Mengembangkan Narasi Tertulis

Sebagian alasan menggunakan narasi adalah untuk mengembangkan kemampuan menulis. Anak-anak biasanya siap menulis di tahun keempat saat mereka berusia 9 atau 10 tahun. Namun, narasi oral tetap harus dilakukan karena ini adalah pondasi berpikir mendalam.

Anak-anak yang lebih besar bisa diberi kesempatan mengembangkan kemampuan presentasi oral mereka dalam bentuk pidato atau debat. Mereka boleh merekam sendiri video presentasi mereka. Dari situ mereka belajar memikirkan kebutuhan pendengar, landasan penting bagi sebuah tulisan.

Semakin besar, mereka bisa diperkenalkan dengan jenis narasi sunyi atau narasi mandiri. Dimana setelah membaca buku, kita menarasikannya pada diri kita sendiri, dalam sunyi. Ini jenis materi untuk orang dewasa, seperti kita, untuk mengingat buku penting yang kita baca. Hal ini akan jadi sangat berguna bagi anak-anak saat mereka jadi pembelajar mandiri di universitas. Ini jenis kekuatan pikiran yang membutuhkan konsentrasi tinggi dan dibutuhkan seumur hidup.

Salah satu aspek penting narasi adalah menumbuhkan kemampuan interaksi personal. Sebuah pergulatan diskusi di dalam diri mereka tentang materi, mengajukan pertanyaan sintetis pada ide-ide yang muncul, membuat anak mampu menerapkan pengetahuan dalam kehidupan mereka sendiri.

Narator oral tidak akan segera menjadi penulis ulung

Like all the things to be done in the world, it takes time.

Walaupun seorang anak sudah menjadi narator oral ulung, saat diminta menulis mungkin saja menghasilkan hanya satu dua kalimat di atas kertas. Kemampuan mekanis menulis menjadi penghambat anak dalam kelancaran menulis. Mereka harus mengeja, menulis huruf kapital dan tanda baca. Menulis tidak secepat berbicara sehingga anak mesti memperlambat laju pemikirannya dan terkadang kehilangan alur. 

Banyak anak dengan bacaan yang bagus memiliki kosakata melimpah yang belum sesuai kemampuan mengejanya. Saya ingat Ken (anak kedua saya) pernah willingly mengetikkan narasi tentang garis dan menggunakan kata ‘mingsalnya’ sepanjang narasi 4 paragraf itu.

Bisa saja mereka menuliskan hanya yang penting dalam frasa-frasa pendek yang tidak menghasilkan satu kalimat. Atau justru ceritera panjang tanpa titik koma. Jumlah tulisan anak bukanlah ukuran dari kerja mental mereka.

Baca juga: Prinsip-prinsip Narasi

Semangati anak dan bantu tugas baru anak

Lebih baik tidak membaca narasi tertulis awal anak. Kita kemungkinan akan sangat terganggu dengan kemampuan mekanisnya ketimbang isinya. Minta mereka bacakan narasi tertulis mereka. Biar mereka saja yang merasa terganggu dengan kacaunya tulisan tangan, ejaan, tanda baca mereka. Mereka akan dengan sendirinya perlahan menyadari cara untuk menulis lebih baik. Ini hanyalah narasi yang dituliskan, bukan pelajaran komposisi formal. Yang terpenting di tahap ini hanya menuliskan kata-kata di kertas sambil mengembangkan kelancaran berpikir dan menulisnya.

Beberapa tips untuk membantu kesulitan anak bernarasi tertulis :

  • Buat catatan kata-kata yang sulit mereka eja di kertas yang akan membantu mereka saat menulis narasi.
  • Jika masih sangat kesulitan di awal, kita bisa merekam narasi oral dan minta mereka menuliskannya, baik sebagian atau seluruhnya.
  • Bisa juga kita yang menuliskan atau mengetikkan narasi oral mereka, lalu minta mereka menyalin.

Lakukan hanya jika benar-benar dibutuhkan di awal-awal masuk ke tahap narasi tertulis. Ini hanya jembatan, semacam contoh untuk anak bahwa ini hanyalah narasi yang sama yang mereka biasa lakukan, namun tertulis. Segera lepaskan anak agar berlatih mentransfer pikiran mereka ke kertas dengan kecepatan yang sama dengan berbicara.

 

Baca juga: Taking Up the Torch of Narration

Leave a Comment

error: Content is protected !!