Bab LXXVI Kawanan lebah

Paman masih berbicara ketika mereka mendengar suara tanpa henti di taman: teng! teng! teng! Seolah-olah beberapa pandai besi sedang meletakkan landasan untuk pembuatan besinya di bawah pohon Elder yang besar. Mereka berlari mendekati suara itu untuk mengetahui apa yang terjadi.

Apakah kedua pelayan yang baik hati itu ketakutan sehingga mereka menghentikan pekerjaan mereka karena suatu hal yang sangat serius?

Tanpa menghentikan aktivitas mereka, mereka saling bertukar cakap. “Sekarang mereka sedang menuju semak buah berry,” ujar Jacques. “Sepertinya mereka akan pergi” balas ibu Ambroisine,” dan suara teng! teng! teng! hilang. Jacques memukul-mukulkan sebuah kunci ke kaleng air dengan keras. Teng! teng! teng! teng!. Ia memukuli sebuah penggorengan tembaga dengan batu kecil dengan sibuknya, teng! teng! teng! teng! teng!

Tak lama tibalah Paman Paul diiringi keponakan-keponakannya. Melihat sekilas saja Paman paul paham apa yang terjadi. Di kebun, ada awan seperti asap merah yang terbang yang kadang-kadang naik kadang-kadang turun kadang-kadang menyebar dan kadang-kadang menyatu. Dengung sayap terdengar dari asap merah tersebut. Dan ibu Ambroisine masih memukul-mukul dan mengikuti awan tersebut. Paman Paul memperhatikan dengan seksama. Emile, Jules dan Claire saling pandang. Mereka terpana dengan apa yang tengah terjadi.

Awan kecil itu turun mendekati semak beri, seperti yang telah diramalkan Jacques. Berjalan mengelilinginya, mengamati dan memilih sebuah cabang. Bunyi suara teng! teng! teng! terdengar lebih keras. Di cabang yang telah dipilih, kerumunan bulat terbentuk, nampak terus bertambah, semakin tak padat dan berputar-putar. Jacques dan Mama Ambrosine berhenti mengetuk-ngetuk. Tak lama dari cabang semak beri, sekumpulan awan besar yang hidup menggantung, di mana awan hidup terakhir pergi dan segera kembali. Semuanya telah usai. Sekarang mereka bisa mendekat.

Emile yang telah menyangka bahwa kumpulan Awan tersebut adalah lebah, ingin segera kembali ke rumah. Pengalaman yang tak menyenangkan sebelumnya dengan kumpulan lebah, telah meninggalkan kenangan tak terlupakan. Untuk meyakinkan Emile, Paman Paul menggandeng tangannya. Emile pun berani mendekati semak beri. Bersama pamannya, ia tak takut akan resiko yang terjadi. Jules dan Claire ikut mendekat. Mereka merasa perlu mencoba.

Di atas semak berry sekarang tergantung sekumpulan lebah, saling berdekatan.

Beberapa lebah yang datang belakangan yang berasal dari sekitarnya memilih tempat yang nyaman dan menggantung di semak selanjutnya. Semak buah berry membungkuk ke bawah karena berat. Ada ribuan jumlahnya. Lebah yang datang pertama kali pastilah lebah yang kuat karena mereka akan menjadi tumpuan bagi lebah-lebah lain. Berapa dari mereka hinggap di dahan dengan kaki-kaki depan mereka sementara yang lain tiba dan menempelkan diri mereka ke kaki belakang lebah yang sebelumnya. Selanjutnya mereka akan menopang lebah-lebah yang datang pada urutan ketiga kemudian keempat kelima keenam secara perlahan-lahan dan masih meningkat terus hingga jumlah yang datang berkurang. Akhirnya semua lebah melekat menjadi satu dengan saling berpegangan tangan, itu yang orang katakan. Anak-anak itu berdiri takjub di depan sekumpulan lebah yang sayap-sayap merah mengkilapnya bercahaya karena matahari. Dengan hati-hati anak-anak itu mengambil jarak.

“Apakah kita tidak akan tersengat jika berada sedekat ini?” tanya Jules.

“Dalam keadaan seperti ini lebah-lebah jarang menggunakan sengat mereka. Apabila tanpa berpikir panjang kalian menuju ke arah mereka dan mengganggu mereka, aku tak akan bertanggung jawab terhadap apa yang mereka lakukan. Jangan ganggu mereka dan kalian dapat mengamati mereka dengan aman tanpa rasa takut. Saat ini mereka memiliki urusan lain selain memikirkan menyengat anak-anak lelaki yang penasaran.”

