BAB XXXVI EKSPERIMEN DENGAN KUCING

Angin bertiup dingin dan kering. Badai dari malam sebelumnya lah yang membawanya. Paman Paul menggunakan alasan ini untuk menyalakan perapian mengesampingkan kata-kata Mama Ambroisine yang menjerit karena menyalakan perapian sangat tidak cocok dengan cuacanya.

“Menyalakan perapian di musim panas!” katanya, “apakah ada yang pernah melihat itu? Tidak ada seorangpun kecuali tuan kita yang melakukan hal seperti itu. Kita akan terpanggang.”

Paman Paul membiarkannya berbicara; dia punya ide sendiri. Setelah selesai dengan makan malamnya, si kucing besar yang tidak pernah merasa terlalu panas, menempatkan diri di kursi dekat perapian, dan segera, mulai mendengkur dengan gembira. Semua terjadi sesuai harapan, proyek Paman Paul mulai terlihat hasilnya. Ada yang mengeluh kepanasan, tapi beliau tidak memperhatikan.

“Ah, kaupikir untukmulah perapian itu dinyalakan?” katanya pada anak-anak. Jangan tertipu, anak-anak, ini untuk si kucing, hanya si kucing. Ini sangat dingin, hewan malang, lihat bagaimana dia bahagia di kursinya.”

“Emile hampir tertawa pada perhatian pamannya pada si kucing jantan, tapi Claire, yang menduga ada maksud yang serius, menyenggol dengan sikutnya. Kecurigaan Claire terbukti benar. Saat mereka selesai makan malam mereka melanjutkan pembahasan tentang guntur. Paman Paul memulai :

“Pagi ini aku berjanji kepada kalian, dengan bantuan kucing, akan melakukan hal yang menarik. Waktunya telah tiba untuk memenuhi janjiku, menggunakan Puss sangatlah cocok.”

Paman mengambil si kucing, yang bulunya terasa panas membara, dan meletakkannya di pangkuan. Anak-anak mendekat.

“Jules, matikan lampu. Kita harus berada dalam kegelapan.”

Lampu pun dimatikan, tangan Paman Paul hilir mudik di punggung si kucing. Oh! Oh! Luar biasa! Bulu makhluk itu mengalirkan manik-manik berwarna terang. Kilatan-kilatan sinar putih muncul, berkemeretak dan menghilang saat tangan membelai lagi. Kau mungkin akan berkata bahwa kilatan kembang api melompat keluar dari bulunya. Semua takjub pada kecemerlangan si kucing.

“Ini sesuatu yang luar biasa! Lihat kucing ini menghasilkan api!” jerit Mama Ambroisine.

“Apakah api itu bisa membakar, Paman?” tanya Jules. “Kucing ini tidak menjerit, dan kau mengelusnya tanpa rasa takut.”

“Percikan itu bukanlah api,” jawab Paman Paul. “Kalian semua ingat stik lilin segel dimana setelah digosokkan ke pakaian, menarik potongan-potongan kecil kertas dan jerami. Telah kukatakan, bahwa listrik dibangkitkan dengan gesekan, yang membuat kertas menempel pada lilin. Nah, saat menggosok punggung kucing dengan tangan aku menghasilkan listrik, tapi dengan melimpah, begitu banyaknya sampai yang tadinya tak terlihat jadi terlihat, dan meledak dalam bentuk percikan.”

“Jika itu tidak membakar, biarkan aku mencoba,” mohon Jules. 

Jules meletakkan tangannya di atas bulu kucing. Manik-manik cerah dan suara berkemeretak mulai lagi dan menjadi lebih kuat. Emile dan Claire melakukan hal yang sama. Mama Ambroisine ketakutan. Wanita yang patut dihormati itu mungkin melihat ada sihir di percikan-percikan terang dari si kucing. Kucing itu kemudian pergi. Selain itu, eksperimen itu mulai terasa mengganggu, dan Paman Paul harus menahan binatang itu kencang-kencang agar dia tidak mulai menggaruk.

Leave a Comment

error: Content is protected !!