Bab 7. Istana KHAN Agung

Minggu 13

Merupakan pemandangan yang luar biasa untuk melihat begitu banyak abdi dalem, tentara, bangsawan, wanita, dan pelayan, saat memadati jalan raya sejauh mata memandang, dan menyebar ke dataran di luar Shandu [Xanadu, Shangdu di masa modern] .

Saat Marco memandangi iring-iringan besar, termasuk ribuan demi ribuan orang Tartar berkulit gelap, yang mengenakan berbagai macam kostum cerah ceria, seolah seluruh penduduk kota besar sedang pergi mengosongkan rumahnya, dan beranjak pindah ke lokasi baru. Di satu sisi dia melihat barisan panjang gajah besar, barisan itu sangat panjang hingga dia tidak bisa melihat ujungnya di kejauhan; masing-masing gajah dihiasi dengan hiasan bordir yang berat dan tandu tertutup yang tinggi, dan beberapa di antaranya membawa tumpukan barang dan perbekalan yang sangat banyak. Di dekatnya ada iring-iringan lain, yang terdiri dari unta mongol dan unta arab (unta berpunuk satu), yang berjalan dengan tenang, sabar memikul beban mereka yang berat.

Dari kawanan kuda, beberapa ditunggangi oleh pasukan Tartar yang garang, dengan kumis panjang, helm sederhana mereka, yataghan [pedang] besar mereka, dan tombak mereka yang panjang dan lentur, beberapa membawa paket-paket, beberapa menyeret gerobak berat, dan yang lain berjalan di belakang bangsawan berpakaian indah, yang sepertinya tidak ada habisnya; di tengah-tengah kerumunan besar itu ada pasukan penjaga pondok KHAN, lusinan anjing yang diikat dengan tali; dan di sana-sini terlihat kandang bergerak yang berisi koleksi binatang liar milik KHAN—singa dan harimau, macan tutul dan rubah, elang, hawk dan falcon. Keriuhan yang muncul dari sejumlah besar orang ini terkadang memekakkan telinga. Keberangkatan mereka diumumkan dengan banyak tiupan terompet yang melengking, dan dengan memukul-mukul genderang datar; dan di antara banyak kelompok wanita, para wanita dan budak belian KHAN serta para abdi dalem utamanya, melantunkan lagu-lagu unik Cathay, yang begitu mengejutkan Marco ketika dia pertama kali mencapai daerah KHAN berburu.

Dia sangat penasaran bagaimana cara para perwira itu mengawal rombongan yang begitu besar tetap berada dalam urutan; meskipun ia tampak kebingungan, ia mengamati bahwa, karavan-karavan yang luas itu maju dengan teratur, setiap pria dan wanita tetap berada pada tempatnya semula di dalam iring-iringan.

Di tengah-tengah rakyatnya, dalam kemegahan yang luar biasa, terdapat Kubilai KHAN. Dia menduduki punggung seekor gajah putih yang sangat besar, yang pada punggung gajah itu digantungi tirai dari kain emas dan perak, bergambar simbol-simbol agama Buddha dalam banyak warna yang mempesona. Di atas tirai ini terdapat sebuah kemah yang indah, yang ditopang oleh pilar-pilar ramping kayu cendana dan kayu aromatik lain yang diukir dengan indah. Kemah itu bertiraikan sutra yang sangat berharga; di atasnya terdapat kubah kecil berlapis perak, yang dihiasi oleh banyak bulu-bulu cemerlang, yang melambai dan mengangguk tinggi di udara.

Di dalam kemah besar terdapat singgasana terbuat dari emas yang dipoles mengkilap, dilengkapi dengan bantal besar yang empuk, sebesar dan selembut tempat tidur bulu. Bagian lengannya terdapat ukiran kepala harimau, yang matanya dari batu zamrud yang sangat besar; di atas takhta ini duduk, atau lebih tepatnya berbaring, raja Cathay yang perkasa. Sungguh suatu kesempatan yang baik dapat mengamati pejuang sekaligus raja yang sangat terkenal ini. Dengan tinggi dan perawakan sedang, kulit gelap Kubilai KHAN terlihat jernih dan lembut, di pipinya rona samar memberikan warna yang kaya pada wajah ekspresifnya. Wujudnya sempurna dalam ukuran tubuhnya; ia seolah dituang ke dalam cetakan terbaik dari sosok laki-laki. Dia lincah dan atletis; ototnya kuat, cepat dan bersemangat dalam tiap gerakan.

