Bab 4 Pikiran Tumbuh Berdasarkan Ide

Anak-anak bukanlah papan tulis kosong; mereka sudah mampu belajar. 

Yang perlu dilakukan orang tua adalah

memberikan ide yang inspiratif, teladan yang baik dan mengajarkan kebiasaan yang baik. 

Bab 3 mencakup ‘fungsi pendidikan orang tua’. Orang tualah yang melatihkan kebiasaan- kebiasaan yang menjadi buah pikiran dan tindakan anak. Hal yang krusial yang orang tua berikan kepada anak-anaknya adalah gagasan. Dahulu, anak-anak dianggap sebagai papan tulis kosong untuk ditulisi oleh para pendidik. Johann Pestalozzi mengawali persepsi ini dengan berusaha mengembangkan pikiran anak untuk menerima pengetahuan (tetapi pikiran mereka tidak perlu dikembangkan, mereka sudah berkembang dan siap untuk belajar!) Friedrich Froebel menyempurnakan gagasan ini dengan mencoba mengembangkan unsur-unsur terpisah dari fakultas anak-anak. Taman kanak-kanak inilah filosofi yang dikemas dalam sebuah metode yang dilembagakan: mempersiapkan anak untuk belajar.

Namun sains menunjukkan bahwa apa yang kita pikirkan sebelumnya tidak sepenuhnya benar. Sifat-sifat yang diturunkan tidaklah sewenang-wenang seperti yang kita duga. Dan anak-anak membutuhkan pendidikan yang lebih individual daripada yang dimungkinkan oleh tren saat ini. Pikiran dan tubuh anak sudah siap belajar dan tidak memerlukan persiapan metodis; mereka dirancang untuk belajar dan hanya membutuhkan bimbingan dan lingkungan yang tepat untuk melaksanakan tujuan mereka.

Pendidikan lebih daripada sekedar metode mempersiapkan anak-anak untuk belajar—pendidikan adalah kehidupan itu sendiri, dan ‘membesarkan’ adalah cara yang lebih akurat untuk melihatnya. Dan orang tua lebih dari sekedar pemberi teladan, mereka adalah pemberi inspirasi.

Memahami apa itu pendidikan, dan apa tujuan kita, memungkinkan kita untuk memilih metode untuk berpindah dari titik A ke titik B. Pemahaman bahwa anak mempunyai pikiran yang telah siap belajar mendorong kita untuk melupakan metode yang kaku dan memberikan ide (konsep) yang akan memantik pikiran anak-anak. Satu ide dapat menyulut api dalam diri seseorang yang akan terus mendorong mereka untuk bertindak selama sisa hidup mereka. Tugas kita sebagai pendidik adalah memaparkan anak-anak terhadap ide-ide penting dan hidup yang dapat menggugah imajinasi mereka dan menginspirasi mereka kepada kehidupan yang mulia dan perbuatan baik/kepahlawanan. Tidak semua ide dapat dirasakan secara nyata; beberapa mungkin sekedar kerinduan atau hasrat terhadap sesuatu yang samar-samar dan tak terlihat yang membuat seseorang tertarik kepada sesuatu yang lebih tinggi (seperti dalam puisi Longfellow, Excelsior). Menyediakan lingkungan yang penuh dengan kebaikan dan kerja sama mungkin tidak menghadirkan  “aha!” momen untuk seorang anak, tapi akan menjadi bagian dari lingkungannya dengan setiap nafasnya dan menjadi standar yang terpatri di dalam dirinya yang akan menariknya kepada hal  yang serupa. Ini seharusnya membuat kita berpikir dua kali untuk kehilangan kendali di depan anak-anak kita karena sedang marah atau tidak sabar.

Beginilah cara Samuel Taylor Coleridge melihat ide di halaman 37: Ide dimulai dari sebuah benih yang ditanamkan ke dalam pikiran. Situasi dan peristiwa seumpama cahaya matahari dan air bagi benih ide tadi bertumbuh daripada dilupakan. Kebiasaan kita bisa memimpin kita lebih dekat pada ide-ide spesifik, seumpama terowongan mengarah pada cahaya di ujungnya. Pikiran yang waspada akan berusaha melihat dengan jelas ide mana yang paling utama dan memilih dengan cermat cara dan kebiasaan untuk mencapai cita-cita dengan sangat fokus.

Seorang pendidik/orang tua memilih dengan cermat jalur pendidikan mana yang akan diikuti dengan  gagasan yang jelas tentang apa tujuan akhirnya. Sepanjang tahun pendidikan mereka, anak-anak

akan membuang semuanya kecuali ide-ide yang memenuhi pikirannya, jadi orang tua harus berhati-hati dalam menyebarkan banyak ide-ide ini, tanpa mengetahui mana yang akan melekat dan mana yang tidak. Karena anak-anak cenderung terpaku pada ide-ide jahat seperti halnya ide-ide baik, para orang tua hendaknya menjaga agar ide-ide yang diperoleh seorang anak adalah ide- ide yang mulia. Karena sebuah ide asli dapat bercabang-cabang menjadi berbagai ide dan berbagai tindakan terkait, maka orang tua harus berhati-hati bahwa ide-ide awal itu benar sehingga ide-ide turunannya dan tindakn-tindakan yang menyertainya tidak didasarkan pada kebohongan. Bahkan alasan kita, meskipun tampaknya sempurna, bisa bekerja melawan kita untuk membenarkan gagasan yang salah jika kita membiarkan diri kita menerima gagasan itu sebelum menilai kebenarannya dari awal. Misalnya, seorang anak mungkin tumbuh menjadi orang dewasa yang membenarkan sikap main hakim sendiri jika ia terbiasa melihat orang lain dihakimi dengan kasar, dan gagasan itu menjadi bagian dari proses berpikirnya. Alasannya akan mengkonfirmasi tindakannya setelah pikirannya tenang.

Leave a Comment

error: Content is protected !!