BAB LXXV AIR MENGALIR

“Kata orang sungai Rhone mengalirkan airnya ke laut,” Emile berkata.

“Sungai Rhone memang mengalir ke laut,” paman membalas. “Ia mengalirkan lima juta liter air setiap detik.”

“Apakah dengan mengalirnya air terus-menerus tidak membuat laut menjadi meluap seperti sebuah baskom yang penuh dengan air?”

“Kau ingat anakku, Sungai Rhone bukan satu-satunya sungai yang mengalirkan airnya ke laut. Di Perancis sendiri ada sungai Garonne, Loire, Seine dan banyak sungai-sungai kecil lain. Mereka adalah sebagian kecil sungai yang mengalirkan airnya ke laut. Semua sungai akan menyatu. Sungai Amazon di Amerika Selatan memiliki panjang 1400 liga dengan luas hilirnya sepuluh Liga. Banyak sekali air yang dialirkan ya ke laut.”

“Bayangkanlah semua sungai di dunia baik yang kecil maupun besar serta parit-parit paling kecil, mengalirkan airnya ke laut. Kalian ingat, parit kecil yang ada kepitingnya. Di tempat-tempat tertentu Emile bisa melompati nya; hampir tidak ada air yang menutupi lututnya..

Air pada parit itu mengalir ke laut sama seperti mengalirnya air sungai Amazon. Tiap detik ia mengalirkan airnya ke laut. Parit kecil tak berani pergi mengalirkan airnya sendirian dan bertemu langsung dengan laut yang luas. Di perjalanan, ia akan bertemu dan menyatu dengan kawanan parit lain lalu membentuk aliran air yang lebih besar, yang menjadi sungai.”

“Sungai-sungai yang menuju ke laut memperoleh air dari parit-parit kecil. Dengan demikian, ketika laut menerima air dari sungai-sungai tersebut, berarti ia mendapatkan air dari parit-parit kecil.”

Semua air yang mengalir,” Jules berujar, “Air hujan,  air parit, air sungai yang deras, sungai kecil atau  besar, mengalir ke laut tanpa henti dan semuanya terjadi di seluruh dunia sehingga setiap detik laut menerima air dengan jumlah yang sangat banyak. Nah aku ingin melanjutkan pertanyaan Emil bagaimana mungkin memperoleh banyak air terus-menerus, tapi laut tidak meluap?”

Ketika penuh, sebuah waduk yang menerima air dari sungai kecil juga mengeluarkan air dengan jumlah yang sama keluar dari beberapa jalur yang terbuka apakah waduk tersebut bisa meluap, bahkan ketika si airnya terus mengalir ke waduk tersebut?

“Tentu saja tidak, hilangnya air sebanyak yang ia terima pasti akan menyebabkan tingkat air tetap sama. Begitu juga dengan laut. Yang pergi sama dengan yang datang.  Karena itu tingkatnya selalu tetap sama. Parit, sungai kecil, sungai besar semua mengalirkan airnya ke laut. Mereka semua pun berasal dari laut. Mereka membawa kembali jumlah air yang telah mereka ambil daripadanya…”

“Bila sebuah parit berasal dari laut,” Emil menyela “seperti yang kamu katakan, airnya pastilah asin. Lantas mengapa air yang di parit itu tidak asin?”

“Tentu saja tidak asin. Parit itu tidak pergi dari laut seperti air selokan yang berasal dari waduk.. Air yang datang dari laut sebelum menjadi air di parit itu, pertama-tama di proses melalui awan.”

“Awan?”

“Benar. Sekarang Coba kita mengingat apa yang telah aku ceritakan kepadamu sebelumnya. Panas matahari menyebabkan air menguap. Yang menjadi sesuatu yang tak nampak. Dia menjadi uap air yang mengudara. Luas lautan tiga kali lebih besar daripada daratan. Dengan begitu luasnya lautan terjadi penguapan besar-besaran yang terus-menerus, mengangkat sebagian air laut ke udara. Uap air kemudian membentuk awan dan awan menyebar ke segala arah menyebabkan salju dan hujan, serta salju yang meleleh menembus hingga ke dalam tanah, disaring oleh tanah kemudian menjadi mata air. mata air yang secara perlahan-lahan bersatu menjadi sungai-sungai kecil dan sungai-sungai besar.”

“Sekarang aku paham mengapa air di parit-parit itu tidak terasa asin” ujar Jules, “meskipun air itu berasal dari laut. Ketika kita meletakkan garam di dalam air kemudian menjemurnya di bawah sinar matahari, air akan hilang sementara garam tersisa. Uap yang naik dari laut bukanlah garam karena garam tidak bisa ikut bersama air ketika garam itu terbentuk. Sehingga air sungai yang berasal dari salju dan hujan yang jatuh dari awan di langit tidak mungkin berasa asin.”

“Yang baru saja kau ceritakan sangat menakjubkan paman,” Claire berkata.

“Semua aliran air dari sungai besar, sungai kecil, parit, selokan semua berasal dan kembali ke laut.”

“Air-air itu berasal dari laut, sebuah tempat penampungan yang sangat besar yang meliputi permukaan 3 kali lebih besar daripada seluruh benua apabila benua-benua tersebut digabungkan. Dari laut yang palung terdalamnya berada di kedalaman 14 kilometer dan menerima seluruh air dari segala penjuru dunia tanpa henti dan tanpa melebihi kapasitasnya. Permukaan laut yang sangat luas memberikan uap air yang kemudian berubah menjadi awan, selanjutnya awan-awan ini menyatu di dalam hujan, lalu digiring oleh angin, berjalan seperti wadah air yang sangat besar di atas tanah, yang membuatnya subur. Lalu hujan dan salju turun melalui awan dan menjadi sungai-sungai yang membawa air mereka ke laut. Dengan demikian sebuah aliran air yang terus-menerus terjadi. Yang dimulai dari laut lalu kembali ke laut setelah melakukan perjalanan melalui atmosfer dalam bentuk awan ia turun menjadi air ke tanah sebagai hujan dan melintasi benua-benua sebagai sungai.”

“Laut adalah tempat penampungan air sangat besar yang banyak orang ketahui. Sungai-sungai mata air dan setiap aliran-aliran air yang kecil berasal dari laut dan kembali ke laut. Air yang berputar di getah tanaman kemudian air yang membentuk bulir keringat di dahi kita semuanya berasal dari laut dan akan kembali ke laut.  Walau tetesan air tersebut sangat kecil, kita tidak perlu khawatir karena dia tidak akan kehilangan arah. Apabila tanah atau pasir tandus menyerapnya, matahari lah yang tahu bagaimana caranya untuk mengambil air tersebut kembali dan mengirimnya untuk bertemu dengan uap air di atmosfer dan tak lama kemudian ia masuk kembali ke laut. Tidak ada yang hilang, tidak ada yang luput dari pandangan Tuhan, yang telah mengukur lautan dengan lekuk tangan-Nya, dan mengetahui berapa jumlah tetesan  airnya.”

 

Leave a Comment

error: Content is protected !!