Matanya yang gelap dan besar bersinar dengan energi dan sifat baik hati; hidungnya, tidak besar dan tebal seperti kebanyakan orang sebangsanya, namun lurus dan tegas. Bibirnya tebal sensual, dengan garis yang indah, dan penuh ekspresi. Jenggot hitam pendek mengkilat, dengan sedikit warna abu-abu, menggantung dari dagunya yang bulat, dengan kumis hitam tipis menghiasi bibir atasnya. Di telinganya tergantung anting-anting panjang dari mutiara berbentuk air mata, dan jubah serta ikat kepalanya dari sutra terpadat dan paling berkilau.

Di atas bantal, di salah satu sisi KHAN, duduk seorang gadis muda yang cantik, salah satu yang termuda dan paling dicintai dari banyak istrinya; sementara di sisi lain takhta duduk dengan anggun macan tutul kecil, hewan peliharaan favorit KHAN yang dirantai ke kaki singgasana.

Di sekeliling gajah yang mengangkut KHAN, ada gajah-gajah lain, yang membawa istri dan abdi dalem utamanya, yang secara terus-menerus dikipasi oleh budak-budak mereka yang berkulit kehitaman, dengan kipas yang terbuat dari bulu-bulu merak, dan diikat pada tiang panjang di punggung gajah yang tingginya mencapai ke tandu dari tanah.

Perjalanan dari tempat berburu kaisar ke Kambalu [Peking/Beijing], ibu kota Cathay, memakan waktu beberapa minggu; karena kedua tempat itu terpisah beberapa ratus kilometer. KHAN dan rombongan besarnya berjalan dengan santai, karena mereka memiliki banyak waktu. Mereka berhenti tiga atau empat kali setiap hari, mengatur waktu laju mereka untuk mencapai kota besar saat malam hari. Begitu mencapai sebuah kota, mereka menjumpai acara yang dibuat warga setempat untuk menyambut kedatangan mereka. Tenda-tenda yang luas dibentangkan, perjamuan mewah dimuat di meja-meja panjang di dalam beberapa dari tenda itu, sementara di tenda-tenda lain diatur tempat tidur untuk istirahat semua orang. sehingga perjalanan itu tampak tidak mengalami kesulitan sama sekali, tetapi menjadi perjalanan yang menyenangkan. Negara yang dilalui Marco, sebagian besar, indah. Terkadang rombongan besar itu melewati gurun dan dataran yang membosankan, atau deretan hutan berbahaya; tetapi mereka biasanya berkelok-kelok melalui lembah-lembah yang indah, dengan vegetasi yang kaya di sekelilingnya, dan pohon-pohon yang menyebar luas yang memberikan keteduhan yang nyaman dari sinar matahari.

Begitu mereka menjelang Kambalu, di suatu sore yang cerah, seluruh penduduk ibukota tampak mengosongkan rumah untuk menyambut kedatangan mereka. Ada percampuran antara dua kelompok besar. Kerabat dan teman saling menyapa dengan unjuk perasaan kegembiraan yang riuh; dan ketika KHAN lewat, orang-orang kota bersujud, di sepanjang jalan, di hadapan Raja mereka yang agung.

Marco pikir kemegahan istana KHAN tidak ada tandingannya, kini atas undangan sang KHAN, dia dapat ambil bagian dan tinggal di dalamnya. Shandu telah membuatnya takjub; tetapi menjadi remeh, ketika dia bandingkan dengan bangunan besar yang menakjubkan ini, yang terdiri dari satu mil persegi di setiap sisi, temboknya menjulang tinggi di atas semua rumah di sekitar. Tembok-tembok ini sendiri menopang bangunan-bangunan yang merupakan bagian dari kediaman kekaisaran. Di keempat sudutnya ada menara yang luas, di mana disimpan busur, anak panah, yataghan [pedang] dan tombak, kekang dan pelana, dan peralatan perang KHAN yang terdiri dari helm dan pelindung dada. Di tengah-tengahnya ada menara-menara lain, yang berisi gudang-gudang besar yang dibutuhkan untuk mendukung istana. Di ruang yang luas, satu mil persegi, tertutup di dalam dinding, ada beberapa kelompok bangunan yang luas, beberapa digunakan untuk lemari pakaian, yang lain untuk piring dan beberapa barang yang mudah dipindahkan; sementara di tengah-tengahnya berdiri istana kekaisaran itu sendiri, dengan atap yang menjulang tinggi jauh di atas yang lain.

