Pijakan Pertama dalam Tangga Pendidikan

Narasi atas Home Education pg 29–37

Pada bab ini, paparan Charlotte Mason tentang pendidikan adalah tentang hal-hal kecil yang luput dari perhatian kita; jarang kita pikirkan dan apalagi syukuri. “We are so used to that knowledge that it no longer holds our interest!” Udara yang kita hirup, cahaya matahari yang kita nikmati, segala sistem tubuh kita yang bekerja tanpa pernah kita perintah, semua merupakan hal-hal yang mendasari berjalannya kehidupan — dan pendidikan.

Udara — sama pentingnya dengan makanan. Jika kita harus memilih antara udara atau makanan demi bertahan hidup, pasti kita akan lebih memilih yang pertama. Manusia dapat bertahan hidup hingga dua minggu tanpa makanan, tetapi tanpa udara (oksigen), manusia hanya mampu bertahan selama tiga menit. Betapapun mewah dan bergizi makanan yang kita sajikan untuk anak-anak, tanpa oksigen, tubuh tidak akan mampu bekerja maksimal untuk membentuk jaringan-jaringan baru. Sementara, si anak terus bertumbuh.

The child must grow, every part of him, and it is the blood which brings material for the building up new tissues. Again, we know the brain is, out of all proportion to its size, the great consumer of the blood supply, but the brain of the child, what with its eager activity, what with its twofold growth, is insatiable in its demands!

Sistem pernafasan dan sirkulasi darah dalam tubuh berjalan dengan otomatis setiap saat, tanpa kita sadari betapa menakjubkan dan vitalnya setiap proses itu. Regenerasi sel darah yang berkualitas hanya dapat dihasilkan dari udara yang berkualitas pula. Udara di dalam ruangan tidaklah cukup untuk anak-anak. Mereka berhak mendapatkan yang terbaik, yakni udara di pedesaan yang segar dan penuh oksigen.

Aku jadi teringat, dahulu Nabi Muhammad terlahir di Kota Makkah yang ramai dan padat sebagai jalur perdagangan. Tetapi kemudian ia dibawa ke pedesaan Bani Saad, 160 km jauhnya dari Kota Makkah, disusui dan dibesarkan oleh Halimatussa’diyyah. Ini menjadi hal yang lumrah bagi masyarakat Arab ketika itu untuk mengirimkan anak-anak mereka agar dibesarkan di desa agar terhindar dari wabah penyakit menular di kota, lebih dekat dengan alam (bukan lingkungan buatan), serta menjaga kefasihan bahasa yang lebih murni di desa. Setiap kisah beliau pasti mengandung hikmah, dan ini salah satu yang aku ingat tentang hikmah membesarkan anak-anak di pedesaan yang masih alami.

Perihal udara bersih pula, yang menjadi salah satu alasan kuat Charlotte Mason yang menyarankan anak-anak agar banyak bermain di luar rumah. Never be within doors when you can rightly be without. Udara di perkotaan mungkin tak sebaik di desa, tetapi berada di dalam rumah dengan sirkulasi udara yang terbatas, jauh lebih buruk. Apalagi jika ventilasi di rumah sangat minim; bagi sirkulasi udara maupun cahaya.

Kita tahu banyak orang yang mampu berdiam dalam ruangan yang pengap, gelap, tertutup, dan sempit. Mungkin awalnya sebab keterbatasan dan keterpaksaan, tetapi seiring waktu ia akan terbiasa. Manusia adalah makhluk yang sangat mudah beradaptasi, maka, indera kita tidak selayaknya dijadikan tolok ukur untuk menilai cukup-tidaknya kualitas udara di dalam suatu ruangan.

Charlotte Mason memberikan arahan-arahan yang detail seperti: jendela kamar anak-anak harus terbuka setidaknya 1–2 inci, bahkan lebih lebar lagi pada musim panas. Ketika anak-anak sedang beraktivitas di luar, sebaiknya pintu dan jendela kamar mereka dibuka lebar-lebar untuk membiarkan udara bersirkulasi. Kamar anak pun sebaiknya berada di sisi paling terang dalam rumah, yang dapat terkena sinar matahari tanpa ada bangunan ataupun pohon yang menghalangi.

