di lembah Argos, karena mereka telah mendapatkan seorang raja dari Zeus.
Tapi hati Perseus merindukan kakeknya, dan dia berkata, “Beliau adalah darah dagingku, tentu dia akan mencintaiku sekarang karena aku pulang membawa kehormatan. Aku akan pergi mencarinya, membawanya pulang, dan kita akan memerintah bersama dalam damai.”
Maka Perseus berlayar dengan orang Fenisia, mengitari Hydrea dan Sunium, melewati Marathon dan pantai Attic, melintasi Euripus, dan melayari laut Euboean yang panjang, sampai dia tiba di kota Larissa, tempat tinggal Pelasgi liar.
Ketika dia tiba, semua orang tengah berada di ladang. Sebuah pesta dengan segala macam permainan digelar oleh Teutamenes raja mereka untuk menghormati Acrisius, karena dia adalah raja dari negeri yang perkasa.
Jadi Perseus tidak menyebutkan namanya, tetapi mengikuti permainan yang tidak diketahuinya. Dia berpikir, “Jika aku memenangkan hadiah permainan, hati kakekku akan melembut padaku.”
Jadi dia melepaskan helmnya, lapisan baju bajanya, serta seluruh pakaiannya, dan berdiri di antara para pemuda Larissa. Sementara itu semua orang bertanya-tanya tentangnya dan berkata, “Siapa pemuda asing ini, yang berdiri seperti banteng liar dalam kegagahannya? Tentunya dia adalah salah satu pahlawan, putra para Dewa dari Olympus.”
Ketika pertandingan dimulai, mereka semakin ingin tahu lagi, karena Perseus adalah orang terbaik dalam berlari, melompat, bergulat, dan melempar lembing. Dia memenangkan empat mahkota, mengambilnya sambil berkata pada dirinya sendiri, “Masih ada mahkota kelima yang harus dimenangkan. Aku akan memenangkannya, dan meletakkan di lutut kakekku.”
Ketika berbicara, dia melihat Acrisius duduk di samping raja Teutamenes, dengan janggut putih tergerai di atas lututnya, dan tongkat kerajaan di tangannya. Perseus menangis ketika memandangnya, karena hatinya merindukan kerabatnya. Dia berkata, “Tentu saja dia adalah raja tua, namun dia tidak perlu malu dengan cucunya.”
Kemudian dia mengambil quoit dan melemparkannya lima depa melebihi yang lainnya. Orang-orang berteriak, “Lebih jauh lagi, orang asing pemberani! Belum pernah ada pelempar seperti itu di negeri ini.”
Kemudian Perseus mengerahkan seluruh kekuatannya dan melempar. Tapi embusan angin datang dari laut dan membawa quoit ke samping, jauh melampaui yang lainnya dan jatuh di kaki Acrisius sehingga dia pingsan karena kesakitan.
Perseus menjerit dan berlari ke arahnya. Namun ketika mereka mengangkat lelaki tua itu, dia sudah meninggal, karena hidupnya telah rapuh dan lemah.
Kemudian Perseus merobek pakaiannya, menaburkan debu di atas kepalanya, dan menangis lama untuk kakeknya. Akhirnya dia bangkit, berseru memanggil semua orang dengan suara keras, dan berkata, “Para Dewa itu benar, dan apa yang telah mereka tetapkan pasti benar. Aku Perseus, cucu dari lelaki yang meninggal ini, pembunuh Gorgon yang terkenal.”
Kemudian dia memberi tahu mereka bagaimana ramalan telah menyatakan bahwa dia akan membunuh kakeknya serta semua kisah hidupnya.
Jadi mereka membuat perkabungan besar untuk Acrisius, dan membakarnya di atas tumpukan yang beraneka ragam. Perseus pergi ke kuil untuk disucikan dari kesalahan kematian karena dia melakukannya tanpa sadar.
Kemudian dia pulang ke Argos dan memerintah dengan baik di sana bersama Andromeda yang cantik. Mereka memiliki empat putra dan tiga putri, dan meninggal dalam usia lanjut.
Orang-orang kuno bercerita bahwa ketika mereka meninggal, Athena membawa mereka ke langit bersama Cepheus dan Cassiopeia. Disanalah saat malam penuh cahaya bintang kau mungkin melihatnya masih bersinar. Cepheus dengan mahkota rajanya bersama Cassiopeia di kursi gadingnya, menganyam rambutnya yang berkelap-kelip bintang. Perseus dengan kepala Gorgon, dan Andromeda yang cantik di sampingnya merentangkan tangan putih panjangnya melintasi langit, sama seperti saat dia berdiri dirantai ke batu untuk diserahkan pada monster. Sepanjang malam mereka bersinar, menjadi mercusuar bagi para pelaut pengembara, tapi sepanjang siang hari mereka berpesta dengan para Dewa, di puncak Olympus yang masih biru.