Minggu 14

Marco memperhatikan istana ini, dalam penampilan umumnya, tidak berbeda dengan istana di Shandu; tetapi ukuran ruangannya jauh lebih besar, dan dekorasinya jauh  lebih megah. Aula itu dicapai dengan tangga porfiri [batuan alam berwarna merah keunguan] yang lebar; dan ruangan ini begitu panjang, hingga dapat menampung hingga enam ribu orang di meja perjamuannya. Dindingnya berlapis emas dan perak; di bagian atas dinding terpampang patung naga, kuda, lumba-lumba, harimau, matahari, dan bulan purnama yang besar sekali ukurannya.

Ruangan di dalam istana ini bagi Marco tak terhitung banyaknya, dan semua kamar didekorasi sama indahnya dengan di aula. Atap adalah bagian yang paling menarik perhatiannya; karena dicat merah, biru, dan hijau, dan dipernis begitu tebal sehingga berkilauan di bawah sinar matahari. Segi empat demi segi empat silih berganti, di bagian tengahnya  air mancur menyembur, ada pula kolam-kolam penuh ikan, tumbuh pula pohon-pohon yang berbunga langka dan  kehijauan.

Seluruh pemandangan di sekeliling istana begitu sedap dipandang mata. Marco menemukan sebuah danau buatan yang besar, selebar beberapa batang pohon, di atasnya terdapat tongkang-tongkang yang dicat dan disepuh sedemikian rupa sehingga membuatnya terpesona, seolah melayang dengan riang. Danau ini hidup dengan berbagai jenis ikan-ikan besar, yang setiap hari memasok meja makan KHAN. Di dekat danau itu berdiri sebuah bukit buatan, tingginya sekitar dua belas meter, dan di setiap sisinya, KHAN telah menanam pepohonan yang mempertahankan warna hijau lembut sepanjang tahun. Pemandangan ini disebut “gunung hijau”, dan di puncaknya ada paviliun tercantik yang bisa kamu bayangkan, di mana pemandangan seluruh negara di sekitarnya dapat dinikmati. Itu adalah salah satu hobi KHAN untuk melengkapi keindahan ini dengan pohon-pohon paling langka, yang dibawa dari bagian paling terpencil Tartar dan ditanam di sana.

“Betapa saudaraku Maffeo dan pamanku Marco akan terpukau melihat semua kemegahan ini!” pikir Marco. “Ketika aku pulang, dan memberi tahu mereka tentang hal ini, mereka tidak akan mempercayaiku.”

Istana itu berdiri di tepi sungai; dan di seberang sungai inilah kota Kambalu (yang berarti, “kota KHAN”) berdiri. Marco melihat, sebuah kota besar, sekitar tiga puluh sembilan kilometer di sekitarnya, dan dibangun secara teratur di alun-alun; dan itu berdiri di dekat situs yang sekarang ditempati oleh kota besar China Pekin [Peking/ Beijing]. Istana itu seluruhnya dikelilingi oleh tembok tanah yang tebal dan tinggi, yang melaluinya, di beberapa sisi, memiliki dua belas gerbang untuk masuk.

Di kedua sisi gerbang ini terdapat menara persegi, yang selalu dipenuhi pasukan bersenjata lengkap. Jalan-jalannya benar-benar lebar, jalan-jalan raya yang lurus, ditumbuhi pohon-pohon yang lebar; dan di sepanjang jalan terlihat banyak istana-istana dan kuil-kuil yang bagus. Marco melihat sebuah bangunan yang sangat tinggi di tengah kota, di mana ada menara yang berisi lonceng besar. Bel ini, dia dengar, dibunyikan pada malam hari sebanyak tiga kali; ini adalah tanda gerbang besar ditutup, dan tidak seorang pun dapat masuk atau keluar kota hingga hari berikutnya.