Untuk memenuhi kebutuhan oksigen masyarakat urban seperti kita saat ini, indoor plants juga dapat menjadi solusi. Beberapa tanaman hias dapat diletakkan di dalam ruangan dengan perawatan yang minimum, tetapi penelitian membuktikan kehadiran tanaman ini dapat meningkatkan kualitas udara di dalam ruangan. Salah satu yang telah dikenal luas adalah tanaman lidah mertua. Sirih gading, lili paris, lidah buaya, juga dapat dijadikan pilihan.

Sungguh menggelitik manakala kita yang bermukim di negara tropis hangat yang bermandikan sinar matahari sepanjang tahun, justru gemar membangun dinding beton, merapatkan tirai, dan mengandalkan AC sebagai pengatur sirkulasi udara dalam ruangan. Di saat anak-anak di negara subtropis diwajibkan meminum vitamin D kala musim dingin — sebab minimnya sinar matahari berarti minim pula asupan vitamin D buat mereka — kita justru banyak mengurung anak-anak di rumah. Apa yang salah di sini? Apakah ada faktor lain seperti kurangnya keamanan lingkungan main anak-anak di luar ruangan? Atau akibat adanya anggapan bahwa kulit gelap berarti jelek, sehingga orang khawatir kulit anak-anak menggelap terpapar sinar matahari?

Hal lain yang sering kita anggap remeh adalah perspirasi. Kulit, sebagai organ terbesar yang melingkupi tubuh kita memiliki peran vital untuk perspirasi. Jutaan pori-pori berfungsi untuk mengeluarkan kotoran dan racun, serta sel-sel mati. Luka bakar parah dapat berakibat fatal pada seseorang, meskipun organ vitalnya seperti jantung, paru-parum dan otak tidak terluka. Sebab luka bakar merusak kulit dan kelenjar keringat sehingga tubuh tidak dapat mengeluarkan racun. Hati dan ginjal bekerja ekstra keras, berujung pada komplikasi yang mengakibatkan kematian.

Ada dua hal yang mesti diperhatikan. Pertama, yakni pentingnya mandi dan menjaga kebersihan kulit, mengeksfoliasi sel-sel mati agar pori-pori tidak tersumbat. Kedua, yakni jenis bahan pakaian (bahkan selimut) yang kita gunakan. Bahan pakaian yang tidak tepat, yang menghalangi penguapan keringat, harus dihindari. Bukan hanya soal ketidaknyamanan saat menggunakannya, ada alasan kesehatan dan kebugaran yang lebih penting. Orang yang bangun tidur dalam keadaan penat dan lelah mungkin perlu memperhatikan pakaian serta selimut mereka, apakah terbuat dari bahan yang menghalangi perspirasi?

The lowest round it may be, but yet it is the lowest round, the necessary step to all the rest. For it is not too much to say that, in our present state of being, intellectual, moral, even spiritual life and progress depend greatly upon physical conditions.

Begitu mendasarnya kebutuhan-kebutuhan ini sehingga para orangtua yang tidak menjamin hal-hal ini bagi anak mereka, dapat dikatakan bahwa mereka telah melanggar hukum; melanggar hak-hak dasar setiap anak. Oleh karena itu, pendidikan bagi Charlotte Mason sesungguhnya tidak dimulai dari rencana kurikulum tahunan, tumpukan buku sastra klasik, kewajiban narasi dan tugas esai. Ia dimulai dari sejak dini, teramat dini. Anak yang sehat dan bahagia lebih siap mengunyah ilmu pengetahuan dan pelajaran hidup yang disajikan kepadanya; ketimbang anak yang sakit-sakitan, yang lesu dan penat akibat tidak terpenuhi hak-hak dasar pada tahun-tahun pertama kehidupannya.

Leave a Comment

error: Content is protected !!