Di Barat laut Sparta, di negara yang disebut E’lis terdapatlah sebuah kota Bernama O-lym’pi-a. Di sana dibangunlah sebuah kuil yang indah untuk memuja Dewa Ju’pi-ter (atau Zeus), dewa utama orang Yunani. Konon kuil ini dibangun oleh Hercules, pahlawan besar yang dianggap sebagai keturunan Heraclidae.
Menurut legenda, Hercules adalah putra dewa Jupiter. Ia memerintahkan agar suatu festival besar diadakan di kuil ini setiap empat tahun untuk menghormati ayahnya, Dewa Jupiter.
Dalam rangka mengundang banyak orang datang ke kuil di Olympia ini, Hercules mengadakan berbagai pertandingan atletik, seperti gulat, lempar cakram dan lembing, lomba lari, balap kuda, dan kereta perang, tinju, berenang, dan sebagainya.
Hercules sendiri hadir di festival pertama ini, dan berperan sebagai wasit permainan, memberi hadiah berupa mahkota yang terbuat daun zaitun liar kepada para pemenang. Kebiasaan ini telah dipertahankan sejak saat itu, dan para pemuda Yunani menganggap mahkota sederhana ini sebagai hadiah terbaik yang dapat diberikan.
Karena Bangsa Sparta adalah atlet yang hebat, mereka segera mengambil bagian penting dalam Olimpiade, memenangkan sebagian besar hadiah, dan mengklaim mempertahankan kehormatan kuil di Olympia dalam setiap situasi bahaya.
Semua orang yang pergi ke Olympia untuk menyaksikan pertandingan memberi beberapa persembahan berharga di kuil itu, sehingga kuil itu menjadi terkenal karena keindahan dan kekayaannya. Tak ketinggalan pelukis dan pematung juga turut menghiasi kuil ini dengan berbagai karya seni mereka yang indah hingga segeralah kuil itu berisi berbagai maha karya seni.
Adi karya dalam kuil itu adalah sebuah patung setinggi empat puluh kaki karya seorang pematung terkenal Phid’i-as. Patung Jupiter ini diukir dari gading putih, rambut dan janggut serta pakaiannya terbuat dari emas, dan matanya terbuat dari permata yang paling cemerlang.
Kuil dan hutan kecil itu selanjutnya dihiasi dengan banyak sekali patung mewakili dewa-dewa lain dan semua pemenang hadiah, hingga menjadi tradisi untuk menempatkan patung seukuran diri mereka masing-masing di tempat yang indah ini.
Selama perayaan Olimpiade, banyak persembahan diunjukkan dalam ritual keagamaan sebagai tanda penghormatan kepada para dewa. Para penyair dan seniman, serta atlet akan bergegas ke sana pada setiap kesempatan; karena ada kontes puisi dan lagu, dan orang-orang sangat tak sabar ingin mendengar dan menikmati semua karya seni yang baru.
Di antara berbagai pertandingan, para penyair membacakan puisi mereka, para musisi menyanyikan lagu mereka, para sejarawan mengisahkan kisah sejarah mereka, dan para pujangga menceritakan kisah pilihan mereka untuk menghibur banyak orang yang telah datang ke sana dari seluruh bagian Yunani, bahkan dari pantai Italia dan Asia Kecil.
Karena perlombaan ini diadakan setiap empat tahun, maka orang-orang sangat menantikannya, dan mulai menjadikannya sebagai tonggak waktu. Telah menjadi biasa mengatakan bahwa hal ini atau itu terjadi pada tahun pertama, kedua atau ke tiga setelah Olimpiade ke lima, atau saat Olimpiade ke tujuh misalnya.
Tak lama bahkan para sejarawan mulai menggunakan cara penanggalan dengan tonggak waktu acara penting ini. Dengan menghitung empat tahun untuk setiap Olimpiade, ketika waktu di antaranya disebut, kita bisa mengetahui dengan tepat kapan peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah Yunani terjadi.
Meskipun Olimpiade mungkin telah diadakan berkali-kali sebelum sistem penghitungan ini dimulai, dan sebelum sejarah dicatat dengan baik, kita tetap dapat melacaknya kembali ke tahun 774 SM.
Selama seribu tahun setelah itu, nama setiap pemenang dengan hati-hati dicatat; hanya sekitar tiga abad setelah Kristus itu catatan Olimpiade itu terhenti. Kemudian dengan kesedihan dari semua orang Yunani, Olimpiade tidak diadakan lagi.
Beberapa upaya telah dilakukan untuk menghidupkan Olimpiade kembali; tapi semua terbukti sia-sia sampai seorang raja Yunani memperbaruinya pada tahun 1896. Pada tahun itu sebuah festival besar diadakan, bukan di Olympia, tetapi di kota Athena.
Selain beberapa pertandingan Yunani kuno, ada balap sepeda dan lomba lari gawang, pertandingan menembak, dan lomba lompat. Seperti dulu ketika orang-orang dalam jumlah besar berbondong-bondong ke Olimpia untuk menyaksikan pertandingan Olimpiade, demikianlah orang-orang dari seluruh penjuru dunia datang ke Athena untuk mengikuti dan menyaksikan festival ini.
Para pemenang dalam tiap pertandingan, yang berasal dari berbagai negara, menerima medali, dan karangan bunga dari daun zaitun liar dan daun salam; tetapi orang tidak memakai mahkota bunga seperti dulu, juga tidak mempersembahkan korban kepada para dewa kuno, karena Yunani sekarang adalah negara Kristen.