BAB XLI AWAN

Untuk mengakhiri percakapan tentang petir, pagi berikutnya Paman Paul menceritakan pada mereka tentang awan-awan. Apalagi kesempatannya sangat baik. Di satu bagian dari langit tampak awan-awan putih seperti gunung tumpukan kapas. Mata sangat dimanjakan oleh garis-garis tipis gumpalan surgawi itu.

“Kau ingat,” dia memulai, “semua kabut yang saat pagi musim gugur dan dingin menutupi bumi dengan selubung asap abu-abu, menyembunyikan matahari,  dan menghalangi penglihatan kita beberapa langkah ke depan?”

“Saat melihat ke udara, kau bisa melihat sesuatu seperti debu halus terbuat dari air yang mengapung,” kata Claire. Jules kemudian menambahkan, “Kami bermain petak umpet bersama Emile saat asap basah seperti itu. Kami tidak bisa saling melihat dalam jarak dekat.”

“Nah,” lanjut Paman Paul, “awan dan kabut adalah hal yang sama. Hanya saja kabut menyebar di sekitar kita dan bisa dirasakan, abu-abu, basah, dingin. Sementara awan berada tepat atau jauh di atas kita dan muncul dengan penampilan yang beraneka ragam. Terkadang berwarna putih menyilaukan, seperti yang kau lihat disana. Terkadang berwarna merah, atau bercorak keemasan, atau seperti api, sementara yang lain berwarna seperti abu, dan kadang berwarna hitam. Warnanya berubah-ubah juga dari waktu ke waktu. Di saat matahari terbenam, kau akan melihat awan-awan mulai dari berwarna putih, lalu berubah merah tua, lalu bersinar seperti tumpukan bara api, atau seperti danau emas yang meleleh, dan akhirnya perlahan pudar menjadi abu-abu atau kehitaman, bergantung pada sinar matahari yang mengenainya makin berkurang dan berkurang. Semua masalah penyinaran dari matahari. Kenyataannya, awan-awan, bagaimanapun luar biasa penampilannya, terbentuk dari uap basah seperti pada kabut. Kita bisa yakinkan diri kita saat kita mendekatinya.”

“Orang-orang bisa naik setinggi awan-awan, Paman?” Tanya Emile.

“Tentu saja. Yang seseorang butuhkan hanya sepasang kaki yang cukup kuat untuk mendaki puncak gunung. Terkadang awan berada di bawah kaki mereka.”

“Kau pernah melihat awan di bawahmu?”
“Beberapa kali.”

“Itu pasti pemandangan yang sangat indah.”

“Sangat indah, sampai kata-kata tak bisa mendeskripsikannya. Tapi tidak menyenangkan jika awan menaiki dan menyelimutimu. Kau bisa sangat kebingungan dengan kekaburan karena kabutnya saja. Kau kehilangan jalan, menjadi bingung, tak bisa mengira-ngira bahaya di tempat paling berbahaya, beresiko jatuh ke dalam jurang, kehilangan penglihatan dari sang pemandu yang jadi satu-satunya orang yang tahu jalan pulang dan menyelamatkanmu dari langkah yang salah. Tidak semua menyenangkan di antara awan. Kau mungkin suatu hari akan mempelajari ini dengan caramu sendiri. Sementara itu mari membawa diri kita dalam imajinasi ke puncak gunung bertopi-kan  awan. Jika cuaca sedang baik, inilah apa yang mungkin kita lihat.”

“Di atas kepala kita adalah langit, benar-benar jernih, tidak menunjukkan penampakan apapun. Matahari bersinar dengan cerah. Tepat di bawah kaki kita, di atas daratan, awan-awan putih menyebar luas. Angin mendorong mereka dan membawa mereka mengarah ke puncak. Disanalah mereka, menggulung dan menaiki sisi dari gunung. Seseorang mungkin berpikir awan ini adalah sekumpulan besar kapas yang ditekan ke atas oleh tangan-tangan tak kasat mata. Di sana sini, sinar matahari menembus di kedalaman awan dan memberikan mereka warna-warna indah emas dan api. Keindahan awan dimana matahari menghilang di baliknya saat tenggelam tidaklah seindah itu. Betapa indah warnanya, betapa lembut gemulainya. Mereka terus naik dan naik tinggi. Sekarang mereka menggulung ke atas seperti pita putih mengkilat di sekeliling puncak gunung, menyembunyikan wajah daratan dari kita. Tepat di titik dimana kita berada di atas tirai awan, seperti sebuah pulau kecil di atas lautan. Akhirnya titik itu diserbu, dan kita berada di tengah awan. Warna-warna hangat, garis pinggir yang lembut, pemandangan luar biasa, semua menghilang. Sekarang semua menjadi kabut gelap yang jenuh dengan kelembaban dan membuat kita tertekan. Ah, andai hembusan angin akan membuatnya bergerak dan membawa awan-awan tak menyenangkan ini.”