Kambalu adalah tempat yang sangat sibuk. Penuh dengan para pedagang kaya, yang menjalankan perdagangan yang berkembang sangat pesat, dan pasarnya setiap hari dipenuhi oleh pedagang yang bersemangat yang menjual setiap jenis barang yang bisa dibayangkan. Dari India datang ke kios-kios di pasar itu, batu mulia dan kain berharga, dari pulau-pulau Australasia datang rempah-rempah dan buah-buahan tropis yang lezat; sementara Cathay sendiri memberi mereka banyak makanan dan pakaian. Pinggiran kota membentang di atas perbukitan di balik tembok sejauh mata memandang di kedua sisi, Marco sampai sakit kepala menebak seberapa besar populasi Kambalu dan daerah di sekitarnya.

Marco belum lama tiba di Kambalu, saat dia mengetahui bahwa KHAN memiliki banyak istri. Empat di antaranya menjadi  “Permaisuri”,  yang memiliki kehormatan yang lebih tinggi daripada yang lain. Masing-masing permaisuri ini berhak atas nama KHAN, dan masing-masing memiliki istana untuk dirinya sendiri. Setiap permaisuri dilayani oleh sedikitnya sepuluh ribu orang, tiga ratus di antaranya adalah  gadis tercantik di Cathay. Adalah suatu kehormatan besar bisa menjadi bagian dari istana permaisuri, dan semua gadis muda di negara itu ingin sekali dipilih menjadi salah seorang yang memiliki kehormatan besar itu. Dengan empat permaisurinya, KHAN memiliki dua puluh dua putra, dan dari istri-istrinya yang lain, tidak kurang dari dua puluh lima lagi; dan keluarga sangat besar ini hidup dalam kemegahan dan kekuasaan.

Istana KHAN, seperti yang dilihat Marco di Shandu, tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan istana yang di Kambalu. Dia terus-menerus dijaga oleh dua belas ribu penunggang kuda. Setelah satu rombongan penunggang kuda melayaninya selama tiga hari tiga malam, mereka digantikan oleh rombongan lain dengan jumlah yang sama; dan ke mana pun KHAN pergi, dia diiringi oleh kesatuan perang ini.

Marco mengagumi pesta megah yang dibuat KHAN pada acara festival kekaisaran atau keagamaan. Aula perjamuan besar istana berfungsi sebagai tempat pesta-pesta ini berlangsung. Pada saat pesta ini, raja duduk di meja di salah satu ujung aula, diangkat di atas podium paling tinggi di atas yang lain, yang menghadap ke Selatan. Di sebelah kirinya duduk istri kesayangannya, dan di sebelah kanannya, putra dan keponakannya. Pada panggung yang lebih rendah duduk para bangsawan negara dan istri mereka, dan lebih rendah lagi, di lantai, duduk pejabat yang lebih rendah dari istana Kubilai. Di tengah-tengah aula, di antara deretan panjang meja-meja, berdiri sebuah baskom besar berisi emas murni, dan di kedua sisinya dua baskom yang lebih kecil, semuanya terisi penuh dengan anggur pilihan; dan para pelayan membawakan minuman dalam guci-guci ke para tamu.

Dua orang penjaga, bertubuh tinggi besar, ditempatkan di setiap pintu ruangan perjamuan, masing-masing memegang tongkat berat. Untuk memastikan tidak ada orang yang masuk atau keluar menyentuh ambang pintu; karena itu adalah pelanggaran serius di istana kerajaan.

Marco mengamati mereka yang menanti KHAN dan keluarganya, yang adalah para bangsawan tingkat tinggi, mulutnya ditutupi rapat dengan handuk sutra dan emas; hal ini untuk mencegah mereka menghirup hidangan yang ditujukan untuk kaisar, istri dan anaknya. Segera setelah KHAN mengangkat pialanya untuk minum, terompet dan genderang berbunyi keras di setiap bagian aula, dan para bangsawan, langsung berlutut dan mengangkat tangan, seperti sikap memohon, di atas kepala mereka; dan hal ini terjadi setiap kali KHAN meneguk anggurnya.

Sementara pesta itu berlangsung di aula besar, sejumlah besar orang makan dan minum sepuasnya di ruangan-ruangan kecil yang mengelilingi aula. Secara keseluruhan, ada empat puluh ribu orang berpesta sekaligus di dalam tembok istana. Banyak dari mereka adalah bangsawan atau pedagang yang datang dari bagian jauh kekaisaran, dan yang membawa hadiah mahal untuk KHAN.

