BAB XLIII EKSPERIMEN DENGAN SEBOTOL AIR DINGIN

Paman Paul sudah berkata dengan jelas, di malam sebelumnya, bahwa awan-awan itu tak lain adalah kabut yang mengambang tinggi di udara bukannya menyebar di atas tanah. Tapi paman belum mengatakan apa pembentuk kabut dan bagaimana terbentuknya. Maka hari berikutnya paman melanjutkan cerita awannya.

“Saat Mama Ambroisine menggantungkan dalam barisan baju-baju yang selesai dicucinya,apakah alasan  dia melakukannya? Untuk mengeringkan linen, untuk membebaskannya dari air yang memenuhinya. Nah, apa yang terjadi dengan air ini, apa kau tahu?”

“Airnya menghilang, setahuku,” jawab Jules, “tapi aku kesulitan menceritakan apa yang terjadi padanya.”

“Air ini menghilang di udara, dimana dia larut dan menjadi tak kasat mata dan menjadi sama seperti udara. Saat kalian membasahi setumpuk pasir kering, air meresap seluruhnya dan menghilang. Benarlah bahwa pasir kemudian tampak berbeda, dari yang kering menjadi basah setelahnya. Pasir menelan air yang bersentuhan dengannya. Begitupun udara, dia menelan kelembaban dari linen dan menjadi lembab juga. Dan dia menelan seluruhnya sehingga air dan udara tetap tak terlihat seakan-akan udara tidak menahan substansi yang berbeda. Nama yang diberikan untuk air yang menjadi tak kasat mata, atau untuk dibayangkan, air yang menyerupai udara adalah uap. Dan perubahan bentuk air menjadi uap, disebut evaporasi. Kelembaban dalam linen yang kita keringkan menguap, ber evaporasi hingga kering, airnya menghilang ke udara dan menjadi uap yang tak terlihat, yang menyebar ke segala arah tergantung kehendak angin. Semakin panas, maka semakin cepat dan melimpah evaporasinya. Apakah kalian memperhatikan bagaimana saputangan basah mengering sangat cepat di bawah matahari yang panas, dan kehilangan kelembabannya sangat perlahan jika cuaca sedang berawan dan dingin?”

“Mama Ambroisine selalu senang saat dia mendapat hari baik untuk mencuci,” ucap Claire.

“Ingat juga, apa yang terjadi setelah menyiram kebun. Saat penghujung hari yang sangat panas, kita harus memberi minum tanaman-tanaman malang yang sekarat karena kehausan, sesuatu terjadi. Pompa air bekerja dengan kapasitas maksimalnya, kalian semua bekerja cepat dengan penyiram, satu disana, satu disini, membawa air untuk tanaman-tanaman, petak-petak benih, dan bunga-bunga di pot yang menderita. Segera kebun tersebut meminum banyak sekali air. Betapa segarnya mereka kemudian, bagaimana tanaman-tanaman yang layu karena panas, mendapatkan lagi kekuatan dan berdiri tegak lagi. Bahagia seperti sedia kala! Kau mungkin hampir berpikir bahwa kau mendengar mereka berbisik satu sama lain dan berkata betapa gembiranya mereka karena diairi. Andai saja bisa tetap seperti itu! Tapi, bah! Hari berikutnya tanah sekali lagi mengering, dan semua harus bekerja ulang lagi dari awal. Apa yang terjadi dengan air di sore sebelumnya? Mereka menguap, menghilang bersama udara. Dan mungkin sekarang mereka sedang bepergian jauh, dalam jumlah besar, sampai berubah menjadi kumpulan awan, dan dia akan jatuh lagi dalam bentuk hujan. Saat Jules bekerja keras memompa air untuk bunga-bunga, apakah dia pernah berpikir bahwa air yang diambil dari sumur dan disebarkan di seluruh tanah cepat atau lambat akan menghilang dalam keluasan udara untuk memainkan peran sederhananya dalam pembentukan awan?”

“Saat menyirami kebunku,” jawab Jules, “aku tidak memikirkan sama sekali bahwa aku juga memberi air pada udara. Tapi sekarang aku tahu, udara adalah peminum yang hebat. Sejumlah air dari penyiram, tanaman hanya mengambil segenggam, udaralah yang mengambil sisanya. Dan itulah mengapa kita harus  melakukannya lagi dan lagi di setiap hari.”

