“Ini belum terlalu malam, Paman,” kata Jules; “Paman harus menceritakan pada kami tentang gunung-gunung yang mengerikan itu, gunung berapi yang menghasilkan hujan abu itu.”
Saat mendengar kata ‘berapi’, Emile yang sudah tertidur menggosok-gosok matanya dan menjadi penuh perhatian lagi. Dia pun ingin mendengar kisah besar itu. Seperti biasa, pamannya meluluskan setiap permohonan mereka.
“Gunung berapi adalah sebuah gunung yang mengeluarkan asap, debu kalsinasi, batuan merah panas, dan material meleleh bernama lava. Puncaknya berlubang oleh galian besar dan berbentuk seperti corong, terkadang luas kelilingnya mencapai beberapa liga. Itulah yang kita sebut kawah. Dasar kawah diceritakan berupa kanal berliku atau cerobong yang terlalu dalam untuk diukur. Gunung-gunung berapi besar di Eropa adalah : Vesuvius di dekat Naples, Etna di Sisilia, Hecla di Islandia. Sebagian besar waktu sebuah gunung berapi entah beristirahat atau mengeluarkan jambul asap kecil, tapi dari waktu ke waktu dengan interval yang mungkin sangat lama, gunung-gunung berderu, bergetar, dan memuntahkan semburan material panas. Inilah yang disebut erupsi. Untuk memberimu sebuah ide besar tentang fenomena luar biasa yang terjadi saat erupsi gunung berapi, aku akan memilih Vesuvius, gunung berapi yang paling terkenal di Eropa.”
“Sebuah erupsi biasanya ditandai sebelumnya dengan sebuah bongkahan awan yang memenuhi mulut kawah dan naik vertikal, saat udara tenang, setinggi kira-kira 1 mil. Pada ketinggian ini dia menyebar dalam bentuk seperti selimut yang menutupi sinar mentari. Beberapa hari sebelum erupsi gumpalan asap turun ke gunung berapi dan menutupinya dengan awan hitam besar. Lalu tanah di sekitar Vesuvius mulai bergetar, letusan-letusan bergemuruh di bawah tanah terdengar, makin kencang setiap waktu, segera melebihi intensitas suara guntur yang paling keras. Kau akan berpikir kau mendengar ledakan meriam sangat banyak yang terus menerus di sisi gunung.”
“Segera seberkas api membuncah dari dalam kawah dengan ketinggian 2000-3000 meter. Awan yang mengambang di atas gunung berapi diterangi warna merah api, langit seperti terbakar. Jutaan percikan melesat keluar seperti petir ke puncak api, seperti panah yang besar, meninggalkan jejak membara dan menjatuhkan hujan api di punggungan gunung. Percikan-percikan ini sangat kecil dari kejauhan, tapi sebenarnya pijar dari bongkahan batuan, terkadang berukuran beberapa meter, dan pada saat yang singkat menghancurkan bangunan terkuat saat mereka jatuh. Mesin buatan tangan apa yang sanggup melemparkan sejumlah batuan dengan ketinggian serupa itu? Seluruh kemampuan kita digabungkan pun tak akan bisa melakukannya walau sekali, tapi gunung berapi ini melakukannya berkali-kali seakan sebuah permainan. Sepanjang berminggu-minggu dan berbulan-bulan batuan merah dilemparkan dari dalam Vesuvius, dalam jumlah yang mirip dengan percikan dari sebuah kembang api.”
“Itu hal yang mengerikan sekaligus sangat indah,” kata Jules. “Oh! Aku pasti akan suka melihat erupsi, dari jauh tentu saja.”
“Dan orang-orang di gunung?” tanya Emile.
“Mereka berhati-hati untuk tidak pergi ke gunung di waktu itu, mereka mungkin kehilangan nyawanya, sesak nafas karena asap yang pekat atau hancur karena hujan batuan yang panas menyala.”
“Sementara itu, dari kedalaman gunung, melewati cerobong vulkanik, naiklah aliran lelehan zat mineral, atau lava, yang mengalir keluar menuju kawah dan membentuk danau api seterang matahari. Para penonton dari dataran di sekitarnya dengan cemas memperhatikan perkembangan erupsi, mempersiapkan diri untuk datangnya banjir lava dengan melihat kemilau terang di sejumlah besar asap yang mengambang di udara. Tapi kawahnya penuh, bumi mendadak bergetar, membuka dengan suara bergemuruh. Melalui celah-celah dalam dan juga pinggiran kawah mengalirlah lava. Arus panas,yang terbentuk dari unsur seperti pasta yang menyilaukan mirip lelehan logam, naik dengan perlahan. Bagian depan dari aliran lava menyerupai api yang merajalela tak terkendali. Seseorang bisa berlari di depannya, namun yang tak dapat bergerak, akan hilang. Pepohonan akan terbakar saat bertemu dengan lava, kemudian menghilang, berubah menjadi arang. Tembok-tembok paling tebal terbakar habis dan ambruk, batu-batu paling keras meleleh.”
“Aliran lava sampai di ujungnya, cepat atau lambat. Lalu uap dari bawah tanah dilepaskan dari tekanan besar massa cairan, melarikan diri dengan lebih kuat dari sebelumnya, membawa bersama mereka pusaran angin debu halus yang mengambang di awan seram dan turun ke dataran sebelah, atau bahkan dibawa angin ke kejauhan ratusan liga. Akhirnya, gunung yang mengerikan itu tenang, dan damai segera kembali dalam waktu singkat.”
“Jika ada kota-kota dekat gunung berapi, apakah aliran api itu mencapai mereka? Tidakkah hujan abu mengubur mereka?” tanya Jules.
“Sayangnya semua itu mungkin dan benar terjadi. Aku akan menceritakan tentang itu besok, karena sekarang ini waktunya untuk tidur.”