Setelah makan dan minum selesai, meja dibersihkan dan dipindahkan ke tepi, rombongan besar berkumpul di lantai, membentuk setengah lingkaran, singgasana yang tinggi ditempatkan untuk KHAN di panggung kecil, dan segera datang sejumlah penari, penyanyi, ahli sihir, dan pemain sulap; ke ruang terbuka di bawah panggung raja, menghibur orang banyak dengan memamerkan berbagai bakat mereka. Marco terutama dikejutkan oleh para pemain sulap, yang melakukan hal-hal yang tampaknya mustahil, dan berisiko besar (di pikirannya) untuk mematahkan leher mereka.

Di antara festival yang berlangsung di istana, adalah festival penting yaitu festival perayaan ulang tahun KHAN, dan festival menyambut tahun baru, di Cathay, dimulai pada bulan Februari. Pada hari ulang tahunnya, sang KHAN biasa mengenakan jubah emas yang ditempa, dan semua penghuni istananya mengenakan pakaian mereka yang paling indah. Pesta itu didahului dengan upacara khusyuk di kuil utama; dan setelah ini, hadiah diberikan kepada KHAN oleh banyak rakyatnya, yang datang dari setiap bagian negara; dan juga oleh para pangeran tetangga.

Festival yang juga indah adalah “Pesta Putih”, yang mengawali tahun baru. Pada hari itu seluruh penduduk kerajaan KHAN mengenakan pakaian serba putih, dari kepala sampai kaki. Merupakan kebiasaan pada kesempatan ini juga untuk menawarkan hadiah kepada raja; memang, kesempatan untuk memberinya hadiah ini datang begitu sering, dan memperkayanya melebihi yang dapat dihitung. Pada hari Tahun Baru, hadiah biasanya terdiri dari perhiasan emas dan perak, permata-permata langka, dan kain putih mahal, kuda putih, unta, dan gajah, hewan-hewan ini juga membawa kotak dan paket hadiah di punggung mereka, dan dipakaikan pakaian termahal.

Upacara menerima hadiah persembahan, dan perayaan hari itu, adalah yang paling mengesankan. KHAN dan seluruh istananya mengenakan pakaian indah pergi ke aula besar istana, dan berbaris dengan mengatur jarak di sisi aula. Segera setelah semua menempati tempat mereka, seorang imam besar maju ke tengah dan berkata dengan suara nyaring, “Berlutut dan sembah!” lalu semua berlutut, menutup dahi mereka dengan tangan, berputar ke arah KHAN, lalu memberinya penghormatan seolah-olah dia adalah dewa. Kemudian orang banyak itu maju ke sebuah altar, di mana sang pendeta menuangkan kemenyan  untuk menghormati sang KHAN.

Selesai Upacara, sang KHAN, diikuti oleh yang lainnya, keluar dari tangga menuju pintu gerbang utama istana; dan saat dia berdiri di sana, di bawah kanopi yang berkilauan, dikipasi dengan kipas burung merak, dan gerombolan sutra dan permata yang mempesona, gajah, unta, dan kuda yang membawa hadiahnya yang tak terhitung banyaknya lewat dalam prosesi yang lambat. Semua binatang diajari untuk berlutut ketika mereka berhadapan dengan KHAN; dan butuh beberapa jam agar iring-iringan yang panjang ini membawa harta yang tak terhitung jumlahnya untuk lewat.

Setelah  perjamuan ini berlangsung; dan pada malam Tahun Baru, setiap orang di istana KHAN merasa bebas untuk mabuk, dan menikmati menari-nari liar seolah minuman keras yang mengilhami mereka untuk melakukannya. Minuman keras itu dibuat dari beras dan kaya akan rempah-rempah, dan sangat memabukkan.

Pada setiap festival dan pesta ini, Polo bukan hanya diizinkan untuk hadir, tetapi dihormati dengan mendapat tempat di tengah-tengah para bangsawan. Kebaikan sang KHAN, yang murni dan terang-terangan diberikan kepada orang-orang asing di Venesia, membantu mereka mendapatkan niat baik dan persahabatan dari para abdi dalem sang KHAN.

Marco selama ini mempelajari bahasa Cathay, yang baginya tak ada ujungnya. Dia merasa bahasa itu jauh lebih sulit daripada bahasa Prancis, yang telah dipelajarinya sejak kecil; tetapi kemudian dia dapat dengan mudah berbicara dengan teman-teman Tartarnya, dan setiap hari mereka dapat mendengar sesuatu yang baru dan unik tentang negeri tempat tinggalnya.

Leave a Comment

error: Content is protected !!