“Itulah, teman-teman kecilku, apa yang biasanya orang harapkan saat berada di dalam awan. Yang mana, sangat indah dari kejauhan tapi tak lain merupakan kabut yang muram saat didekati. Pertunjukkan besar para awan harus dilihat dari kejauhan. Saat dengan penuh rasa ingin tahu kita berharap bisa meneliti suatu penampakan terlalu dekat, kita sering menemukan ternyata mereka menipu. Tapi kita juga menemukan bahwa dalam kecemerlangannya, yang digunakan untuk menghiasi bumi, mereka menyembunyikan kenyataan atas kepentingan utama mereka. Kehebatan awan yang terletak pada penampakannya, sebuah ilusi cahaya. Namun dibawah ilusi itu tersembunyi penyimpanan hujan, sumber kesuburan bumi. Tuhan, yang dariNya semua detail penciptaan terkecil telah diatur sedemikian rupa, berkehendak bahwa semua substansi paling umum sekaligus paling dibutuhkan harus disajikan sebagai ornamen bumi walaupun mereka adalah pemandangan yang sangat sederhana. Tuhan memakaikan mereka dengan kehormatan tergantung di kejauhan dari mana kita menatap mereka. Uap air abu-abu dari awan memberi kita hujan. Itulah tugas utamanya. Matahari menyinarinya, dan itu cukup untuk mengubahnya menjadi permadani surgawi yang memanjakan mata dengan warna ungu, emas dan api yang megah. Itu adalah fungsi ornamentalnya.”

“Ketinggian yang dicapai awan sangat bervariasi dan biasanya lebih rendah dari yang kau kira. Ada awan yang dengan malas berjalan di sepanjang tanah, mereka adalah kabut. Ada awan lain yang menempel di sisi tengah pegunungan tinggi, dan yang lain lagi memahkotai puncak gunung. Daerah dimana mereka ditemukan biasanya bervariasi antara 500 sampai 1500 meter (di atas permukaan laut). Dalam beberapa kejadian yang jarang terjadi mereka bisa naik sampai 4 liga laut (22,224 km). Di atas itu, hanya ada ketenangan. Awan tak pernah sampai kesana, petir tak pernah bergemuruh, dan salju, hujan es, hujan air tak pernah terbentuk.”

Cirrus
Cirrus

“Awan itu disebut ‘cirrus’ yang tampak seperti gumpalan tipis wol yang keriting. Terkadang seperti garis garis yang digambar dengan warna putih menyilaukan, sangat kontras dengan warna biru langit. Mereka adalah awan-awan tertinggi. Tingginya sering sekitar 1 liga laut (5,556 km). Saat awan cirrus tampak kecil, bergulung dan berkumpul bersama dalam jumlah besar, sehingga tampak seperti punggung sekumpulan domba, langit yang ditutupinya akan tampak belang-belang. Ini biasanya pertanda bahwa cuaca akan berganti.”

 

Cumulus

“Nama ‘cumulus’ diberikan pada awan besar putih yang pinggirannya bulat dan bertumpuk tumpuk, selama musim panas, seperti gunung kapuk yang sangat besar. Penampakan mereka adalah pertanda badai.”

“Lalu awan yang kita lihat disana di dekat pegunungan,” tanya Jules, “adalah cumulus? Mereka tampak seperti tumpukan kapas. Apakah mereka akan mendatangkan badai?”

“Aku rasa tidak. Angin membawa mereka ke tempat yang lain. Badai selalu terjadi di sekitar mereka. Di sana! Dengar itu!”

Sebuah sinar mendadak berkilat melewati kumpulan cumulus. Setelah menunggu lama, suara guruh mencapai mereka, namun telah dilemahkan karena jarak. Pertanyaan segera muncul dari bibir Jules dan Emile. “Mengapa hujan di sana, dan bukan disini? Mengapa suara gemuruh datang setelah petir? Mengapa….”

Stratus
Stratus

 “Kita akan membicarakan itu semua,” kata Paman Paul, “tapi pertama kita harus belajar bentuk lain dari awan. ‘Stratus’ adalah awan pita tak beraturan, berderet di horison saat sunrise atau sunset. Mereka adalah awan yang saat matahari memudar, terutama di musim gugur, akan bersinar seperti logam meleleh dan api. Stratus berwarna merah di pagi hari diikuti oleh hujan atau angin.”

Nimbus

“Akhirnya, kita memberi nama ‘nimbus’ untuk sekumpulan awan gelap yang membentuk warna abu-abu yang sama. Berkumpul begitu rapat sehingga tak mungkin memisahkan satu awan dengan awan yang lain. Awan-awan ini umumnya akan berakhir menjadi hujan. Terlihat dari kejauhan, mereka sering tampak seperti garis-garis lebar memanjang dalam garis lurus dari langit ke bumi. Mereka adalah jejak hujan.”

“Sekarang Emile boleh bertanya.”

Leave a Comment

error: Content is protected !!