“Mengapa harus takut? Mereka nampak sangat tenang. Mungkin ada yang beranggapan kalau mereka sedang tidur.”

“Sebuah bangsa akan sangat ketakutan jika tidak memiliki negara dan lebah-lebah ini berusaha untuk menciptakan sebuah negara untuk diri mereka.”

“Kalau begitu lebah memiliki sebuah negara?”

“Mereka memiliki sarang yang fungsinya sama.”

“Kalau Begitu, mereka sedang mencari sebuah sarang untuk tempat tinggal?”

“Benar saat ini mereka sedang membuat sebuah sarang.”

“Lalu dari mana asal lebah-lebah yang tak memiliki rumah ini?”

“Mereka berasal dari sarang lama yang ada di kebun.”

“Mengapa mereka tidak tinggal saja di sana dan tak perlu mencari keberuntungan baru.”

“Itu tak mungkin. Populasi lebah di sarang itu meningkat dan tidak cukup tempat untuk mereka semua. Oleh karenanya, lebah yang berjiwa petualang dan dengan petunjuk dari seekor ratu, dengan sukarela pergi mencari sebuah koloni di tempat lain. Lebah lebah yang bermigrasi ini disebut kerumunan lebah.”

“Ratu yang memimpin kerumunan lebah tersebut ada di antara mereka?”

“Dialah yang menjadi penunjuk di semak berry itu, yang menentukan tempat dari seluruh koloninya.”

“Kata-kata yang disebutkan Paman, seperti negara, ratu, emigran, dan koloni, mempesona imajinasi anak-anak. Mereka terpukau dengan istilah-istilah politik manusia yang ada pada kawanan lebah. Banyak pertanyaan terlontar dari lidah mereka namun Paman Paul pura-pura tidak mendengar.

“Tunggulah sampai kawanan lebah ini berkumpul di satu sarang dan aku akan menceritakan kepada kalian secara detail kisah mengagumkan tentang mereka. Aku hanya akan menjawab pertanyaan Claire mengapa Jack dan ibu Ambroisine memukul-mukul wadah air dan penggorengan itu,”

“Apabila, kawanan lebah tersebut terbang ke kota, mereka akan tersesat. Mereka harus kita arahkan ke sebuah pohon di kebun dan dari sana kita arahkan kawanan lebah yang lain. Orang bilang, memindahkan lebah dapat dilakukan dengan cara membuat kebisingan. Contohnya dengan membuat suara menyerupai suara petir dan para lebah akan ketakutan pada badai yang sedang mendekat. Mereka pun segera mencari perlindungan.”

“Namun aku tak percaya lebah-lebah itu bodoh dan takut terhadap badai, yang dalam hal ini mereka takut dengan suara dipukulnya kaleng bekas. Mereka pergi ke arah yang mereka inginkan dan tidak jauh dari sarang lama mereka, asalkan tempat tersebut cocok bagi mereka.”

Dengan gergaji di tangan kanan dan palu di tangan lain, Jacques memanggil Paman Paul.

Sebuah batu besar telah diletakkan atau disandarkan ke dinding agar sarang lebah itu bisa berdiri. Pada malam hari mereka pergi ke semak beri. Kerumunan lebah diletakkan di sarangnya dan dengan beberapa kali goyangan ia terlepas dari cabang pohon. Selanjutnya sarang lebah diletakkan di tempatnya pada penyangganya.

Keesokan paginya Jules memperhatikan apa yang dilakukan lebah-lebah itu. Rumah itu cocok untuk mereka. Mereka terlihat satu demi satu, keluar dari pintu kecil sarang, menggosok diri mereka sejenak di bawah sinar matahari pada batu hampar besar, dan kemudian terbang menuju bunga-bunga di taman. Mereka sedang bekerja. Koloni didirikan. Dalam sebuah dewan besar, mereka memutuskan berbagai hal pada malam hari.

Daftar istilah
Batu hampar adalah batu pipih umum, kadang-kadang dipotong dalam bentuk persegi panjang atau persegi biasa dan biasanya digunakan untuk jalan setapak. (sumber wikipedia)

 

Leave a Comment

error: Content is protected !!