Mesir adalah salah satu tempat awal manusia mulai menulis. Orang-orang Mesir tidak menulis dengan aksara seperti kita, namun menggunakan tanda yang terlihat seperti gambar kecil –singa, tombak, burung, cambuk. Aksara-gambar ini disebut hi-e-ro-glif. Mungkin kamu pernah melihat, pada pada teka-teki koran, cerita dituliskan dalam gambar untuk ditebak artinya olehmu. Hieroglif juga kira-kira seperti itu.
Berikut merupakan nama ratu Mesir dituliskan dalam Hieroglif. Kamu tidak akan bisa menebak namanya dari tulisan lucu ini. Namanya adalah Hatshepsut. Dapatkah kamu mengucapkannya? Tidak sesulit kelihatannya. Hat-shep-sut. Dia adalah pemimpin perempuan pertama yang dikenal dalam sejarah.
Nama raja atau ratu selalu memiliki garis melingkar di sekelilingnya, seperti yang kamu lihat melingkar di nama Hatshepsut, bertujuan untuk lebih menonjolkan dan menunjukkan pentingnya si empunya nama. Ini seperti bingkai yang kita letakkan di sekitar gambar untuk membuatnya terlihat lebih baik ketika kita menggantungnya di tembok.
Tidak ada kertas saat itu, sehingga orang Mesir menulis pada batang tanaman yang disebut papyrus yang tumbuh di air. Mereka memadatkan batang yang tebal hingga tipis dan rata seperti kertas. Dari nama papyrus inilah kita mengenal nama paper (kertas). Menurutmu, apakah papyrus dan paper terlihat dan terdengar mirip? Buku-buku orang Mesir ditulis dengan tangan, tentu saja, tapi mereka tidak punya pensil, pena, maupun tinta untuk menulis. Untuk pena, mereka menggunakan buluh, dibelah ujungnya, dan untuk tintanya merupakan campuran air dan jelaga.
Buku-buku mereka tidak dibuat dari halaman yang terpisah seperti sekarang, tapi dari dari lembaran panjang papirus yang ditempel bersamaan. Dia digulung hingga membentuk gulungan, sesuatu seperti gulungan kertas dinding, dan dibaca dengan membuka gulungannya.
Cerita tentang raja-raja, peperangan dan kejadian besar biasanya dituliskan pada dinding bangunan dan monumen mereka. Tulisan yang dipahat pada batu bertahan lebih lama daripada yang ditulis pada daun papirus.
Semua orang Mesir kuno yang dapat menulis hieroglif dan tahu cara membaca aksara ini telah meninggal sejak lama. Dan dalam jangka waktu yang sangat lama tidak ada yang tahu makna dari aksara tersebut. Tapi, seseorang menemukan secara tidak sengaja bagaimana cara membaca dan memahami hieroglif. Begini ceritanya.
Sungai Nil terbagi menjadi beberapa anak sungai sebelum mengalir ke Laut Mediterania. Pada salah satu anak sungai ini, terdapat pelabuhan yang bernama Rosetta.
Pada suatu hari, beberapa prajurit menggali di dekat Rosetta ketika mereka menemukan batu, mirip batu nisan dengan tiga macam tulisan tertulis di atasnya. Aksara paling atas ditulis dalam gambar, sebagaimana kita kenal sebagai hieroglif, dan tidak ada yang tahu cara membacanya. Di bawahnya terdapat tulisan yang seharusnya berisi cerita yang sama dalam bahasa Yunani, dan banyak orang memahami bahasa Yunani. Yang perlu orang lakukan adalah mencari tahu makna hieroglif, dengan membandingkan dua aksara tersebut. Ini seperti membaca tulisan rahasia ketika kita tahu makna setiap kata. Kamu mungkin pernah menyelesaikan teka-teki di bagian belakang majalah, dan ini adalah teka-teki yang menarik, hanya saja tidak ada yang memberitahu jawabannya.
