XXV LABA-LABA

Suatu pagi, Mama Ambroisine sedang mencacah daun-daun dan apel untuk diberikan kepada anak-anak ayam yang baru saja menetas. Seekor laba-laba abu-abu besar, meluncur dari langit-langit dan bertengger di bahu wanita itu. Melihat mahluk berkaki panjang lagi berbulu itu, Ia berteriak ketakutan dan mengibaskan bahunya sehingga serangga itu jatuh dan remuk diinjaknya. 

Laba-laba

“Laba-laba di pagi hari pertanda buruk,” katanya pada diri sendiri. Paman Paul dan Claire langsung datang. 

“Kau tak akan percaya tuan, seru Mama Ambroisine. “Sebagai manusia yang tak bisa hidup selamanya seharusnya tak direpoti oleh hal-hal yang menyulitkan. Dua belas ekor anak ayam baru saja menetas, berwarna kuning emas, dan selagi saya menyiapkan makanan mereka, tiba-tiba seekor laba-laba jahat jatuh di pundakku.”

Sambil masih gemetar, Mama Ambroisine menunjuk serangga yang sudah remuk di bawah kakinya. 

“Menurutku anak-anak ayam itu tak takut laba-laba,” ujar Paman Paul. 

“Benar tuan. Makhluk mengerikan itu sudah mati. Tapi anda tahu kan ungkapan yang menyatakan “Laba-laba di pagi hari membawa petaka, di malam hari membawa suka cita.” Semua orang tahu bahwa seekor laba-laba yang orang lihat di pagi hari merupakan pertanda buruk. Ayam-ayam kita dalam bahaya karena kucing-kucing akan memakan mereka. Kita lihat nanti, Tuan.”

Air mata mengambang di pelupuk mata mama Ambroisine.

“Taruh ayam-ayam kecil itu di tempat yang aman, awasi jika ada kucing dan aku akan melihat bagaimana selanjutnya. Ungkapan itu hanyalah omong kosong,” ujar Paman Paul.

Mama Ambroisine tak mengatakan apapun lagi. Ia tahu Tuan Paul punya jawaban untuk segala  hal dan kadang kadang ia mengungkapkan pujian pada laba-laba. Claire yang mendengar paman Paul akan memuji laba-laba, bertanya.

“Paman, aku tahu, semua hewan dimatamu memiliki keistimewaan, walau mungkin mereka sangat buruk, kebaikannya perlu dipertimbangkan. Mereka memainkan peranan yang telah ditetapkah Tuhan Sang Maha Pengasih. Mereka juga sangat menarik untuk diteliti dan dipelajari. Paman adalah wakil dari mahluk Tuhan dan akan membela katak. Tapi Paman juga mengijinkan kami melihat bahwa semua itu karena kebaikan hati paman, dan bukan kebenaran sesungguhnya. Menurut paman apa kelebihan dari laba-laba, mahluk mengerikan yang berbisa dan mengotori langit-langit kita dengan sarang-sarangnya.

“Menurutku?” Banyak sekali, anakku. Sekarang, beri makan dulu anak-anak ayam itu dan berhati-hatilah dengan kucing jika kau mau membuktikan bahwa ungkapan tentang laba-laba tadi salah.”

Malam hari, mama Ambrosine mengenakan kaca mata bulat di atas hidungnya. Ia tengah merajut kaus kaki. Di kakinya melingkar seekor kucing yang tidur. Suara meongan kucing dan bunyi jarum-jarum beradu saling tumpang tindih. Anak-anak tengah menanti cerita tentang laba-laba. Paman pun memulai.

“Dari kalian bertiga siapa yang dapat menjawab: Apa yang laba-laba lakukan dengan jaring mereka. Jaring halus itu membentang di sudut-sudut kebun atau di antara dua semak di kebun?”

Emile yang menjawab pertama kali, “Jaring itu sarang untuk ia bersarang ya, Paman. rumah dan tempatnya bersembunyi.”

“Tempat bersembunyi!” seru Jules, “Ya, aku sepakat kalau jaring itu adalah tempat bersembunyi. Aku pernah dengar suara lalat hijau di antara cabang-cabang bunga bakung. Ia terjerat di jaring laba-laba dan berusaha melepaskan diri. Lalat itulah yang membuat suara-suara dari kepakan sayapnya. Seekor laba-laba lari dari dasar lorong sutera, menangkapnya  lalu membawanya ke lorong sutera. Aku yakin ia akan memakannya. Sejak itu, aku berpikir bahwa jaring laba-laba digunakan untuk berburu.“

“Jaring laba-laba juga digunakan untuk berburu,” ujar Paman. “Semua laba-laba hidup untuk berburu: mereka tak henti menggaungkan genderang perang pada lalat, nyamuk, dan serangga lain. Jika kalian takut nyamuk, hewan yang menggigit kita di malam hari hingga tubuhnya penuh darah, kalian harus berterimakasih kepada laba-laba. Karena merekalah yang menghabisinya. Jadi tak perlu lah kita menangkap laba-laba. Nah, selanjutnya jaring yang dipakai untuk menangkap lalat adalah helai-helai benang sutera yang dihasilkan oleh laba-laba sendiri. 

“Di dalam tubuh serangga itu, zat sutera, seperti halnya zat sutra pada kupu-kupu, adalah cairan kental serupa lem atau permen karet. Ketika terpapar udara, zat ini membeku, mengeras dan menjadi benang yang tahan air. Ketika seekor laba-laba ingin memintal, cairan sutra mengalir dari empat puting yang disebut spinneret.” 

“Pada ujung puting-puting ini terdapat sejumlah lubang seperti lubang pada penyiram tanaman. Jumlah lubang diperkirakan ada seribu. Setiap lubang mengeluarkan cairan kecil, yang akan mengeras dan menjadi benang. Ribuan benang melekat jadi satu benang yang digunakan oleh si laba-laba. Tak ada yang mampu menyamai kemampuan laba-laba menghasilkan benang. Benang -benang ini sangat halus dan hanya dapat dilihat.  Benang sutera yang kita hasilkan memiliki tekstur yang paling halus dan bisa kita samakan dengan kabel yang terdiri dari dua, tiga atau empat kawat halus. Sementara benang laba-laba, terdiri dari ribuan benang halus. Berapa banyak benang yang dibutuhkan untuk membuat sehelai benang sekuat rambut? Sepuluh. Dan berapa benang-benang halus dari lubang spinneret yang diperlukan? Sepuluh ribu. Seberapa padat zat sutera hingga dapat di tarik di dalam benang yang membutuhkan sepuluh ribu benang halus sama dengan sehelai rambut? Betapa menakjubkan bagaimana benang ini dapat menangkap seekor lalat untuk makan malam sang laba-laba, anak-anakku. 

 

Leave a Comment

error: Content is protected !!