“Dan jika kau memamerkan sepiring penuh air pada matahari, akan jadi apakah itu?”

“Aku akan menjawab itu,” Emile buru-buru menjawab. “Sedikit demi sedikit, air akan berubah menjadi uap yang tak kasat mata dan kemudian tak akan ada yang tersisa kecuali piringnya.”

“Apa yang terjadi pada sepiring air, dan kelembaban tanah dan linen basah, juga terjadi dalam skala besar di seluruh permukaan dunia. Udara bersentuhan dengan tanah basah, lapisan air yang tak terkira banyaknya, danau, rawa, aliran sungai, selokan, belum lagi lautan, lautan luas yang permukaannya tiga kali dataran. Peminum yang hebat, seperti panggilan Jules. Udara harus minum sampai kenyang dimanapun dan selalu mengandung kelembaban, kadang banyak kadang sedikit, tergantung suhu panas.”

“Udara ada di sekitar kita sekarang, udara tak kasat mata yang mana mata tak bisa melihatnya, namun demikian mengandung air yang bisa dibuat terlihat. Caranya sangat sederhana, yang dibutuhkan hanya mendinginkan air sedikit. Saat kau meremas sebuah spons basah dengan tangan, kau membuat air keluar darinya. Dingin bekerja pada udara yang lembab dengan cara yang sama tangan meremas spons. Dia menyebabkan kelembaban ter-suling dalam bentuk tetesan. Jika Claire mau pergi ke pompa dan mengisi sebuah botol dengan air yang sangat dingin, aku akan menunjukkan pada kalian eksperimen yang menarik ini.”

Claire pergi ke dapur dan kembali dengan sebotol penuh air terdingin yang ada. Pamannya mengambil botol itu, mengelapnya dengan saputangannya sehingga tak ada sisa air di sisi luar, dan meletakkannya di sebuah piring yang juga sudah dilap.

Sekarang botol yang tadinya benar-benar jernih di awal, menjadi tertutupi oleh semacam lapisan kabut yang menyuramkan transparansinya. Lalu setitik air muncul, mengalir turun,  dan jatuh ke piring. Dalam seperempat jam ada cukup air terkumpul di dalam piring yang cukup untuk mengisi bidal.

“Titik-titik air sekarang mengalir turun dari sisi luar botol,” Paman Paul menjelaskan, “jelas bukan datang dari bagian dalam air, karena gelas tak bisa ditembus oleh air. Mereka datang dari lingkungan sekitarnya, yang mendingin saat bersentuhan dengan botol yang dingin dan membuat kelembabannya tersuling. Jika botolnya lebih dingin, dan dipenuhi es batu, maka jumlah titik air akan lebih banyak.”

“Botol ini mengingatkanku akan sesuatu yang sama,” kata Claire. “Saat kau memenuhi sebuah gelas dengan air yang sangat dingin, di bagian luar  gelas dengan segera akan menjadi suram dan seakan-akan disiram air.”

“Itu karena udara di sekelilingnya yang menaruh kelembabannya di sisi dingin dari gelas.”

“Apakah kelembaban tak kasat mata ini terkandung dalam udara dalam jumlah yang melimpah?”

“Uap dalam udara yang tak kasat mata itu sangatlah halus, sangat menyebar, sehingga membutuhkan volume yang sangat besar untuk membuat sejumlah kecil air. Selama musim panas, saat udara menahan banyak sekali uap air, butuh 60.000 liter udara lembab untuk membuat 1 liter air.”

“Itu sangat sedikit,” komentar Jules.

“Itu sangat besar jika seseorang memikirkan volume luar biasa dari atmosfer,” jawab pamannya, dan kemudian menambahkan,

“Eksperimen botol ini mengajarkan pada kita dua hal. Pertama, selalu ada uap yang tak kasat mata di udara. Yang kedua, uap air ini menjadi kasat mata dan berubah menjadi kabut, lalu jatuh menjadi air saat mendingin.  Perubahan  uap yang tak terlihat menjadi uap yang terlihat atau kabut, lalu membentuk air ini disebut kondensasi. Panas mengurangi air menjadi uap tak kasat mata, dan dingin mencairkannya lagi, dengan demikian membawanya kembali ke bentuk cair atau paling tidak ke bentuk uap yang terlihat atau kabut. Kita akan membicarakan sisanya nanti malam.”

Leave a Comment

error: Content is protected !!