Teka-tekinya tidak semudah seperti yang terlihat, bahkan, butuh orang pintar selama hampir dua puluh tahun untuk memecahkannya. Ini adalah waktu yang lama bagi seseorang untuk menyelesaikan teka-teki bukan? Tapi ketika kunci teka-teki ini terkuak, orang-orang bisa membaca seluruh hieroglif di Mesir dan dapat mencari tahu apa yang terjadi di negeri itu di zaman lampau.
Batu itu disebut Batu Rosetta. Batu itu ada di Museum Inggris di London dan sangat terkenal, karena dari batu itu, kita dapat mempelajari banyak sejarah yang sebelumnya tidak diketahui.
Kita mengetahui bahwa pada zaman dahulu, Mesir merupakan tempat yang menyenangkan untuk ditinggali. Hal ini karena kebiasaan sungai Nil –kau mungkin akan menganggapnya kebiasaan buruk– yakni membanjiri negeri itu
setiap setahun sekali. Saat itu terjadi, akan ada hujan deras hingga air memenuhi sungai Nil, membanjiri seluruh daerah pinggiran sungai, meluapkan air dan lumpur keluar hingga ke tanah, namun tidak terlalu dalam.
Masyarakat tahu kapan banjir akan datang. Mereka menemukan kalender untuk mencatatnya. Setelah banjir surut, hampir seluruh air menguap, tertinggal lapisan yang subur, gelap, dan lembut memenuhi seluruh lembah. Ini adalah pupuk alami, seperti kompos yang sebagian keluarga gunakan untuk kebun-kebun mereka. Tanah subur ini membuatnya mudah menumbuhkan kurma, gandum dan berbagai tanaman lain yang dapat dikonsumsi.
Kita juga tahu bahwa Mesir dipimpin oleh seorang raja yang disebut firaun. Raja Mesir pertama yang kita tahu adalah Menes. Dia berasal dari Mesir selatan dan menguasai utara. Dia menyatukan negeri di bawah pemerintahannya. Dia juga menyatakan dirinya sebagai tuhan, sehingga warga Mesir mempercayai bahwa mereka harus tunduk kepadanya karena dia adalah raja dan karena dia adalah tuhan. Menes hidup sekitar 3100 SM.
Masyarakat Mesir dibagi menjadi beberapa kelas. Anak-anak dari setiap kelas biasanya menjadi seperti orangtuanya. Hanya sedikit yang bisa naik kelas.
Kelas tertinggi masyarakat adalah pendeta. Mereka tidak seperti pendeta atau menteri di gereja saat ini, karena tidak ada gereja saat itu. Pendeta membuat agama dan aturan, di mana semua orang harus tunduk seperti hukum di negara kita. Pendeta tidak hanya pendeta, mereka adalah dokter, pengacara dan juga teknisi. Mereka adalah kelas yang paling terpelajar dan hanya mereka yang tahu baca tulis, seperti yang kamu tahu, sangat sulit mempelajari cara baca tulis hieroglif. Kelas kedua setelah pendeta adalah tentara, dan di bawahnya ada petani, penggembala domba, penjaga toko, pedagang, mekanik, dan paling rendah yaitu penggembala babi.
Orang Mesir tidak menyembah satu tuhan seperti kita. Mereka percaya pada ratusan dewa dewi. Mereka memiliki tuhan khusus untuk setiap hal yang akan mengatur dan berperan pada hal tersebut — dewa pertanian, dewa rumah, dan seterusnya. Beberapa dari dewa mereka baik, dan sebagian lagi jahat, tapi orang Mesir menyembah mereka semua. Osiris adalah kepala dewa, dan Isis adalah isterinya. Osiris adalah dewa pertanian dan hakim bagi orang mati. Anak mereka, Horus memiliki kepala elang.
Banyak dewa mereka memiliki tubuh manusia dengan kepala hewan, hewan-hewan yang mereka anggap suci. Anjing dan kucing adalah hewan yang suci. Ibis yang merupakan burung sejenis bangau adalah hewan suci lainnya. Selain itu ada kumbang yang disebut scarab. Jika seseorang membunuh hewan suci, maka dia dihukum mati karena orang Mesir berpikir bahwa membunuh makhluk suci lebih buruk dari pada membunuh manusia.