BAB XXXIII ULAT PAWAI

“Kita sering melihat, di bagian pangkal batang pinus, kantung-kantung besar dari benang halus putih yang bercampur dedaunan. Kantong-kantong ini biasanya menggembung di bagian atas dan kecil di bawah, seperti buah pir. Ukurannya terkadang sebesar kepala manusia. Mereka adalah sarang-sarang dimana sejenis ulat berbulu kemerahan hidup bersama. Sebuah keluarga ulat, keluar dari telur-telur yang diletakkan oleh satu kupu-kupu, membangun penginapan sutera bersama. Semua ambil bagian dalam pekerjaan, semua memintal dan menenun untuk kepentingan bersama. Bagian interior sarang itu dibagi-bagi dengan partisi sutera tipis menjadi beberapa ruangan. Di ujung bagian yang besar, terkadang di tempat lain, terlihat bukaan berbentuk corong yang lebar, ini adalah pintu yang lebar untuk masuk dan keluar. Pintu-pintu lain, yang lebih kecil, ditempatkan di sana sini. Ulat-ulat melewati musim dingin di dalam sarang mereka, terlindung dengan baik dari cuaca buruk. Di musim panas mereka berlindung di sana saat malam dan di saat panas tinggi.”

“Segera saat hari mulai terang, mereka keluar untuk menyebar di pohon pinus dan memakan dedaunan. Setelah makan kenyang, mereka masuk kembali ke dalam gelembung sutera mereka, berlindung dari panas matahari. Sekarang, saat mereka melakukan perjalanan, baik di pohon yang menunjang sarang, atau di tanah melintas dari satu pinus ke pinus yang lain, ulat-ulat ini berbaris dalam satu gaya, yang memberi nama mereka nama ulat prosesi (arak-arakan), karena mereka benar-benar berarak dalam satu barisan, satu demi satu, dan dalam urutan yang rapi.”

“Satu, yang pertama datang–mereka sangatlah mirip–memimpin jalan dan menjadi kepala ekspedisi. Yang kedua mengikuti, tanpa jarak, yang ketiga mengikuti dengan cara yang sama, dan terus begitu sebanyak jumlah ulat di sarang. Arak-arakan itu, berjumlah beberapa ratus, sekarang dalam perjalanan. Mereka berpawai satu garis, kadang lurus, kadang berputar tapi selalu saling menyambung, karena setiap ulat yang mengikuti akan menyentuhkan kepalanya di bagian ujung belakang ulat di depannya. Arak-arakan di tanah membuat untaian yang panjang dan menyenangkan, yang berombak ke kanan dan kiri dalam variasi tanpa henti. Saat beberapa sarang berdekatan dan arak-arakan mereka bertemu, tontonannya akan menjadi sangat menarik. Lalu untaian hidup yang berbeda arah itu saling memotong satu sama lain, putus sambung, saling mengait kemudian lepas, membentuk gambar yang tak terduga. Pertemuan itu tidak membuat kebingungan. Semua ulat dari barisan yang sama melangkah seragam dan lambat, tidak ada yang tergesa-gesa ingin di depan yang lain, tidak ada yang tertinggal, tidak ada satupun yang membuat kesalahan dalam arak-arakan. Setiap ulat menjaga barisannya dan berhati-hati dengan teliti mengatur arak-arakan dari bagian depannya. Pemimpin bagian depan pasukan mengarahkan pergerakan. Saat dia berbelok ke kanan, semua ulat di garis yang sama, satu demi satu berbelok ke kanan. Saat berbelok ke kiri, satu demi satu berbelok ke kiri. Jika pemimpin berhenti, seluruh arak-arakan berhenti. Tapi tidak mendadak. Ulat kedua dulu, lalu ketiga, keempat, kelima dan terus demikian sampai berhenti. Mereka bisa disebut pasukan terlatih yang saat berbaris berurutan, akan berhenti saat diberi perintah dan menutup barisan.”

“Ekspedisi, sebuah perjalanan sederhana, atau penjelajahan untuk mencari makanan, telah usai sekarang. Mereka telah pergi jauh dari sarang mereka. Saatnya pulang sekarang. Bagaimana mereka menemukannya, melewati rumput dan bagian bawah perdu, dan seluruh rintangan jalan yang mereka baru lalui? Apakah mereka membiarkan diri mereka dipandu oleh penglihatan, terhambat oleh sekelompok kecil rumput, atau dengan indera penciuman yang hembusan setiap aroma mungkin kaburkan? Tidak, tidak. Ulat prosesi ini punya pemandu perjalanan mereka sendiri yang lebih baik dari penglihatan atau penciuman. Mereka memiliki insting, yang mengilhami mereka dengan sumber daya sempurna. Tanpa memperhitungkan apa yang mereka lakukan, mereka melakukan pelayanan sesuai yang diperintahkan pikiran. Tanpa keraguan, mereka tidak mempertanyakan alasannya, tapi mereka mematuhi dorongan rahasia dari Yang Maha Mengetahui, yang dari dan melaluiNya semua bisa hidup.”

