BAB XXXIX PETIR DAN PENANGKAL PETIR

Karena kecerdasan penelitian mereka, Franklin, de Romas, dan banyak orang lain, menunjukkan pada kita sifat alami petir. Mereka juga mengajarkan pada kita secara khusus, bahwa dalam jumlah kecil, petir bisa melompat ke jari-jari manusia dalam percikan-percikan terang tanpa bahaya untuk sang peneliti. Dan bahwa seluruh bagian yang mengandung petir akan menarik benda-benda ringan di sekitarnya, seperti tali layang-layang menarik jerami-jerami dalam penelitian yang dibuat de Romas, dan seperti lilin segel dan kertas yang digosok menarik bulu-bulu. Ringkasnya, mereka mengajarkan kita bahwa listriklah yang menyebabkan petir.

“Sekarang ada dua jenis listrik yang berbeda yang berada dalam jumlah yang sama di setiap benda. Selama mereka bersama, tak ada yang menyingkapkan kehadirannya, seakan-akan mereka tak ada. Tapi, sekali terpisahkan, mereka akan mencari satu sama lain melalui segala hambatan, saling menarik, dan bersegera menuju ke satu sama lain dengan ledakan dan kilatan cahaya. Lalu mereka akan tenang kembali sampai kedua bagian ini dipisahkan lagi. Dua aliran listrik ini, karenanya, saling melengkapi dan menetralkan satu sama lain. Bisa dikatakan mereka membentuk sesuatu yang tak terlihat, tak berbahaya, tidur, yang ditemukan dimana-mana dan disebut listrik netral. Melistriki sesuatu berarti mengurai listrik netral, memisahkan kedua aliran listrik, yang saat bergabung tetap tidur, namun saat dipisahkan satu sama lain, akan menunjukkan kekuatan mereka yang luar biasa dan kecenderungan keras mereka untuk bersatu. Menggosok-gosok adalah salah satu cara yang berefek pemisahan dua aliran listrik ini, tapi ada banyak lagi cara. Setiap perubahan keras dalam kealamian dalam sebuah benda juga menyebabkan perwujudan kedua aliran listrik. Maka awan, yang berasal dari air yang diubah jadi gas oleh panas matahari, sering ditemukan memiliki listrik.”

“Saat dua awan berlistrik berbeda berdekatan, segera dua aliran listrik yang berbeda itu saling berlarian menuju ke lainnya untuk bersatu, dan dengan letusan besar muncul percikan api yang memunculkan sinar terang dan mendadak. Sinar ini adalah kilat, percikan apinya adalah halilintar, suara ledakannya adalah guntur. Akhirnya, percikan listrik bisa melesat dari sebuah awan berlistrik ke sebuah titik di tanah yang memiliki aliran listrik lainnya.”

“Kau biasanya hanya mengenal sebuah halilintar dari sinar mendadak yang dihasilkan dan suaranya ledakannya. Untuk melihat halilintar sendiri kau butuh mengatasi rasa takutmu yang tak beralasan dan melihat dengah penuh perhatian ke arah awan-awan, di pusat sebuah badai. Detik demi detik kau akan melihat percikan-percikan menyilaukan dari cahaya, sederhana maupun bercabang, berbentuk liku-liku yang tidak beraturan. Perapian yang bercahaya, logam yang putih panas, tak sebanding kecerahannya, hanya matahari yang sebanding dengan kemegahan istimewa  sang halilintar.”

“Aku pernah melihat halilintar,” kata Jules, “saat dia menabrak pinus besar di hari badai. Untuk sesaat aku menjadi buta karena kecerahannya, seakan-akan aku tengah menatap muka matahari.”

“Badai berikutnya,” kata Emile, “aku akan menatap langit untuk melihat pita api, tapi dengan syarat paman ada di sana. Aku belum berani sendirian, itu sangat mengerikan.”

“Aku juga,” tambah Claire, “akan melakukan yang terbaik untuk mengatasi ketakutanku, jika Paman ada di sana.”

