Bab 1.  Ketundukan dan Otoritas di Rumah Maupun di Sekolah

Bab 1.  Ketundukan dan Otoritas di Rumah maupun di Sekolah

Di masa Miss Mason, pola hubungan anak dan orangtua telah banyak berubah dibandingkan dengan masa Miss Mason kecil dan generasi sebelumnya. Jika dulu hubungan orang tua bersifat sangat kaku, dimana anak harus tunduk sepenuhnya pada orangtua tanpa memiliki hak untuk bertanya dan memberikan pendapat, maka di masa Miss mason hubungan anak dan orangtua telah lebih intim, terbuka,dan bersahabat.

Itu merupakan pencapaian yang baik karena tingkat kedekatan seperti ini memungkinkan anak merasa aman untuk bertanya dan menyampaikan kebingungannya. Keadaan anak dapat bertanya dan menyampaikan kebingungannya penting bagi pertumbuhan anak karena dapat menyelamatkan anak dari terjebak dalam kebingungan dan pengertiannya sendiri dan lebih jauh dapat menyelamatkan hidupnya.

Akan tetapi, keadaan ini juga tetap tidak menafikan hasil yang baik dari hidup patuh pada peraturan. Beberapa orang hebat yang disebut Miss Mason dalam tulisannya adalah orang-orang yang tumbuh dalam lingkungan peraturan yang ketat. Jadi, bagaimana kita harus menyikapi berbagai perubahan kecenderungan yang terjadi dalam  masyarakat? Miss Mason berpendapat bahwa perubahan itu selalu ada seperti pasang surut dan yang harus kita lakukan adalah bersabar menanti efek dari perubahan itu dan kemudian menilai karena prinsip dan praktik yang benar selalu menghasilkan output yang lebih baik. Jadi, jangan panik dengan perubahan, amatilah dengan bijak dan perhatikan dampaknya.

Mengapa pada masa Miss Mason prinsip  otoritas orangtua dalam pemahaman masyarakat bisa berubah? Di antaranya karena ada seorang bernama Locke yang mempropagandakan bahwa nalar adalah penuntun yang tidak pernah salah sehingga tugas setiap orang adalah untuk bertindak seperti apa yang diperintahkan oleh nalarnya tersebut. Sebagaimana halnya pasang surut yang telah disebutkan oleh Miss Mason, propaganda ini tidak bertahan lama di Inggris karena Inggris memiliki dasar tradisi yang kuat tentang otoritas ini dan merasa propaganda Locke tidak sesuai.

Hal yang berbeda terjadi di Perancis. Ide dan penalaran Locke tumbuh subur di sana karena masyarakat Perancis memang telah memiliki kondisi ketidakpercayaan pada otoritas. Ide bahwa setiap manusia bertanggung jawab untuk melakukan apa yang diperintahkan nalar membawa masyarakat Perancis melakukan apa yang nalarnya perintahkan dan menjadi kontribusi terjadinya revolusi Perancis yang berdarah-darah.

Terkait nalar ini Miss Mason menuliskan dalam Volume 4 bahwa nalar bukanlah penuntun yang anti-salah. Nalar sangat bisa diandalkan untuk proses matematis, namun dalam proses pengambilan keputusan moral dan etika, nalar merupakan perkakas netral yang dapat digunakan untuk membenarkan keyakinan pemiliknya, baik maupun buruk

Pendewaan nalar ini dapat berkembang menjadi paham yang menentang otoritas Tuhan, otoritas raja dan pemerintah terhadap negaranya, maupun otoritas orangtua dalam keluarga. Hal itu seperti disampaikan Herbert M Spencer bahwa pengakuan atas otoritas Tuhan berarti pengguguran otoritas final manusia dalam nalarnya. Karena itu pengajaran segala bentuk otoritas pada anak adalah pelanggaran terhadap hak asasi anak. Sekali ide pendidikan ini disampaikan oleh Spencer, ide ini menyebar dengan cepat, diterima juga oleh orang-orang yang hanya mendengarnya tanpa tahu dari mana ide itu berasal. Dan ide ini pun mendunia.

Oleh karena paham filosofi ini sangat tak kentara dan meresap sangat dalam, kita harus berhati-hati menyelidiki berbagai filosofi agar tidak terjebak di dalamnya dengan mengingat bahwa kita ini berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Kita harus mengembalikan (mengakui)  otoritas Allah pada tempatnya. Hal ini berlaku mutlak seperti hukum gravitasi berlaku. Dan semua hal di dunia ini tunduk pada gravitasi. Demikian pula otoritas Allah bekerja bersamaan dengan ketundukan. Memimpikan tidak ada ketundukan sama saja dengan memimpikan buah apel tidak jatuh ke bawah, tetapi bergerak kemana pun semaunya saat terlepas dari pohon.

Jadi apa itu otoritas? Praktik yang banyak berjalan di dunia ini adalah pemegang otoritas sering berlaku sekehendak hatinya karena merasa memiliki kuasa, termasuk di dalamnya para penguasa negara dan orang tua. Kenyataannya pemegang otoritas memiliki kuasa itu karena diserahi sebuah posisi, status, tanggung jawab. Otoritas ada pada peran/posisi tersebut, bukan pada orangnya. Dengan demikian orang yang diserahi peran harus tunduk juga pada jenis otoritas yang diberikan pada peran tersebut.

Dalam hal ini kita belajar mengenai hukum seperti disebut Miss Mason dalam volume satu. Dalam menjalankan perannya sebagai orang tua, orang tua harus tunduk pada otoritas hukum yang berlaku dalam kehidupan anak dan hukum itu antara lain hukum fisik, hukum mental, hukum intelektual, dan hukum spiritual dengan mengingat bahwa semua hukum berasal dari Allah sang pemegang otoritas utama.

Baca juga:

Leave a Comment

error: Content is protected !!