XXVI JEMBATAN EPEIRA

Paman Paul mendapati Claire yang mendengarkan dengan penuh perhatian. Nampak jelas bahwa dalam benak Claire ada sesuatu yang berubah; laba-laba tidak lagi menjadi makhluk menjijikkan dan tak bermanfaat. Paman punPamanpun melanjutkan ceritanya.

“Dengan kaki-kakinya yang dipersenjatai cakar-cakar  serupa sisir yang setajam gigi serupa sisir, laba-laba menarik benang dari spinneretnya. Jika mau turun, seperti yang terjadi pagi ini, seekor turun dan hinggap di bahu mama Ambroisine, ia merekatkan ujung benang ke titik keberangkatan dan membiarkan dirinya terjatuh secara lurus. Benang ditarik dari spineret oleh beratnya, lalu berhenti dan menggantung dengan lembut, dan turun semaunya perlahan-lahan. Untuk naik lagi, ia merangkak di benang dengan menggulungkan benang itu sedikit demi -sedikit pada kaki-kakinya. Untuk turun kedua kalinya, ia hanya perlu melepaskan gulungan benang tadi sedikit-sedikit. 

“Untuk memintal jaring, setiap laba-laba memiliki cara sendiri tergantung jenis permainan apa yang ia gunakan untuk berburu, tempat yang sering ia datangi dan kecenderungan selera dan instingnya. Aku hanya akan menceritakan sedikit tentang Epeire [Epeire diadème/European Garden Spider], laba-laba indah bertotol-totol kuning, hitam dan perakng. Mereka adalah para pemburu serangga besar – lalat hijau atau biru yang sering ada di sungai, atau kupu-kupu dan lalat-lalat besar. Mereka merentangkan jaring secara vertikal di antara dua pohon dan bahkan dari satu sisi sungai ke sisi yang lain.”

“Seekor epeira setelah menemukan tempat yang tepat untuk berburu. Ia akan menangkap capung, atau lalat-lalat hijau dan biru yang datang dan pergi dari satu pucuk ke pucuk pohon lain di atas sungai, kadang bergerak ke atas atau ke bawah. Di sana pun ada kupu-kupu, lalat kuda, atau lalat-lalat besar penghisap darah hewan ternak. Tempat itu sangat cocok untuk berburu. Kemudian, dimulailah pekerjaannya! Sang laba-laba memanjat puncak pohon Willow  di ujung sungai. Di sana ia mematangkan rencanannya, rencana yang sangat berani dan pelaksanaannya nampak mustahiltak mungkin.  Sebuah jembatan gantung, seutas benangbuah kabel yang akan menjadi penyangga untuk jaringnya harus dibentangkan dari satu sisi sungai ke sisi yang lain. Anak-anakku, kalian tahu bahwa laba-laba tidak dapat menyeberangi sungai dengan berenang. Ia akan mati tenggelam. Ia harus membentangkan jaringkabelnya, yang akan menjadimerupakan jembatan, dari puncak batang willow tanpa merubah tempat. Tak ada seorang insinyur yang menghadapi kesulitan semacam itu. Apa yang akan dilakukan oleh serangga kecil itu? Bagaimana menurut pendapat kalian? Aku ingin dengar.”

“Membuat jembatan, tanpa menyeberangi sungai atau bergerak dari tempatnya. Jika laba-laba mampu melakukan itu, ia makhluk yang lebih cerdas dari pada aku.” jawab Jules.

“Dari aku juga,” timpal saudaranya.

“Jika aku belum tahu,’ ujar Claire, “karena paman baru saja menceritakan pada kami bahwa laba-laba dapat menyelesaikan pekerjaannya, menurutku, membuat jembatan itu tak mungkin.”

Mama Ambroisine hanya diam, tetapi dari bunyi detak benturan jarumnya, semua tahu bahwa ia juga tertarik dengan kisah jembatan laba-laba.

“Hewan seringkali lebih cerdas dari kita,” paman melanjutkan; “ESpeirea yang akan membuktikannya.” Dengan kaki-kaki belakangnya, sebuah benang ditarik dari spinneret. Ia memanjang dan terus memanjang, melayang di atas dahan. Laba-laba terus mengeluarkan benang hingga akhirnya berhenti. Apakah cukup? Apakah terlalu pendek? Itulah yang harus dia perhatikan. Jika kepanjangan, sia-sia lah cairan sutera yang berharga itu; jika kependekan, maka tidak akan memenuhi kebutuhan. Ia melihat sekilas jarak yang harus dilalui, Ternyata benangnya terlalu pendek. Sang laba-laba pun memanjangkannya lagi. Sekarang semuanya berjalan lancar: panjang benang sudah sesuai dan pekerjaan pun selesai. Epeira menanti di puncak dahan,  selanjutnya perburuan dilakukan tanpa bantuannya. Ia memastikan apakah benangnya kuat. Ya, benar. Benang-benangnya kuat dan jembatan pun jadi. Laba-laba menyeberangi sungai di atas jembatan gantungnya. Apa yang terjadi kemudian? 

Benang melayang dari puncak pohon Willow. AnginUdara mengayunkan jembatan ke cabang pohon yang terdapat di seberang sungai. Ujungnya mengait di sana. Lihatlah misteri yang ada di sana. ESpeira hanya harus menarik benang itu agar terentang dengan tepat dan membuat jembatan gantung dari benang itu.

“Sederhana sekali!” seru Jules. “Dan tak satupun dari kita yang berpikir demikian.”

“Benar. Sederhana sekali dan juga sangat cerdas. Dari semua pekerjaan; kesederhanaan yang diaplikasikan oleh laba-laba menunjukkan bukti kehebatan. Sederhana menunjukkan keilmuan sementara kerumitan menampakkan kebodohan. 

Pada konstruksi jembatan Epfeira terdapat ilmu pengetahuan yang sempurna.”

“Darimana ia mendapatkan ilmu pengetahuan itu, Paman?” tanya Claire. “Hewan tidak punya akal. Lalu, siapa yang mengajari Epeira membangun jembatan gantung itu?”

“Tak seorang pun membantunya; Laba-laba Epeira terlahir dengan ilmu pengetahuan tentang hal itu. Ia memiliki pengetahuan dengan insting, sumber inspirasi dari Tuhan segala sesuatu, yang menciptakan mahluk-makhluk, agar mereka senantiasa ada, cara-cara yang seringkali membuat kita ternganga. Ketika laba-laba Epfeira bersiap memintal jaring di puncak pohon Willow, apa yang menginspirasinya dengan sebuah proyek berani pembangunan  jembatan? Apa yang membuatnya sabar menanti ujung benang akan menggantung di udara sehingga sampai ke cabang pohon di seberang sungai? Apa yang membuatnya yakin bahwa ia akan berhasil sementara pembuatan jembatan adalah sesuatu yang baru dan belum pernah dilakukan sebelumnya? Dialah Akal Universal yang mengamati makhluk-makhluknya, dan yang kita kenal dalam bahasa manusia sebagai Yang Maha Pemberi.” 

Paman Paul telah mengambil hati anak-anak; sebelumnya dimata mereka, bahkan dalam pandangan Mama Ambroisine, laba-labai tak lebih dari seekor hewan mengerikan.

1 thought on “XXVI JEMBATAN EPEIRA”

Leave a Comment

error: Content is protected !!