“Aku akan ada di sana, anak-anakku,” paman mereka menjanjikan, “jika kehadiranku menenangkan kalian, karena itu adalah pemandangan yang sangat mengagumkan, saat sebuat langit berbadai menghasilkan api dari petir dan penuh gemuruh halilintar. Dan lagi saat dari dalam awan muncul sinar menyilaukan dari halilintar dan seluruh daerah menggemakan suara dentaman ledakan, ketakutan yang bodoh akan mendominasimu, kekaguman tak lagi ada dalam pikiranmu, dan matamu yang ketakutan menutup dari keindahan fenomena listrik di atmosfer, yang menyerukan dengan sangat fasih keagungan karya Tuhan. Dari hatimu, yang menjadi beku karena takut, dari sana tidak muncul rasa syukur, karena kau tak tahu bahwa di saat itu, sebuah takdir Tuhan tengah ditunaikan. Halilintar, nyatanya, adalah penolong kehidupan, bukannya kematian. Mengesampingkan beberapa kecelakaan mengerikan yang disebabkan olehnya, menaati bahwa itu keputusan misterius dari Tuhan, petir adalah salah satu usaha terbesar yang dilakukan Tuhan untuk memberikan atmosfer kebaikan, membersihkan udara yang kita hirup dari hembusan mematikan akibat pembusukan. Kita membakar jerami dan kertas obor di kamar-kamar kita untuk memurnikan udara. Dengan api yang luar biasa besar, halilintar menghasilkan efek yang sama untuk atmosfer di sekitarnya. Setiap petir berkilat yang membuatmu kaget ketakutan adalah sebuah janji untuk hal yang bermanfaat untuk kesehatan, setiap tepukan halilintar yang membekukanmu dalam rasa takut adalah tanda dari kerja besar pemurnian yang dimaksudkan untuk membantu kehidupan. Dan siapa yang tak mengetahui betapa menyenangkannya, setelah sebuah badai, memenuhi dada kita dengan udara yang murni, saat atmosfer, dimurnikan oleh api halilintar memberikan kehidupan baru bagi semua kehidupan yang menghirupnya! Marilah kita berhati-hati dengan teror konyol saat ada halilintar, namun justru tingkatkan pikiran kita pada Tuhan, dari mana sang petir dan kilat menerima misi mereka yang bermanfaat.”

“Petir, seperti semua hal di dunia ini, memiliki peran yang selaras dengan kehidupan semesta, namun, lagi-lagi, sembari menyelesaikan tugas rahasia dari Tuhan yang Maha Melihat. Seperti yang lain juga, dia terkadang menyebabkan beberapa kecelakaan yang membuat kita lupa pada pelayanan besar yang diberikannya pada kita. Marilah kita selalu ingat, bahwa tak ada satupun yang terjadi tanpa ijin dari Tuhan. Ketakutan yang takzim pada Tuhan seharusnya menghilangkan ketakutan yang lain. Marilah kita kemudian dengan tenang memeriksa bahaya yang ditunjukkan petir pada kita. Marilah kita mengingat diatas semuanya bahwa petir senang menghantam tempat paling menonjol di tanah, karena disanalah ada aliran listrik yang satunya, tertarik oleh awan badai, akan muncul dalam kelimpahan besar siap untuk berkumpul dengan yang menariknya.”

“Dua aliran listrik yang mengejar pertemuan melakukan usaha mereka yang terbaik,” kata Claire, untuk memastikan pikiran dalam benaknya. “Yang di tanah, dalam usahanya untuk mencapai awan, naik ke puncak pohon tinggi. Sementara yang di awan pun mendesak turun ke arah pohon. Lalu tiba saat dua aliran listrik itu, masih saling tarik menarik namun tidak memiliki jalan yang terbuka untuk mempertemukan mereka dengan damai, maka mereka pun saling menyerbu dalam satu dentaman. Lalu rentetan apinya tak bisa dihindarkan mengenai pohon. Begitukah, Paman?”

