Narasi tertulis bisa dimulai dengan meminta anak menulis seminggu sekali. Bisa dengan menentukan batas waktu, misal 5 menit, untuk menulis sebanyak yang anak bisa, lalu minta dia membacakannya. Setelah anak nyaman dengan satu materi yang ditulis selama batas waktu tertentu, anak bisa diminta menambahkan materi yang ditulis, lanjut menambahkan batas waktunya. Jika dalam lima menit hanya bisa menulis satu kalimat pun tak apa, di waktu berikut anak bisa diminta menambah satu kalimat demi kalimat.
Di tahun pertama, anak seharusnya bisa mencapai 2-3 narasi tertulis dalam sepekan. Lalu perlahan anak diminta meningkatkan jumlah dan panjang narasi. Di akhir tahun kedua, anak sebaiknya sudah mencapai 4-5 narasi sepekan dan di akhir tahun ketiga 150-300 kata per hari. Jangan terlalu menggegas, sebab kita punya 3-4 tahun untuk memantapkan pondasi menulis yang lebih terstruktur nantinya. Namun ini baru tahap persiapan, maka tak perlu terlalu tinggi ekspektasi.
Sama seperti narasi oral, narasi tertulis juga secara alami meningkatkan kemampuan menulis tanpa perlu pelajaran khusus. Menulis, bercerita, dan belajar pada dasarnya bagian dari satu proses berpikir. Menulis membuat pemikiran kita akan sebuah subyek menjadi semakin jelas. Meletakkan kalimat demi kalimat agar berurutan dan masuk akal maknanya. Saat menulis kita seakan menegaskan sebuah pemikiran setengah jadi. Menulis memperdalam dan memperkuat pengetahuan kita. Itulah tampaknya mengapa penting bagi kita membuat narasi buku-buku penting yang kita baca.
Menulis, bercerita, dan belajar pada dasarnya bagian dari satu proses berpikir. Menulis memperdalam dan memperkuat pengetahuan kita. Itulah tampaknya mengapa penting bagi kita membuat narasi buku-buku penting yang kita baca.
Seperti narasi lisan untuk anak yang lebih muda bisa menggunakan gambar, drama, atau peralatan, begitu pun narasi tertulis, bisa beragam bentuk. Penggunaan gambar seperti grafis atau bahkan komik tidak diperlukan, tetapi dapat menambah kesenangan kreatif yang membuat menulis jadi makin menarik. Membuat skrip singkat, dialog komik atau bahkan diari, bisa membangun kemampuan menulis mereka. Mereka mengerahkan kemampuan berkonsentrasi dan berpikirnya saat membuat bentuk-bentuk kreatifnya.
Jika di awal kita membantu mereka membuat catatan kata-kata kunci untuk narasi mereka, berikutnya kita bisa menyerahkan tugas itu pada mereka. Sediakan sebuah kertas kosong yang dilipat dan bisa dijadikan bookmarks untuk membuat catatan sesuai kebutuhan anak setiap kali dia membaca. Di buku ini dicontohkan catatan berisi 5W dari tiap bab yang mereka baca.
Semakin besar, dari akumulasi catatan buku ini mereka bisa gunakan sebagai dasar tugas komposisi dan esai. Namun saat ini, alat ini digunakan untuk membantu anak membuat rekaman nama yang sulit atau detil yang ingin mereka taruh dalam narasi. CM mendorong para pendamping memberikan anak-anak banyak cara untuk berinteraksi dengan buku-buku terbaik. Bagan narasi ini jenis alat disipliner yang beliau rekomendasikan.
Kemahiran datang dari praktik, bukan instruksi
Seorang balita tidak perlu pelajaran khusus untuk bisa berbicara. Semuanya adalah proses alami yang akan terus tumbuh bertahun dari mendengarkan, meniru berbicara pada dirinya sendiri dan orang lain, dan terus mengulanginya. Maka betapapun menggodanya, jangan berikan pelajaran menulis dulu karena justru akan menjauhkan dari proses narasinya.
Saat anak sudah lebih nyaman menulis, kita bisa perlahan memberikan peraturan dasar menulis seperti setiap kalimat harus dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan titik. Jadikan itu kebiasaan dengan menanyakan pada mereka “Apakah setiap kalimat diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan titik?” setiap mereka hendak menyerahkan narasi. Akan jadi tanggung jawab mereka untuk memastikannya.
