Volume 3, Sebuah Pengantar…

Charlotte Mason menulis Volume 3 untuk membicarakan kurikulum anak di bawah usia 12 tahun. Dalam volume ini, konsep otoritas dan ketaatan dikemukakan di awal karena hal ini mendasar dan perlu, tetapi tidak boleh kentara; sama dengan pondasi bangunan yang juga tidak diekspos. Dalam pendidikan untuk anak usia 9-12 tahun, kita harus tetap mengingat dua pertimbangan utama, yaitu:

  1. Education is a life, artinya buku sekolah harus menjadi medium ide dan bukan wadah fakta-fakta.
  2. Education is a science of relation, bahwa anak-anak memiliki hasrat alami yang kuat terhadap berbagai jenis pengetahuan. Oleh karena itu, anak harus diberi akses untuk berhubungan langsung dengan pengetahuan-pengetahuan tersebut.

Alat utama yang biasa diterapkan dalam sebuah kurikulum adalah benda (sesuatu yang konkret) dan buku. CM menuliskan bahwa pendidikan yang melibatkan benda sudah dimanfaatkan dengan sangat baik dan praktis dalam pendidikan serta telah menunjukan efek yang baik. Oleh karena itu, Miss Mason merasa tidak perlu lagi tulisan-tulisannya berkutat dengan hal tersebut.

Sementara buku, belum. Kesalahan terbesar adalah tidak membangun kebiasaan membaca buku. Buku bisa mengasah kemampuan mengeja dan membuat komposisi tulisan dengan sangat mudah. Buku-buku yang terlalu encer atau terlalu menggurui di sekolah perlu digantikan dengan pustaka hidup atau living book.

Kesan yang saya dapat adalah CM banyak membahas mengenai buku karena hal aspek tersebut kurang dimanfaatkan. Bukan berarti buku satu-satunya cara belajar. Belajar melalui hal yang konkret/benda (things) juga sangat baik dan membangun akal budi anak.

Apakah yang dimaksud dengan benda oleh CM? Apakah berbagai skill yang dikatakan CM metodenya sudah cukup baik seperti saat beliau mengulas tentang hasta karya di volume 1? Apakah termasuk pengamatan dan percobaan sains? Di bagian sains Volume 1, CM menulis, ide sains dapat diperoleh dari tiga hal, yakni pengamatan di alam, eksperimen, dan buku.

Selanjutnya CM banyak mengulas tentang kehidupan di alam dan living books sains, tetapi tidak mengulas eksperimen sains. Apakah karena saat itu metode ini telah diterapkan dengan baik? CM pernah mengatakan, anak perlu bertemu dengan banyak ide. Ide salah satunya ada di dalam buku. Artinya, bukan hanya buku dan jangan menutup diri dari berbagai sumber belajar lain, jangan mengagungkan buku saja sehingga melupakan aktivitas dengan hal-hal konkret. Bukannya tidak sesuai dengan filosofi CM, hal itu tidak diulas justru karena penerapan dan dampaknya dalam pendidikan sudah baik. 

Mengenai pemakaian living books, CM mengatakan bahwa metode ini sangat menghemat waktu dan tenaga guru maupun murid dalam proses belajar, terutama membebaskan keduanya dari proses koreksi yang membosankan. Anak yang diajar dengan cara ini menunjukkan ketertarikan yang tinggi pada pengetahuan, hasil yang baik dalam ujian, dan lebih baik lagi, mereka siap mengambil bagian mereka dalam kekayaan intelektual dan keuntungan praktis yang ditawarkan dalam kehidupan. 

Leave a Comment

error: Content is protected !!