“Anakku tersayang, aku tak bisa menggambarkannya lebih baik lagi. Itulah mengapa, akhirnya, bangunan-bangunan tinggi, menara-menara, pohon-pohon tinggi adalah yang paling sering terkena api dari langit. Di daerah pedesaan terbuka sangatlah lalai jika dalam sebuah badai mencari perlindungan dari hujan di bawah sebuah pohon, terutama yang tinggi dan terpencil. Jika halilintar menyambar daerah tersebut, bisa saja di pohon itu, yang memberikan puncak tertinggi dimana listrik dari tanah berkumpul untuk mendekat sebisa mungkin ke awan yang menariknya. Kejadian-kejadian yang paling menyedihkan dan disesali adalah setiap tahun saat orang tersambar petir biasanya hanyalah mereka yang kurang berhati-hati dan berlindung dari hujan di bawah pohon yang tinggi.”

“Jika Paman tak tahu hal-hal seperti ini,” Jules berkomentar, “kita pasti sudah terbunuh di hari badai itu, saat aku ingin tetap tinggal di bawah pohon pinus tinggi.”

“Sangat meragukan apakah halilintar, saat menghancurkan pohon, akan mengenai kita. Adalah keberanian yang tak beriman untuk membahayakan seseorang tanpa sebuah tujuan, untuk lalu menimpakan kesalahan pada Tuhan dari situasi kita yang berbahaya. Tuhan akan menolong mereka yang menolong dirinya sendiri. Kita menolong diri kita sendiri dengan menjauh dari pohon yang berbahaya, dan kita sampai di rumah dengan selamat. Tapi untuk menolong seseorang dengan efektif butuh pengetahuan, maka, untuk menekankan hal ini ke dalam benak kalian, aku menekankan sekali lagi, betapa berbahaya dalam badai, bersembunyi di menara tinggi, gedung yang sangat tinggi, dan diantara semuanya, pohon-pohon tinggi yang terpencil. Peringatan lain yang biasanya disebutkan, seperti tidak berlari, dengan maksud agar tidak menimbulkan  perpindahan besar-besaran dari udara, dan menutup semua jendela dan pintu untuk menghindarkan aliran udara, mereka bagaimanapun tidak berguna. Arah datangnya halilintar tidak disebabkan oleh arus angin. Kereta api, yang berlari dengan kecepatan tinggi  dan memindahkan udara dengan sangat cepat, tidak lebih menjadi sasaran halilintar lebih dari obyek yang diam. Pengalaman sehari-hari membuktikan itu.”

“Saat ada petir,” kata Emile, “ Mama Ambroisine segera menutup semua pintu dan jendela.”

“Mama Ambroisine seperti banyak sekali orang lain yang percaya bahwa mereka aman segera setelah mereka berhenti melihat bahaya. Mereka menutup dirinya sendiri sehingga tidak mendengar guruh atau melihat petir, tapi itu sama sekali tidak mengurangi bahayanya.”

“Lalu apakah ada pencegahan yang bisa dilakukan?” tanya Jules.

“Dalam keadaan biasa, tak ada, kecuali berhati-hati untuk selalu berhati baik dan menyandarkan diri pada kehendak Tuhan.”

“Untuk melindungi bangunan-bangunan tinggi, yang lebih berbahaya dibanding yang lain, kita menggunakan konduktor petir, penemuan luar biasa dari Franklin  yang jenius. Konduktor petir dibuat dari sebatang besi yang panjang, kuat dan berujung lancip, diletakkan di puncak bangunan. Dari bagian bawahnya ada batang besi lain yang menjulur ke sepanjang atap dan dinding, ditempelkan dengan kawat dan ditancapkan ke tanah atau sama baiknya, sebuah sumur air yang dalam. Jika ada petir menyambar, dia akan mengenai konduktor petir, yang merupakan obyek terdekat ke awan dan menggunakan materi paling tepat untuk mengantarkan arus listrik karena sifat alami dari logam. Lagipula, bagian lancipnya juga turut berpengaruh pada keberhasilannya. Petir yang menghantam konduktor petir besi akan mengikuti mengikuti alur besi itu dan menghilang di kedalaman tanah tanpa menyebabkan kerusakan apapun.”

Leave a Comment

error: Content is protected !!