CXIII. PERANG DUA LIGA

Tentara Achaean dan Makedonia sekarang bertemu Spartan di Sel-la’sia, di Laconia, di mana Sparta kalah telak dan jatuh ke dalam tangan musuh. Antigonus sangat bangga dengan kemenangannya hingga pembuluh darahnya pecah dan meninggal tak lama kemudian.

Namun, sebelum dia menutup matanya, dia memiliki kepuasan telah mengusir Cleomenes menjauh dari Yunani ke Mesir. Di sana raja muda itu bunuh diri dengan pedangnya, setelah membunuh anak-anaknya, daripada menjadi budak. Tirani kembali berkuasa di banyak kota Yunani, tanpa menghiraukan protes Aratus, yang terlambat mengetahui bahwa Orang Makedonia datang ke Peloponnesus hanya untuk menjadikan diri mereka penguasa negara.

Mata Aratus terbuka. Dia tersadar dan melihat bahwa semua usahanya sia-sia, dan bahwa, karena kecerobohannya sendiri, Yunani tidak akan pernah lagi merdeka. Di dalam kesedihannya, pikirannya sangat kacau dan kalut. Dia tidak tahu lagi langkah apa yang harus diambil untuk memperbaiki semua kerusakan yang telah dia lakukan.

Orang-orang AEtolia sekarang menjadi pemenang, dan berbaris menantang orang Achaea, yang mereka kalahkan. Dalam kesusahan mereka, orang-orang Achaean kembali memohon Makedonia untuk ikut campur, dan mengirim pasukan ke Yunani.

Peperangan ini dikenal sebagai Perang Dua Liga, dan berlangsung selama beberapa waktu. Pada awalnya, raja Makedonia mengizinkan Aratus untuk memimpin, dan mengikuti semua arahannya; tapi kemudian ia menjadi kesal hingga akhirnya meracuni pemimpin Achaean,dan menjadi kepala liga sendiri.

Ketika Sparta dan AEtolia, yang telah bersekutu, mendapati bahwa Orang Achaean dan Makedonia sepertinya terbukti terlalu kuat untuk dilawan. Mereka mulai mencari sekutu lagi. Sementara itu ketenaran kota Roma yang sedang naik daun akhirnya sampai juga ke telinga mereka sehingga membuat mereka mengirim utusan untuk meminta bantuan kepada Roma.

Bangsa Romawi yang sedang sangat berambisi memperluas wilayah mereka dan ingin menguasai duniam dengan senang hati membantu Sparta melawan Makedonia, yang memang sudah menjadi musuh mereka.

Romawi dengan segera datang membantu Sparta, mereka membakar kapal-kapal Achaean dan Makedonia, dan mengalahkan pasukan mereka dengan sangat parah, sehingga Philip harus memohon perdamaian dan menyerahkan putranya sebagai sandera.

Sparta, setelah membebaskan diri dari kuk Liga Achaea, jatuh ke tangan yang jauh lebih buruk, karena sekarang mereka diperintah oleh seorang tiran bernama Na’bis, pria yang kejam dan kikir, yang tak ragu menggunakan siasat keji untuk  mendapatkan harta.

Dia telah membuat alat penyiksaan yang licik, dengan tujuan untuk mendapatkan uang dari siapa pun yang dia inginkan. Alat ini berupa patung yang persis seperti istrinya, pada patung itu dikenakan jubah megah. Setiap kali dia mendengar ada orang yang sangat kaya, Nabis biasa mengirim utusan kepada orang itu. Setelah memperlakukannya dengan kesopanan yang berlebihan, sang tiran dengan lembut akan menyarankan dia untuk menyerahkan kekayaannya demi kebaikan negara.

Jika tamunya menolak untuk melakukannya, Nabis akan mengundangnya untuk mengunjungi patung istrinya, tanpa curiga mendekati patung itu. Patung itu dibuat sedemikian rupa untuk bergerak dengan sistem mata air yang diatur dengan cerdik, dan segera setelah si korban datang dalam jangkauan, lengan patung itu melingkar erat di sekelilingnya.

Tamu yang ketakutan, terperangkap dalam pelukan yang tak tertahankan, lalu akan mendapati dirinya ditarik lebih dekat dan lebih dekat, dan ditekan ke titik-titik tajam yang adalah ujung dari pisau-pisau yang tersembunyi di balik jubah yang megah itu.

Orang itu akan dibebaskan Nabis sang tiran hanya jika si korban dengan sungguh-sungguh berjanji untuk menyerahkan semua harta miliknya. Sebaliknya jika dia melawan, dia akan disiksa pelan-pelan hingga mati kehabisan darah dalam pelukan patung itu.

Leave a Comment

error: Content is protected !!