Baca juga: Prinsip-prinsip Narasi
Ada beberapa peraturan dasar lain. Namun, kita tak perlu memberikan semua di awal. Cukup ketika anak terus mengulangi kesalahan yang sama, kita mengenalkannya. Beri instruksi peraturan seminim mungkin, minta anak memeriksa kerjanya sebelum selesai, tetapi jangan minta anak membuat tulisan kedua.
Sama beratnya melatih anak dua tahun menjadi atlet, begitupun dengan komposisi tulisan. Pastikan anak memiliki kesiapan fisik dan mental dulu sebelum masuk fase lebih formal. Bangun dulu antusiasmenya. Jangan sia-siakan energi.
Kualitas tulisan dipengaruhi oleh literasi
Seperti seorang anak yang mudah mengadopsi gaya bicara atau aksen orang-orang terdekatnya, begitupun gaya tulisan anak biasanya akan terpengaruh oleh bahan bacaan mereka. Memberikan pelajaran teknik menulis terlalu dini malah bisa berdampak buruk. Anak jadi kehilangan keunikannya ‘suara’nya. Di kelas-kelas PNEU (Parents’ National Educational Union) bahkan anak 12-13 tahun belum mendapat pelajaran formal menulis agar antusiasmenya terus tumbuh.
Itulah pentingnya selalu memberikan buku-buku terbaik. Para penulis dengan tata bahasa terbaik dan ide-ide indah memenuhi ruang pikir mereka. Anak mungkin mulai dengan meniru. Namun, bukankah narasi lisan pun begitu?
Narasi tertulis boleh diketik
Narasi tertulis yang dimulai dari umur 9-10 biasanya menggunakan kertas dan pensil. Anak boleh terus menulis tangan, sepanjang tahun sekolahnya, jika anak-anak suka. Tulis tangan salah satu skill yang penting juga. Namun, sekarang anak-anak juga sering mengetik untuk kebutuhan mereka sendiri. Jika dibiarkan, mereka akan membentuk kebiasaan mengetik yang buruk jika tidak diajarkan dari awal yang benar.
Merupakan ide yang bagus untuk melatih anak mengetik saat atau bahkan setahun sebelum narasi tertulis dimulai. Pastikan anak selalu melakukan penjarian yang benar dan akurat, kecepatan akan menyusul dengan latihan. Anak tetap boleh memilih narasi tertulis manapun yang ia suka. Saat ia makin besar, kemampuan mengetik memberi banyak keuntungan.
Mereka bisa membuat komposisi dan mengeditnya dengan fokus pada tulisannya, bukan pada coretan-coretan di halaman. Mereka juga bisa menghitung berapa kata yang mereka hasilkan. Banyak sekolah memberi tugas berdasarkan jumlah kata, dan dengan kebiasaan narasi anak, menulis 500-1000 kata itu tidak sulit. Banyak anak merasa lebih nyaman meningkatkan panjang dan keutuhan narasi mereka dengan mengetik dan itulah mengapa mengetik adalah opsi yang valid.
Melengkapi proses transisi
Tujuan narasi adalah kefasihan. Maka anak mesti diminta meningkatkan narasi tertulis perlahan dari satu per minggu menjadi satu per hari.
Tujuan narasi adalah kefasihan. Maka anak mesti diminta meningkatkan narasi tertulis perlahan dari satu per minggu menjadi satu per hari. Selain membangun jumlah, kita juga tengah membangun kemampuan mereka menulis lebih panjang dan lengkap. Gunakan cara yang paling nyaman dan tidak membuat anak frustasi. Bisa dengan meningkatkan waktu menulis, atau jumlah kata, kalimat, atau baris yang ditulis. Bisa per dua-tiga bulan di satu level.
Masa transisi usai saat anak mampu menulis 150-300 kata sehari. Baik dari satu narasi panjang atau beberapa narasi kecil. Tulisannya mungkin belum sempurna, tapi dia sudah fasih menuangkan pikirannya ke atas kertas. Karena kita sudah membiarkan mereka bertumbuh alami menjadi penulis, jika tiba saatnya belajar komposisi formal, kita bisa gunakan kalimat “bagaimana membuat tulisanmu lebih baik”.
Tahapan berikutnya nanti adalah melatih kemampuan memoles dan mengedit draf kasar menjadi format esai yang umum. Narasi mereka pada dasarnya adalah draf kasar. Hal ini akan lebih mudah pada anak-anak yang sudah nyaman menulis. Yang penting, jangan terburu-buru!
Baca juga: The Art of Narration