“Sekarang, inilah yang dilakukan ulat berarak untuk tidak kehilangan jalan pulang setelah perjalanan jauh. Kita melapisi jalanan kita dengan batu yang dihancurkan, ulat-ulat ini menggunakan yang lebih megah untuk jalan rayanya. Mereka membentangkan di jalanan mereka karpet dari benang sutera, mereka hanya berjalan di atas sutera. Mereka memintal terus menerus selama perjalanan dan menempelkannya di sepanjang jalan. Faktanya, setiap ulat yang berbaris itu bisa dilihat menurunkan dan menaikkan kepalanya bergantian. Di gerakan pertama, spineret diletakkan di bibir bawah, menempelkan benang ke jalan yang dilalui arak-arakan itu. Kedua, spineret membiarkan benang terulur saat si ulat berjalan beberapa langkah. Lalu kepalanya naik dan turun lagi, dan benang kedua diletakkan. Setiap ulat yang mengikuti berjalan diatas benang yang diletakkan ulat sebelumnya dan menambahkan benangnya sendiri, sehingga di sepanjang jalan yang mereka lalui akan dilapisi karpet pita sutera. Dengan mengikuti petunjuk pita ini arak-arakan kembali ke rumah mereka tanpa tersesat, betapapun berliku-likunya jalanan itu.”

“Jika seseorang ingin membingungkan mereka, hanya perlu menorehkan jari di atas jalur mereka untuk memotong jalur sutera. Pawai ini akan berhenti sebelum tempat yang dipotong dengan semua gelagat ketakutan dan kecurigaan. Haruskah mereka melanjutkan? Haruskah mereka berhenti? Kepala-kepala naik turun dengan cemas mencari benang petunjuk. Akhirnya, satu ulat yang lebih berani dibanding yang lain, atau yang mungkin lebih tak sabaran, melewati jalur yang rusak itu dan mengulurkan benangnya dari satu sisi ke sisi potongan yang lain. Yang kedua tanpa ragu melewati benang yang ditinggalkan ulat pertama, dan saat melewati menambahkan benangnya sendiri ke penghubung itu. Yang lain bergantian melakukan yang sama. Segera jalan yang rusak itu diperbaiki dan pawai itu kembali melanjutkan arak-arakannya.”

“Arak-arakan ulat pohon ek berbaris dengan cara yang berbeda. Dia ditutupi oleh rambut putih terbalik dan sangat panjang. Sarangnya berisi tujuh sampai delapan ratus ekor. Saat sebuah perjalanan diputuskan, seekor ulat meninggalkan sarang dan berhenti di jarak tertentu untuk memberi waktu pada yang lain mengatur dirinya dalam barisan dan membentuk bataliyon. Ulat pertama tadi memulai barisan. Mengikutinya, yang lain menempatkan diri, tidak satu setelah yang lain seperti arak-arakan ulat pinus, tapi dalam barisan dua, tiga, empat dan seterusnya. Barisan tersebut saat lengkap mulai berjalan dengan patuh dalam pola pemimpin barisan yang selalu berjalan sendirian di depan pasukan, sementara yang lain maju mengikuti, membuat barisan yang rapi sempurna. Di barisan pertama pasukan selalu membentuk formasi pasak karena penambahan jumlah ulat yang membentuknya secara bertahap. Sisanya akan sedikit banyak meluas di tempat-tempat yang berbeda. Terkadang barisan itu terdiri dari 15-20 ulat berbaris selangkah, seperti prajurit terlatih, sehingga kepala dari satu ulat tidak pernah melewati kepala yang lain. Tentu barisan ini melapisi karpet jalanannya dengan sutera saat berbaris, sehingga mereka bisa menemukan jalan pulang ke sarangnya.”

“Para ulat berarak ini, terutama di pohon ek, beristirahat di sarang mereka untuk menguliti diri, dan sarang mereka akhirnya penuh dengan debu-debu halus dari bulu mereka yang hancur. Saat kau menyentuh sarang ini, debu dari bulu-bulu ini menempel di jari-jari dan wajahmu, dan menyebabkan inflamasi yang bertahan beberapa hari jika kulitnya tipis atau peka. Seseorang bahkan hanya perlu berdiri di bawah pohon ek dimana ada ulat-ulat ini  menetap untuk mendapatkan iritasi dari debu-debu yang tertiup angin, dan merasakan gatal yang menusuk.”

“Sayang sekali para ulat berarak ini memiliki bulu yang menjijikkan ini!” Jules berseru. “Jika mereka tidak memilikinya….”

“Jika mereka tidak memilikinya, Jules akan sangat senang bisa melihat arak-arakan ulat itu. Tak mengapa, bagaimanapun bahayanya tidak terlalu besar. Dan jika, seseorang sedikit menggaruk dirinya, itu bukan hal yang serius. Di samping itu, kita akan lebih memerhatikan pawai dari ulat pinus, yang lebih tidak menakutkan dibanding ulat ek. Di waktu hari terpanas, kita akan pergi dan mencari ulat-ulat bersarang di pohon pinus. Tapi Jules dan aku akan pergi sendiri. Itu akan terlalu panas untuk Emile dan Claire.”

Leave a Comment

error: Content is protected !!