XIII PIRING LOGAM

Pagi itu, beberapa pandai besi lewat. Mama Ambroisine telah menjual ketel usang pada mereka. Selain menjual para pandai besi ini diminta untuk memperbaiki lampu yang kedua kakinya meleleh dan menambal dua panci. Lalu pandai besi ini menyalakan api, mencari landasan di tanah dan di atas besi bulat besar melengkung, ia melelehkan lampu dan menambah sedikit timah untuk menggantikan bagian yang hilang. Metal yang dicairkan pun mengalir ke cetakan. Dari cetakan itu terbentuklah lampu. Lampu yang masih berukuran besar ini di letakkan di bubut dengan besi yang berputar dan ketika besi itu bergerak, pandai besi menyentuhnya dengan ujung sebuah alat baja. Timah tersebut kemudian dipipihkan dan menjadi tipis bergulung seperti kertas bergulung. Lampu itu pun menjadi sempurna; perlu dipoles dan dibentuk dengan baik.

Setelah itu, mereka sibuk menambal panci tembaga. Mereka membersihkan keseluruhan dalam panci menggunakan amplas, meletakkannya di api dan ketika masih sangat panas seluruh permukaan panci  diolesi timah cair dengan alat pelapis panci. Ketika alat tersebut dioleskan, timah melekat pada tembaga. Tak lama, bagian dalam panci yang sebelumnya berwarna merah, sekarang menjadi putih mengkilat. 

Emile dan Jules sambil menikmati kudapan siang mereka memperhatikan dengan penasaran tanpa berkata apapun. Mereka berkeputusan akan bertanya pada paman alasan memutihkan bagian dalam panci tembaga dengan timah. Di malam hari, mereka berdiskusi tentang melapisi sesuatu dengan timah dan menambal. 

Besi yang dibersihkan dengan sangat sempurna dan dipoles  sangat mengkilap,’ Paman Paul menjelaskan. ‘Bilah pisau baru, gunting Claire yang disimpan hati-hati di tempatnya, adalah salah satu contoh. Namun, jika dibiarkan di keadaan lembab, besi dengan cepat berubah warna dan menyelimuti dirinya dengan kerak merah campur coklat yang disebut …’

‘Karat,’ Claire menyela.

‘Ya, karat.’

Paku-paku besar yang terpaku pada kawat-kawat besi, dimana bunga-bunga lonceng merambati dinding kebun, dipenuhi karat merah,’ Jules berseru; dan Emile menambahkan

‘Pisau usang yang kutemukan di tanah juga.’

‘Paku-paku besar serta pisau usang berkarat karena terpapar udara dan kelembaban sedemikian lama. Udara yang lembab membuat besi korosi; air menyatu dengan metal sehingga membuatnya tak dapat dikenali. Ketika besi berkarat tidak lagi berbentuk maka ia tak ada gunanya lagi; warnanya seperti merah dan kuningnya tanah, jika tidak kita perhatikan baik-baik, mungkin kita tak menyangka bahwa benda itu sebuah metal.

‘Sekarang aku sadar,’ ujar jules. ‘Aku tak akan membuat besi berkarat dengan memaparkannya pada kelembaban dan udara.’

‘Banyak logam lain yang berkarat seperti besi; yang artinya substansi mereka berubah menjadi substansi tanah ketika bersentuhan dengan udara lembab. Warna karat berbeda-beda bergantung pada jenis logam. Karat besi berwarna kuning atau merah, tembaga hijau, sementara timbal dan seng berwarna putih.

‘Kalau begitu karat hijau pada uang logam adalah karat tembaga.’i4

‘Warna putih yang menutupi keran pompa pastilah karat dari timbal? Tanya Claire.

‘Betul sekali. Hal paling menyebalkan dengan karat adalah karena karat membuat logam nampak jelek; kilaunya hilang dan bisa sangat membahayakan. Ada beberapa karat yang tidak berbahaya ketika bersentuhan dengan makanan kita; contohnya karat besi. Tetapi, karat logam dan timbal sangat beracun. Jika secara tak sengaja, karat ini tercampur pada makanan kita, kita bisa mati, atau setidaknya sakit parah. Sekarang kita akan membahas hanya tembaga, timbal karena mereka mudah meleleh, tak bisa kena panas dan tak dapat digunakan sebagai peralatan masak. Tembaga berkarat mengeluarkan racun yang sangat berbahaya, namun tetap saja mereka menyajikan makanan di wadah-wadah tembaga. Tanyakan saja pada mama Amroisine.’

‘ Benar sekali,’ katanya. ‘ namun panci yang kugunakan selalu kuperhatikan. Dibersihkan dan secara berkala diberi lapisan.’ 

‘Aku tidak paham,’ seru Jules.’ bagaimana pandai besi tadi pagi dapat membuat tembaga tidak beracun.’

‘Yang dilakukan pandai besi tadi tak akan membuat tembaga yang berkarat menjadi tidak beracun,’ jawab paman Paul. ‘tetapi mencegahnya berkarat. Dari semua logam, timah paling sedikit berkarat. Apabila terpapar udara atau termakan usia jarang sekali ia berubah. Jumlah karatnya pun sedikit juga tak berbahaya seperti halnya besi. Untuk mencegah dan menjaga agar tembaga tak berkarat, ia harus dihindarkan dari kontak langsung dengan kelembaban juga dari zat-zat seperti cuka, minyak, pelumas karena mereka membuat tembaga cepat berkarat. Karena alasan inilah panci tembaga dilapisi timah. Dengan demikian tembaga berlapiskan timah ini tidak dapat berkarat karena tidak bersentuhan dengan udara. Dengan lapisan timah di atasnya, logam ini sulit berubah. Selain itu, kiranya berkarat, ia tidak berbahaya. Karenanya mereka melapisi tembaga, melapisinya dengan timah tipis agar terhindar dari karat dan mencegah pembentukan racun berbahaya, yang mungkin saja tercampur dengan makanan kita.

Mereka pun besi timah, tidak mencegah terbentuknya racun karena karat dari logam ini tidak berbahaya, hanya menjaganya dari perubahan warna dan pembentukan titik-titik merah yang buruk. Besi timah ini disebut piring kaleng. Tutup panci, cerek kopi panci, parutan, lentera dan banyak benda lain merupakan piring kaleng; artinya lembaran-lembaran besi tipis yang dilapisi timah di kedua sisinya.

Leave a Comment

error: Content is protected !!