CIX. DEMETRIUS DAN ATHENIA

Orang-orang Athena gemetar ketakutan ketika mereka melihat ekspresi tegas di wajah Demetrius saat memasuki kota mereka. Keheningan itu menjadi terror yang semakin besar ketika Demetrius memerintahkan semua warga kota untuk berkumpul di alun-alun. Tak satu pun dari orang Athena berani membangkang, suatu tindakan yang tidak bijaksana terutama ketika dikelilingi tentara penakluk yang masing-masing memegang pedang terhunus di tangannya.

Demetrius sekarang dengan tegas berbicara kepada warga, yang menganggap bahwa setiap saat itu akan menjadi yang terakhir bagi mereka. Dia menegur mereka dengan keras karena tidak tahu berterima kasih dan berani membangkang, dan mengatakan kepada mereka bahwa mereka pantas mati di tangannya; tetapi dia mengakhiri pidatonya dengan mengatakan bahwa dia lebih suka menunjukkan kekuasaan dengan memberi mereka pengampunan daripada dengan membunuh mereka.

Kemudian dia melanjutkan untuk memberi tahu mereka, bahwa, mengetahui betapa mereka telah menderita, dia telah mengirim persediaan gandum ke setiap rumah, sehingga ketika mereka dapat pulang ke rumah mereka dan tidak akan mendapati istri dan anak-anak mereka kelaparan.

Tindakan Demetrius yang sama sekali di luar dugaan orang-orang Athena yang sedang sangat ketakutan ini sangat membuat orang-orang Athena amat terkejut dan sulit percaya apa yang didengarnya. Setelah mereka pulih dari rasa terkejut dan yakin hal ini benar-benar nyata, suasana berubah menjadi diliputi sorak kegirangan sebagai penghormatan kepada penakluk yang murah hati ini.

Meskipun Demetrius seorang yang sangat dermawan lagi berani, ajalnya sangatlah menyedihkan. Setelah lama berperang terus-menerus, dan setelah menaklukkan dan kehilangan Makedonia, ia jatuh ke tangan saingan dan musuhnya, Seleucus, yang mengurungnya dalam penjara seumur hidupnya.

Sekitar masa ini juga terjadi masalah baru menimpa Macedonia dan Yunani yaitu invasi Galia, yang datang menyapu dari pegunungan ke Yunani, untuk merampok kuil di Delphi.

Namun, untuk kedua kalinya, kuil itu lolos, berkat badai petir yang mengerikan, yang memenuhi pikiran takhayul para perampok dengan rasa takut. Dalam kegelapan yang tiba-tiba, orang-orang Galia saling menyerang, seperti yang pernah terjadi pada pasukan Persia di zaman Xerxes. Mereka bertempur dengan sangat putus asa sehingga  banyak yang terbunuh.

Orang-orang Yunani, mengingat kemenangan sebelumnya, sekarang memutuskan untuk menyerang dengan kekuatan sendiri. Mereka mengumpulkan pasukan, dan mengakibatkan kekalahan yang begitu parah di pihak musuh sehingga Bren’nus, pemimpin Galia, membunuh dirinya sendiri dalam keputusasaan, sementara para pengikutnya mundur ke sebuah provinsi di Asia Kecil, yang dari Bahasa Galia disebut Ga-la’tia.

Leave a Comment

error: Content is protected !!